Guru dan Murid

44.1K 499 11
                                        


"Selamat pagi semuanya, karena hari ini saya ada rapat di ruang guru, jadinya kalian mengerjakan soal aja ya. Tugasnya di halaman 20.  Jangan lupa nanti di kumpul sama ketua kelas."

"Baik, Pakk!" seru seluruh siswa kelas itu.

"Oh, iya, Bapak tadi baru dapat kabar kalo Doni izin, karena dia melahirkan kemarin malam," ujar guru itu memberi tahu sebelum akhirnya meninggalkan kelas.

Tidak lama setelah kepergian sang guru, kelas yang awalnya tenang seketika menjadi heboh saat mendengar tentang salah satu siswa telah melahirkan.

"Eh, benerkan gue bilang. Kandungannya si Doni itu udah 9 bulan, dia ngaku masih 8 bulan. Kira-kira itu anak pacarnya atau guru olahraga ya?" tanya Bian sambil menepuk-nepuk pantat bayi berusia 8 bulan di dalam pelukannya.

Rion yang mendengar itu mengerutkan dahinya. "Siapa tahu si Doni ngelahirin deluan?"

"Bisa juga sih hehe," sahut Bian membuat Rion geleng-geleng.

"Tapi, gue masih yakin itu anak Guru olahraga." Itu semua karena Doni baru ketahuan hamil setelah satu bulan bersama dengan pacar barunya, namun tidak ada yang tahu berapa usia kandungannya saat itu. Jika usia kandungannya lebih dari satu bulan, maka bisa jadi itu anak guru olahraga yang kini menjadi mantan Doni.

"Udalah, ngapain mikirin urusan orang," keluh Rion yang paling tidak suka mengurusi orang lain. "Eh, sini, Baim sama gue aja. Pengen gendong," pinta Rion mendekat ke arah Bian sambil menahan gemas, menjulurkan tangannya untuk menerima Baim yang sedang anteng tidur dipelukan ayah kecilnya. "Ya ampun lucu banget!"

"Lo beneran mau gendong Baim dengan perut segede itu?" tanya Bian membuat Rion menunduk dan melihat perutnya yang besar dibalik kaos putih. Karena perutnya sudah terlalu besar, remaja itu tidak lagi bisa mengancingkan kemeja sekolahnya.

"Jangan sampe nanti gue dimarahin sama Pak Sam!" lanjut Bian lagi sambil terkikik.

"Dia enggak akan marah kok. Toh, gue juga mau belajar gendong anak!" seru Rion cemberut dan segera menggendong Baim yang sekarang menempel di atas perutnya. "Ugh, berat juga ya."

"Yah gimana enggak berat, kebanyakan nenen sama kayak Bapaknya," sahut Bian sambil terkikik lalu menyalin buku tugas Rion yang sudah selesai.

Rion dan Bian memang bersekolah di sekolah yang memperbolehkan siswa dan siswinya untuk hamil, bahkan memperbolehkan membawa anak mereka agar bisa selalu dekat dengan orang tuanya. Tidak hanya itu, sekolah juga memiliki tempat pengasuhan—dimana siswa-siswa yang harus masuk kelas bisa menitipi anaknya ke sana.

Rion saat ini duduk di kelas 12 dan sedang hamil 9 bulan dengan dua bayi, membuat perutnya terlihat sangat besar. Ayahnya lain dari dua bayi itu adalah Guru Matematika-nya sendiri. Mungkin karena termakan omonganya sendiri, guru yang terkenal dingin itu malah menjadi suaminya.

Rion sangat membenci matematika, ia lebih memilih mengerjakan 50 soal Bahasa Inggris daripada 5 soal matematika.

Karena itulah nilainya menjadi sangat kecil hingga sekolah mewajibkannya untuk les privat dengan Pak Sam, disitulah benih-benih cinta muncul yang akhirnya membuat perut Rion sekarang membuncit.

"Ughh...shh.." ringis Rion ketika bayinya menendang dengan kuat, membuat wajah remaja manis itu mengerinyit.

Bian—teman sabangku Rion menoleh khawatir. "Lo kenapa? Jangan bilang kalo mau melahirkan?!"

"Enggak lah!" seru Rion cepat. "Sakit banget, gue ditendang," ceritanya membuat Bian tertawa.

"Tapi, lo beneran enggak ada rasa mules atau nyeri? Kandungan lo udah 9 bulan kan? Jarang lho orang hamil kembar sampe 9 bulan beneran." Bian tepat melahirkan di usia kandungan 9 bulan 8 hari, meleset dua hari dari perkiraan Dokternya.

Mpreg StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang