" Jika tak sanggup jadi baik untuk orang lain, maka pertahankan kebaikan untuk diri sendiri "
Dengan ketakutan yang amat takut, mereka bertiga berpegangan satu sama lain, kau tiba" petir menyambar dengan keras dan sinar kilat juga menerangi ruangan itu dalam sekejap, karena ruangan menonton itu berada di lantai satu terletak di kanan rumah yang artinya paling samping dirumah tersebut.
CTASHHHH...
Suara gemuruh petir sangat kuat membuat mereka terperanjat dan kaget setengah mati." AAA.. MOMMYYY... Vano takuttt ". Dengan rengekan yang sangat kentara, memalukan jika kata kakaknya karena Vano adalah remaja berbadan kekar dan berotot namun dia sesungguhnya anak manja dan sedikit cengeng jika dihadapan mommynya.
" LO Gausah tereak anjir gue takut juga ini, ngapain mati lampu segala si kan jadi serem mana ujan". Si Anju mengomeli Vano karena dia sendiri ketakutan sembari memegang lengan Evan kencang dan Vano memegang lengan Anju bahkan mereka sudah berkeringat dingin.
Disaat dua remaja ini ribut, tidak dengan Evan yang hanya diam walau pun dia juga ketakutan, nyaris memukul Vano karena tiba" berteriak.
Namun hal yang tidak terduga terjadi, disaat kilatan cahaya muncul disitu tiba" seseorang mengetuk pintu yang bersebelahan dengan jendela panjang di samping ruangan tersebut pas dengan posisi Vano yang memang berada paling pinggir di sebelah jendela.
Seseorang mengetuk dengan kencang, di iringi musik dari film tersebut dengan keras karena terjadi adegan yang sangat seram. Kilatan cahaya dari gemuruh itu tiba" juga ikut menyinari dan terlihat bahwa diluar ada seseorang berdiri dengan mengetuk pintu itu dengan brutal, terlihat bayangan dari dalam yang terlapisi tirai putih tsb, bahwa orang itu berdiri dengan membawa suatu benda panjang di tangannya.
Dengan fikiran dan ketakutan yang luar biasa si Anju menangis hampir meraung" karena ketakutan, Si Vano juga ya beda jauh. Dengan ketakutan juga si Evan memeluk Anju, tidak lupa Vani juga ikut berpelukan menetralisir sedikit rasa takut, beberapa waktu dirasa sudah sunyi mereka diam memandangi arah pintu seperti ada yang memutar kunci dari luar.
Perasaan takut kembali lagi, dengan tidak bersahabat film tadi yang mereka tonton semakin tegang, kilatan dan petir kembali bergemuruh dengan terbukanya pintu dari arah luar tsb menjadikan mereka berteriak histeris tsk terkecuali Evan ikut teriak karena dia sendiri juga dirasa takut dan trauma akan namanya pembunuhan.
Menangis histeris dengan berpelukan, tiba" lampu menyala kembali dan dengan barengnya orang tadi masuk, nampaklah TV menyala dengan masih menayangkan film hantu tadi dan 3 remaja berpelukan karena takut, orang tadi terbahak - bahak karena menurutnya pemandangan di depan ini adalah langkah.
" HUAAHAHAHAH... HAHAHHA... HAHAHAHAHA.. HADOHH MOMY PERUTKU SAKIT." Dengan tidak elitnya orang ini tertawa terbahak bahak sampe tersungkur ke bawah dengan memegangi perutnya yang keram.
Ternyata dan tidak disangka orang ini adalah Kaka dari Vano, yaitu Markkahmahaveer Agler atau bisa saja dipanggil Markka itu tertawa terbahak bahak dengan tersungkur dilantai lembab depan pintu menyaksikan betapa tersiksanya ketiga remaja ini.
Niatnya adalah masuk melewati pintu sebelah itu, karena biasanya pintu itu tidak pernah terkunci meski malam hari. Tapi mungkin karena hujan lebat makan semua akses masuk terkunci termasuk pintu samping itu, tapi apa yang dia temukan adalah ketiga remaja yang sedang ketakutan karena film dan tadi sempat mati lampu juga, dia masih tertawa tanpa tau siapa salah satu ketiga remaja itu karena saking sibuknya menertawai mereka bertiga.
" YAKKK... Akan aku adukan kau ke MOMY, kau tidak tahu jantung kami hampir meledak karena kau, mengapa kau lewat samping hah, kau seperti orang gila saja." Dengan perasaan masih sedikit syok Vano berteriak ke arah markka dengan sedikit isakan dan getaran kecil.
Sedangkan Anju sudah menangis dan ketakutan berada di pelukan Evan, Evan yang melihat ternyata kakak angkatnya dia memilih diam meski dengan keadaan takut juga. Dia bersyukur tidak terjadi apa yang telah dia fikirkan karena kejadian beberapa tahun yang lalu menjadi trauma tersendiri untuknya.
