Hari senin sudah berlalu dengan sangat cepat, tak terasa sudah berganti hari berikutnya. Sekarang, diruangan kelas yang cukup sepi dikarenakan belum banyak siswa yang datang karena masih terlalu pagi Anne sedang melamun, memikirkan jawaban Justin tadi malam. Perkataan Justin terus bersemayam didalam otaknya, membuat Anne merasa penasaran sekaligus merasa sesak didadanya.
Anne ingin menceritakan semua informasi yang Justin berikan kepada kedua sahabatnya, namun kedua sahabatnya itu belum datang. Mereka biasanya datang saat sekolah sudah mulai ramai, hari ini Anne memang berangkat lebih awal dari biasanya, entah mengapa Anne hanya ingin saja merasakan suasana pagi di sekolah. Ternyata tidak buruk juga, rasanya menenangkan saat sekolah belum ramai siswa yang berdatangan.
"Huft, Vio sama Sasha kapan datengnya sih?." Gerutu Anne sambil menopang dagu ditangannya.
Beberapa lama kemudian salah satu orang yang ditunggunya pun datang.
"Loh Anne? Tumben amat udah dateng." Ucap Sasha sembari menaruh tas diatas bangku yang sudah disediakan didalam kelas.
Ya, orang itu adalah Sasha.
"Yeh, gue mah selalu dateng pagi, emangnya lo." Cibir Anne.
"Enak aja, gue juga selalu dateng pagi kok!." Balas Sasha tak mau kalah.
"Iya deh iya, eh Vio mana Sha? Ko belum dateng deh? Lo gak bareng sama dia?."
"Gak tau, gue dianter sama mama gue tadi."
"Sama mama lo? Tumben, biasanya sama papa lo."
"Papa gue udah berangkat duluan tadi, mama gue juga mau ke butik buat ambil pesanan dia, jadi sekalian deh." Jelas Sasha.
"Ohh gitu."
Agar suasana tidak canggung dan membosankan, mereka berdua pun mengobrol sambil menunggu Vio datang.
Tiba-tiba suara nyaring seseorang terdengar sampai menghentikan obrolan mereka, saat dilihat pelakunya mereka hanya menggelengkan kepala mereka.
Itu Vio.
"Yuhuu, good morning guys." Pekik Vio saat baru memasuki ruangan kelas.
Anak-anak yang memang sudah datang dan berada didalam kelas pun memusatkan pandangannya pada Vio karena pekikannya yang lumayan keras, termasuk Anne dan Sasha. Mereka hanya bisa menggelengkan kepala mereka saja, memang salah satu sahabat mereka itu agak absurd.
"Pagi Vi." Sapa Anne.
"Tumben rada telat." Ucap Sasha.
"Iya anjir, tadi waktu mau berangkat perut gue tiba-tiba sakit sialan! Jadi deh gue harus ketoilet dulu." Ucap Vio emosi sambil duduk dibangkunya.
"Makan apa emang lo?."
"Semalem gue makan mie pedes." Jawab Vio.
"Mampus! Salah sendiri sih." Omel Sasha.
"Eh kurang ajar ya lo Sha!." Ucap Vio sambil mengepalkan tangannya dan menunjukkannya ke Sasha.
"Masih pagi gak boleh ribut, nanti siang aja ributnya." Lerai Anne.
"Terserah lo Ne, terserah!."
"Hehehehe." Cengir Anne.
Melihat kedua sahabatnya sudah ada didepannya, kini Anne mulai membahas soal jawaban Justin semalam.
"Eh, semalem gue udah nanya ke Justin soal Daveen."
"Oh ya? Terus terus gimana?." Jawab Vio penasaran.
Anne pun menceritakan semua yang dibilang Justin pada kedua sahabatnya itu.
"Tuhkan! Ini sih fiks si Daveen emang punya rasa sama cewek yang namanya Hana Hana itu!."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Be Yours [✓]
Fanfiction"Suka sama orang tapi gak ada interaksi sama sekali itu normal gak sih?." Hanya sebuah kisah yang berisi susah senangnya Annetta dalam mendapatkan hati Daveen. Bisakah Anne mendapatkan hatinya? Dan apakah takdir akan berpihak kepadanya?