" Loyalty, is the greatest glory "
" Kak, aku tuh suka mikir kayak gini. Bisa gak yah aku bahagiain Kak Markkah, bisa gak sih akutuh jadi yang terakhir buat dia. Aku juga suka mikir apa kakak pernah bosan denganku?." Percakapan itu dimulai sejak keheningan melanda beberapa jam yang lalu. Sudah 3 jam mereka habiskan hanya duduk di balkon kamar dengan secangkir coklat hangat dan segelas americano juga beberapa camilan untuk pelengkap malam itu.
Tepat setelah makan malam usai, pasangan ini memutuskan menikmati indahnya malam, menikmati taburan gejora dilangit dengan bulan sabit sebagai pelengkap malam yang dingin itu.
Dengan memakai kaos lengan panjang dan berbalut jaket cukup tebal, karena ini sudah akan berganti musim dingin. Mereka menikmati waktu dengan berbagi keluh kesah, canda dan tawa. Tapi sejak beberapa jam yang lalu mereka tiba-tiba hening dan tak ada yang mau membuka suara.
Dengan adanya suasana seperti ini Haebbi tidak suka, dia tidak suka suasana sepi ketika ada yang menemaninya seperti ini. Dengan pandangan menerawang ke atas dia mengucap sesuatu yang membuat dan membuyarkan lamunan Markkah tentang bagaimana masa depan mereka kelak. Dia tidak suka kekasihnya berbicara seperti itu, dia cukup tidak enak hati mendengar apa yang diucap gadisnya.
Dengan posisi yang sama saling mendudukkan diri diatas kursi, hanya saja Haebbinka lebih suka jika dia duduk didepan Sang kekasih dengan badan menghadap sama-sama kedepan. Dia suka dengan posisi seperti ini, dipeluk dari belakang dan diusap Surai pendeknya. Haebbinka nyaman, dan dia suka.
" Hey look at me babe. Listen to me. Jangan sekali-kali berbicara aku bosan padamu dan jangan sekali-kali kamu bilang tidak pantas buatmu. Dengar cantik. Memang kamu buatku itu yang kedua karena demi apapun mama adalah perempuan pertama, cinta pertama dan tempat pulang pertama buatku. Tapi selepas dari itu kamu juga orang yang sama pentingnya seperti mama. Kamu mau mendengarkan ceritaku gak? Mungkin ini terlalu berlebihan tapi fakta." Balasnya dengan intonasi yang sangat lembut, faforit Haebbinka ketika dia berkeluh kesah.
Menolehkan arah pandang ke belakang, menatap sebentar wajah pria nya lalu Haebbi hanya menganggukkan kepala guna menjawab apa yang ditanyakan oleh pria nya. Dia hanya menatap sekilas lalu kembali ke posisi semula menyandarkan diri pada dada bidang prianya dengan tetap menikmati dinginnya angin malam serta indahnya langit.
Tersenyum akan apa yang gadisnya lakukan, dia mengecup sekali pucuk kepala sang gadis lalu mengusap lembut. Dia menghembuskan nafas sejenak guna menetralisir rasa bahagia yang meletup-letup itu. Bukan untuk menghilangkan hanya saja dia menetralisir guna supaya dia bisa menceritakan apa yang dia rasakan dulu, sekarang dan mungkin masa yang akan datang.
" Dulu... Sebelum aku tau bagaimana rasanya jatuh cinta, bagaimana rasanya kasih sayang dan perasaan bahagia, aku hanya seorang laki-laki yang buta segalanya. Aku hanya belajar belajar lalu mengejar masa depan seperti pekerjaanku sekarang. Memang aku sempat dekat dengan teman kuliahku dulu, dia satu fakultas denganku hanya saja kami berbeda jurusan. Jika dideskripsikan dia itu memang anggun, cantik dan mmmm baik maybe." Setelah mendengar kalimat terakhir sang pria, lantas dengan cepat Haebbi tolehkan kepalanya ke belakang dengan mimik muka mempertanyakan apa maksud yang prianya ucapkan. Dengan memanyunkan bibirnya sedikit dia merasa sebal. Hei, prianya ini memuji wanita lain atau bagaimana saat dia sendiri sedang bersama kekasihnya.
Terkekeh sebab merasa lucu dengan raut wajah gadisnya, Markkah mengecup sekilas bibir manyun itu. Lucu, itulah isi kepala Markkah saat ia melihat raut wajah sang gadis yang sedang cemburu, maybe. Sekali lagi dia mengelus rambut gadisnya pelan dan berucap bahwa dia belum menyelesaikan kalimat yang ia ingin ceritakan. Dengan perasaan dongkol Haebbinka kembali menghadap ke depan dengan tetap menyandarkan dirinya ke dada bidang sang kekasih dengan tangan yang bersedekah dada. Sungguh lucu. Gadisnya, kekasihnya dan tambatan hatinya ini sungguh membuat euforia dalam hatinya meletup-letup. Dia cinta, lagi dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaevan Altezza Belvaro || Jaemren
Teen FictionTentang bagaimana hidup jaevan si yatim piatu yang diangkat anak oleh keluarga agler dan dianggap kembaran dari anak kedua mereka. Tentang bagaimana kisah jaevan dengan cintanya. Dan sampai mana dia harus menjadi kuat, apakah dia harus menjadi kuat...