Jam pertama sudah usai, sekarang jam istirahat sedang berlangsung. Anne dan kedua sahabatnya sedang berada dikantin untuk mengisi perut mereka. Anne yang duduk disebelah Vio dan Sasha yang duduk diseberang Vio asik memakan makanan yang mereka pesan sambil mengobrol.
"Gila! gue pusing banget sama pelajarannya Bu Airin, kayaknya itu mata pelajaran bisa bikin mental health gue turun deh." Gerutu Sasha sambil memakan chiki yang dia beli.
Sudah tidak heran lagi jika Sasha mengomel sehabis mata pelajaran kimia yang diajar oleh Bu Airin. Bukan, Sasha bukan mengomeli Bu Airin melainkan Sasha mengomeli mata pelajaran kimia yang menurutnya susah sekali dia pahami. Sasha pernah bilang jika dia itu anti sekali dengan mata pelajaran itu, lebih seram dari hantu katanya.
"Lebay lo, kalo lo ngerti ya bakal gampang Sha." Balas Vio yang menyentil dahi Sasha pelan.
"Aduh!." Ujar Sasha sambil mengelus dahinya yang baru saja disentil Vio. "Gue gak ngerti dan gak bakal pernah ngerti Vi." Lanjutnya.
"Makanya belajar Sha!." Kali ini Anne yang bersuara.
Sasha tak menjawab, dia hanya memasang raut wajah cemberut.
Vio hanya bisa menggelengkan kepalanya sampai arah matanya menangkap eksistensi seseorang, lalu dia menepuk pundak Anne berkali-kali. "Ne, Ne! Tuh Daveen tuh!." Ucapnya sambil menunjuk kearah pintu masuk kantin.
Anne dan Sasha yang mendengar perkataan Vio lantas menoleh kearah pintu masuk kantin, dan benar saja disana ada Daveen dan teman-temannya yang baru memasuki kantin. Tapi tunggu, mereka tak hanya melihat Daveen dan teman-temannya saja, mereka juga melihat satu gadis yang ikut bergabung dengan mereka.
Anne mengerutkan dahinya, siapa gadis itu?
Tak sampai disitu, Anne melihat sesuatu yang sedikit mematahkan hatinya. Dia melihat Daveen merangkul gadis itu dan sesekali tertawa dengannya.
Sasha dan Vio yang menyadari hal itu lantas menatap Anne dengan tatapan khawatir.
"Ne? Lo gapapa?." Tanya Vio dengan nada sedikit cemas.
"Ha? Oh? Gue gapapa Vi, tenang aja." Jawab Anne sambil tersenyum kecil.
"Boong banget anjir Ne, lo pasti sakit hati kan ngeliat Daveen ngerangkul tu cewek?." Ujar Sasha.
"Apa sih Sha? Engga kok, lagian emangnya gue punya hak buat sakit hati? Gue kan bukan siapa-siapanya Daveen." Jawab Anne lesu.
Sasha dan Vio saling tatap. Mereka tahu Anne sedang menyembunyikan kesedihannya, Anne tidak bisa berbohong pada mereka.
"Udah ayo cepetan abisin makanannya, bentar lagi masuk." Anne sengaja mengganti topik pembicaraannya karena dia tidak mau memperpanjang topik ini.
Sasha dan Vio mengangguk ragu lalu mulai menghabiskan makanannya.
—
Bel pulang sudah berbunyi yang menandakan seluruh pelajaran telah usai. Anne dan kedua sahabatnya sedang bersiap-siap untuk meninggalkan kelas.
"Jadi jalan kan?." Tanya Vio.
"Jadi dong, ayo." Jawab Sasha yang diangguki oleh Vio dan Anne.
Semenjak kejadian dikantin tadi, Anne lebih banyak diam dan kedua sahabatnya itu menyadarinya, tetapi mereka lebih memilih bungkam, mereka tahu sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk membahas kejadian tadi.
Sekarang mereka bertiga sudah berada didalam mobil yang Vio bawa. Seperti biasa, Vio yang mengendarai mobil itu.
Merasa risih dengan keterdiaman Anne, Sasha pun mencoba untuk mengajak ngobrol Anne.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Be Yours [✓]
Fanfiction"Suka sama orang tapi gak ada interaksi sama sekali itu normal gak sih?." Hanya sebuah kisah yang berisi susah senangnya Annetta dalam mendapatkan hati Daveen. Bisakah Anne mendapatkan hatinya? Dan apakah takdir akan berpihak kepadanya?