My Girl's little sister

30 1 0
                                    

" Hal berharga apa yang kau pertahankan sedemikian rapi meski dengan perjuangan luka"









Pagi menyapa. Say hello pada dunia fana ini. Cukup cerah dan hangat untuk menikmati embun dan sejuknya matahari. Bukankah pagi adalah hal yang sangat klasik untuk dinikmati. Terkadang juga banyak yang mengeluh tentang pagi, bukan karena tidak bersyukur tapi kebanyakan orang akan mengeluh jika pagi mereka adalah untuk hal yang sangat berat untuknya. Tapi tak mengapa kita hanya harus semangat dan berjuang lagi sampai suatu saat tuhan menyuruh kita berhenti dan pulang ke rumahnya.

Ngomong-ngomong membahas tentang pagi tak akan ada ujungnya, karena pagi akan terus berulang seperti itu setiap hari. Karena hari ini adalah hari bahagia untukku.
Dipagi buta aku sudah terbangun melipir ke arah kamar mandi yang memang sudah ada di dalam kamarku. Cukup baik bukan karena papaku tak pernah membedakan aku dengan anak kandungnya sendiri, dia menyayangiku sebagaimana rasa sayang nya kepada ketiga putranya. Jika difikir baik-baik, mommy mungkin pernah frustasi menghadapi kami putra-putranya. Meskipun aku hanya putra sambung setidaknya mereka tak pernah menganggap sedemikian rupa.

Seusai membersihkan diri aku sengaja tidak menimbulkan suara saat pergi ke area dapur. Bukan tak ada pembantu disini, karena jadwal pembantu dimulai jam 5 pagi, dan ini masih menunjukkan jam 4 pagi. Buta sekali bukan untuk mahasiswa semester awal seperti ku. Tapi tak mengapa karena aku memang sengaja agar bisa memasak untuk semua orang disini, walaupun hanya ada si tukang ngambek. Aku sengaja memasak banyak makanan karena ingin kubawa kerumah gadisku.

Jam sudah menunjuk jam 5 lebih 15 menit yang artinya para nyawa disini sudah diharuskan memulai aktifitas tak termasuk Vano. Cukup manja dan agak jahil tapi dia termasuk anak yang selalu menghargai waktu. Karena ajaran mommy kami adalah jangan pernah meremehkan waktu. Biar sepele waktu adalah emas.

Setelah siap, aku mengirim pesan singkat ke gadisku, agar dia tidak memasak untuknya dan adiknya. Tak mengapa pagi buta bangun karena aku senang. Akupun berangkat karena jam menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Dan jam setengah 8 kami akan berangkat menuju sekolah adik dari gadisku. Karena hari ini hari pertama dia belajar di sekolah barunya.


°°°°°°°


Setelah sampai di depan halaman rumah dari si gadisnya. Jaevan, laki-laki itu keluar dari kendaraan yang dia pakai. Dengan senyum simpul dia mengetuk pintu dengan perlahan. Dan menemukan sang adik dari gadisnya membukakan pintu. Dengan raut seakan menyinyir gadis membukakan pintu itu masuk dahulu.

" Cih, Abang mah lama amat. Aku tuh laper kata kak Anju Abang bawain sarapan. Mana." Dengan nada sedikit manja gadis kecil yang duduk di bangku menengah atas itu menadahkan tangan agar makanan yang dibawa jaevan lekas diberikan, karena sungguh dia sangat lapar di pagi hari ini.

" Nih makan yang banyak, jangan lupa berdoa dulu biar Tuhan ngasih berkah buat kamu. Sana duduk siapin juga kakak sama Abang okay." Mengusak lembut rambut si gadis ini lalu dia berlalu ke meja makan untuk menunggu makanan yang akan disajikan. Dia memang sengaja membawa banyak karena dia sendiri belum sarapan dan akan sarapan disini dengan gadis dan anak yang sudah dianggap adiknya juga itu.

" Eh sudah datang, aku kira kau akan lama karena sungguh si cerewet terus-terusan merengek minta makan. Dan kau tadi pagi mengirimiku pesan agar tidak memasak. Apa kau jadi membawakan makanannya?." Timpal si gadis yang baru turun dari lantai atas letak kamarnya berada dan membubui banyak kalimat untuk kekasihnya ini.

" Etdah duduk dulu Napa, banyak kali cakap kakak nih. Duduk dulu minum trus tanya abangnya. Baru sampe udah nyerocos, dasar radio idup." Sewot sang adik.

" Serah aku dong, lagian juga pacarku ngapa situ sewot heh. Kasian jomblo, cantik-cantik kok jomblo sih neng." Goda sang kakak yang tak lain adalah Anju.

Jaevan Altezza Belvaro || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang