Suami-Isteri Hamil 2

26.8K 329 14
                                    






"Halo, Mas? Kamu beneran mau bawa Abang ke kelas berenang?" tanya Janu dari balik telepon, pria itu saat ini sedang berada di kantornya.

"Iya sayang, kamu enggak lihat Abang senang banget berenang. Jadi mau aku ajak aja ke kelas beranang," ujar Tristan sambil menuangkan air ke gelas lalu meneguknya, entah kenapa saat di akhir kehamilan ini membuat pria itu lebih mudah haus.

"Kamu itu bentar lagi mau lahiran lho, Mas. Kalo nanti di jalan ada apa-apa gimana?" tanya Janu yang terdengar khawatir, bagaimana pria itu tidak cemas jika harus membiarkan suaminya yang tengah hamil besar dengan si kembar membawa putra sulung mereka ke kelas renang.

"Dokter bilang kan satu minggu lagi yang, pasti aman kok. Aku juga belum ngerasain apapun," balas Tristan sambil mengusap-usap perut besarnya yang sudah jauh lebih besar, bahkan dari milik Janu beberapa bulan yang lau.

"Oke, pokoknya setelah selesai kelas renangnya kamu langsung balik. Terus kalo ada apa-apa di jalan, cepat kasih kabar sama aku," pesan Janu lalu mematikan sambungan telepon.

"Uhhh... shhhh..." ringgis Tristan akhirnya, setelah sempat menahan agar Janu tidak curiga pdanga. Pria itu telah berbohong pada isterinya, mengatakan baik-baik saja.

Sebenarnya sudah sejak pagi tadi Tristan merasakan kontraksi palsu namun mengingat dulu isterinya butuh tiga hari untuk merasakan kontraksi asli, membuat pria itu berpikir masih memerlukan waktu yang banyak.

Oeekkk! Oeekkk!

Tristan tersentak ketika mendengar tangisan putra sulungnya, pria itu langsung berjalan ke arah kamarnya sambil menyangga perutnya. "Iya, iya, sabar, Bang..."

"Oeekkk... oekkk..." tangis bayi itu sedikit mereda saat melihat Tristan namun masih terus menangis.

"Kenapa nangis? Hmm..?" tanya Tristan mengangkat tubuh putra sulungnya yang berusia kurang lebih 3 bulan, pria itu menggendong putranya dengan posisi menelungkup di dada.

Saat Tristan menepuk-nepuk pantat putranya, dan merasakan itu sedikit penuh. "Penuh ya pempresnya." Pria itu lalu menurunkan sang anak ke atas kasur yang sudah dialas. "Ughhhh... sshhhh.." Tristan yang harus menunduk saat mengganti pempers, merasa pinggangnya ingin patah.

"Uuuuuhhhhh...." seru bayi berusia 3 bulan itu menangkat tangannya minta digendong.

"Iya, iya sabar.... Kamu mirip Papa, Bang. Enggak sabaran." Tristan kembali mengangkat tubuh putranya, perutnya yang besar menjadi sedikit membantu tempat pantat putranya diletakan.

Kepala putranya bergerak ke arah payudara pria itu, membuat pria itu gemas. "Lapar ya, Bang?" tanya Tristan.

Karena Tristan sangat tidak suka menyusui dengan kaos dam sialnya saat ini ia menggunakan kaos. Pria itu memilih membuka bajunya dan sengaja bertelanjang, Tristan lalu meletakan putranya di atas dadanya sambil pria itu berbaring di atas kasur dengan posisi menyender.

"Kakinya jangan tendang adek ya..." pesan Tristan ketika menelungkupkan anaknya di atas dadanya.

"Shhhhss... pelan-pelan aja, Bang. Enggak ada yang ambil," ejek pria itu ketika putranya sangat semangat untuk menyusu.

"AKHHHH...." Tristan sedikit tersentak ketika merasa perutnya menjadi nyeri, membuat pria itu mengerinyit dan meremas sperai.

"Huhh... hhhh... shhh..." desah pria itu ketika merasa kontraksinya perlahan mereda. Namun rasa tak nyaman seperti mules diperutnya semakin terasa, membuat pria itu mengatur nafasnya.

Tristan seketika jadi sedikit ragu, apakah ia akan tetap membawa putranya untuk mengikuti kelas berenang atau tidak. Sudah menimbang sebentar, sudah diputuskan jika rasa sakitnya datang lagi, maka Tristan akan membatalkan rencananya.

Mpreg StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang