^^Apa yang lebih menyakitkan dari kehilangan orang yang menjadi tumpuan hidup, dan rasa penyesalan yang sudah lama membunuh diri sendiri^^
Tepat saat matahari mulai menampakkan diri perlahan, burung" yang sudah berlomba-lomba mengicaukan suara mereka masing-masing dan hendak mencari sesuatu yang bisa jadi makanan mereka. Pagi hari itu juga Jaevan sedang mematungkan diri memandang tanaman bunga mawar hitam dan merah miliknya yang berada di belakang rumah Deviano.
Dia memang menanam bunga itu hanya untuk dipetik dan dibawanya ke krematorium ayah dan bundanya. Mawar hitam bagi dia adalah hidupnya dan mawar merah adalah warna dari ayah dan bundanya.
Tepat saat dia akan memetik beberapa tangkai deviano datang dan memandang jaevan dengan tatapan sendu. Deviano adalah orang yang sangat paham semua yang di derita oleh sahabatnya itu setelah 12 tahun orang tua jaevan meninggalkannya sendiri dan hidup bersama keluarga Agler. Kelaurga agler pun tidak keberatan dengan adanya jaevan, karena menurut agler, jaevan sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri setelah kematian sahabatnya.
" Kau akan pergi ke krematorium sendiri atau denganku. Kau selalu saja seperti ini dan aku tidak suka." Ucap Devian saat melihat sahabatnya itu hanya diam dan sibuk memilih beberapa tangkai mawar.
" Apa kau tidak akan merayakan ulang tahunmu?, Oh ayolah cobalah sedikit membuka hatimu Evan." Kini Devian berbicara agak meninggi
Secara langsung Jaevan menoleh menatap datar kearah Devian. Devian yang sudah merubah tatapan wajahnya yang tadinya sendu sekarang mimik wajah Devian seperti ingin menuntut sesuatu. Dia ingin sekali melihat sahabatnya itu tersenyum saat ulang tahunnya tiba.
" Kau sudah selesai bicara?." Kini Jaevan membalas omongan Devian yang menurutnya membosankan, karena dia akan mendengarkan kalimat ini pada hari ulang tahunnya.
Yah tepat hari ini tanggal 13 Agustus, dimana hari saat Jaevan lahir kedunia dan dimana juga jadi hari kematian ayah dan bundanya. Dan itu terjadi 12 tahun yang lalu saat acara ulang tahunnya dirayakan.
" Kau seperti orang yang tidak ingin mengingat ulang tahunmu, kau tau bahkan semua orang menunggu hari ulang tahun mereka meskipun hanya dengan ucapan, tanpa sepotong kue dan sebuah lilin." ucap Deviano secara terang"an karena menurut dia jaevan akan terus menghindar saat ulang tahunnya tiba.
Tanpa Deviano sadari kalau jaevan memang tidak ingin mengingat hari itu. Bukannya enggan mengingat, hanya saja hari itu adalah hari dimana Jaevan kehilangan segalanya. Tepat dihari ulang tahunnya, Jaevan kehilangan semangat hidup dan orang yang amat dia sayangi pergi meninggalkan dia sendiri dalam keresahan dan ketakutan.
Dua belas tahun bukanlah waktu yang singkat hanya untuk melupakan semua kejadian yang menimpanya. Selama itu pula dia dihantui rasa bersalah yang terus mendorong dia menjadi pemuda yang tertutup dan suram.
Dia akan terus mengingat kejadian dimana kedua orang tuanya pergi dengan naas didepan matanya tepat saat hari bahagianya tiba." Apa kau akan terus seperti ini?, Eoh Evan apa kau tidak ingin merasakan jatuh cinta atau hanya sekedar mewarnai hidupmu walaupun sekali?." Deviano
" Apa kau akan terus berbicara seperti ahjumma sedang arisan?." Ucap Jaevan sinis
Yang dibalas pun hanya mendengus pelan, dia jengah melihat sahabatnya seperti ini.
" Kau memang tidak asik Evan, kalau markkamah agung itu tau kau seperti ini di hari ulang tahunmu, dia akan terbang dan kembali dari Aussie sekarang juga." Kini Devian merasa lelah dengan sikap Jaevan.
Hanya keluarga Deviano yang memanggil Evan. Menurut keluarga Devian, mereka tidak mau merubah nama panggilan kedua orang tua Evan.
" Aku tidak peduli." Ucap Jaevan sinis dan datar.
Kakak Deviano, Markkahmahaveer Agler atau Panggil saja Mark adalah orang yang paling peduli dan sayang ke Evan setelah Devian selama dia hidup di keluarga Agler. Dia sudah menganggap Evan adiknya sendiri sama seperti Deviano. Dulu saat dia masih tinggal bersama keluarganya sebelum dia melanjutkan studinya di Aussie, dia adalah orang yang amat perhatian terhadap Evan. Menurutnya Evan adalah salah satu anak yang dihadirkan tuhan untuk menjaga Deviano si anak tengah paling nakal dan hobby menggoda itu. Bahkan tak jarang menganggap kedua anak itu kembar karena tumbuh bersama saat itu. Dan Deviano sering memanggil Mark dengan sebutan markmahkamah agung karena namanya sangat rumit.
" Dasar kelabu, hidup doang tapi ga ada warna." Gerutu Devian secara pelan tapi Masi terdengar olah Evan.
Lalu Evan melirik sinis ke arah Deviano yang menggerutu tadi. Dan secara intens Devian menunduk, bukan karena takut tapi dia sedang merutuki mulutnya yang sudah loss control seperti temannya di fakultas.
Amplas aja dah nih mulut licin amat, kelepasan banget gue kek mulut kekasih msrkamah. Mana tatapan Evan kek boneka Anabel ga di cuci 5 tahun lagi. Gerutu Deviano dalem hati.
Hanya dengan Deviano saja Evan mau membuka mulut, tak jarang juga dia mengobrol dengan keluarga agler. Yakali dia bungkam orang dia udah dianggap anak dan ditampung keluarga tersebut dimana keluarganya sendiri tidak peduli.
" Ayo, untuk sekarang akan ku antar kau menjenguk ayah dan bundamu. Cukup kau menolakku selama ini, aku merasa hampa saat kau mengacuhku." Ucap deviano secara histeris, padahal hanya untuk menggoda Evan.
" Cukup hentikan tingkah konyolmu Vano, ingin muntah aku melihat tingkah konyolmu." Sarkas Evan dengan datar
Vano adalah nama panggilan Deviano, hanya untuk keluarga dan sahabatnya saja.
°°°°°°°
Tepat pukul jam 3 sore mereka pergi ke kediaman ayah dan bunda Evan. Tempat yang dijadikan peristirahatan terakhir kedua orang tuanya. Saat itu adalah jam dimana semua keluarga Evan telah usai dan sudah tidak ada lagi yang berkunjung untuk memperingati hari kematian kedua orang tua jaevan.
Dengan menaiki mobil yang di kemudikan Vano, mereka pamit ke kedua orang tua Vano, mereka akan pergi dan kembali nanti malam. Kedua orang tua Vano pun memaklumi, pasti Evan sangat rindu kepada orang tuanya, dan mungkin Evan mau melepas keluh kesahnya setiap hari disana.
Hai haii...cinghudeul
Happy reading:)
TBC.-
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaevan Altezza Belvaro || Jaemren
Novela JuvenilTentang bagaimana hidup jaevan si yatim piatu yang diangkat anak oleh keluarga agler dan dianggap kembaran dari anak kedua mereka. Tentang bagaimana kisah jaevan dengan cintanya. Dan sampai mana dia harus menjadi kuat, apakah dia harus menjadi kuat...