Markka memang tidak niat masuk lewat samping karena dia juga merasakan lelah luar biasa setelah kembali dari luar negri, selepas landing dia langsung pergi kerumahnya tanpa mengabari adiknya terlebih dahulu, jika ada yang menganggap adiknya hanya Vano dan Shaggan itu salah besar nyatanya Evan sudah dianggap adik kandungnya sendiri sebagai kembaran Vano dengan sifat yang berbanding terbalik itu menjadi perpaduan yang pas menurutnya.
Tapi ditengah perjalanan terjadi hujan sangat deras, dan disusul pemadaman serempak karena hujannya memang sangat deras dan petir tidak tanggung" menggelegar disusul dengan angin kencang jika kau berada diluar menjadikan Markka mau tidak mau harus melewati samping rumah karena dia mengira tidak di kunci.
" Sungguh luar biasa, hahahah Vano dengan sikap cengengnya meskipun berotot dan Evan yang ketakutan, oh kau juga menangis Evan? Wahh aku tidak pernah melihat kau menangis hahahah dannn .....siapa gadis ini? Ouwhh maafkan aku adik kecil membuatmu menangis. " Ucap si sulung markka merasa tidak enak membuat gadis ketakutan.
°°°°°°°
" Huhuhuhu... Hiks.... HUAAAA PAPAAA SI MARKKAH KEK ANYING." Setelah sesi kaget tadi selesai dan si markkah yang bertanya siapa gadis tadi Deviano malah tidak berhenti menangis dia takut setengah mati, kalau soal otot seperti berkelahi atau tawuran dia si paling maju terdepan, tapi ketika dihadapkan yang namanya hantu dia akan ketakutan dan menangis terus sampai hatinya lega. Aneh memang tapi ini Deviano.
Anju si gadis manis itu malah tertawa terbahak bahak dikarenakan tingkah Vano ternyata tidak berubah dari dulu, dia akan mudah menangis jika berhadapan dengan markkah kakaknya. Memang aneh keluarga agler ini tapi keanehan itulah yang menjadikan mereka tetap utuh bahkan menyayangi satu sama lain.
Dilain sisi terlihat Jaevan yang ingin sekali menonyor kepala Vano karena dia sangat greget dengan tingkah absurd manusia satu itu, sudah berbadan besar dan berotot malah takut yang namanya berbau horor. Dia mau melarang Anju menonton film ini tapi dia tidak berani takut menyinggung perasaan gadis yang dia sayangi dan sayangnya juga adalah pacarnya.
" Sudahlah kau diam, badan saja gede tapi penakut." Ucap Evan yang memang sudah jengah karena Vano tidak berhenti menangis tersedu sedu, seperti bocah kehilangan empeng aja dah.
Akhirnya Vano pun terdiam dengan masih sesenggukan sisa hasil menangis karena hal random, tapi siapa sih yang ga takut saat menonton film horor tiba" saja hujan turun sangat deras disertai petir pula dan se enaknya jidat manusia bernama markkah mengagetkan padahal tidak mempunyai niat mengagetkan.
" Sudah, udah nangisnya? Apa udah ketemu empengnya?. Hahahaha kok lu konyol si nangis meraung Raung kek apa aja deh, konyol hahahah." Si Anju terus saja menertawai dan mengejek Vano, tidak ingatkah bahwa diri sendiri tadi juga nangis ketakutan. Dasar cewe.
" Apasi lu, kek lu ga nangis aja tadi, gue tuh kaget tau, gue kaget gegara alien satu masuk lewat samping kek setan aja mana ga salam lagi kan gue kaget." - nyolot si Vano
" Alah lebay, bilang aja lu emang penakut Van hahahaha, seharusnya tadi rekam bagiin grup keluarga kan Sabi tuh, ya gak Jae hahaha." Markkah yang tak henti"nya ngakak dan terus mengejek adiknya ini.
Setelah semua tenang mereka memutuskan tidur karena sudah sangat larut, jam sudah ada di angka 03 pagi lebih 15 menit dan mereka baru akan istirahat, untung saja wekend jadi tidak bingung bangun pagi untuk kuliah, dan markkah juga akan istirahat setelah kembalinya dari luar negri stelah sekian lama itu.
Jangan lupa vote, ga maksa kok hehe.
Selamat membaca, maaf kalau garing.
Pict akan dikasih jika perluTBC.-
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaevan Altezza Belvaro || Jaemren
Teen FictionTentang bagaimana hidup jaevan si yatim piatu yang diangkat anak oleh keluarga agler dan dianggap kembaran dari anak kedua mereka. Tentang bagaimana kisah jaevan dengan cintanya. Dan sampai mana dia harus menjadi kuat, apakah dia harus menjadi kuat...