About Naya and Lio

38 2 0
                                    

" Every mistakes could be a lesson "






Pagi hari di musim yang akan memasuki musim dingin. Pagi yang cukup buta itu, cukup dingin jika dirasa dengan kulit telanjang ataupun hanya dengan kaos tipis. Tapi itu tak menyurutkan semangat sang gadis muda yang tengah berkutat dengan eksperimen ( katanya ) memasaknya. Dia itu cukup hobi dengan hal dapur apapun itu. Meledakkan dapur juga pernah ketika dia tak sengaja menghangatkan  makanan di mesin microwave.

Bukan sekali dua kali dia meledakkan dapur. Sudah bisa terlalu sering karena kecerobohannya yang sulit dikendalikan, tetapi dia adalah gadis yang bisa diandalkan dalam apapun urusan. Juga hobi memasaknya pun sudah mendarah daging sejak dia menduduki bangku SD tingkat akhir. Tinggal lama bersama sang nenek menjadikan dia mandiri yang kuat dan bisa mengatasi tekanan dalam keseharian hidupnya. Namun ketika sang nenek meninggalkan dirinya untuk istirahat yang abadi, menjadikan dia gadis yang ugh... Bisa dibilang anti mainstream.

" Pagii... Telah pergi....mentari tak bersinar lagi. Eh udah malem dong kalau ga bersinar. Bodo dah yang penting masakanku selesai. Yuhuuuu." Bersenandung sendiri, berceloteh sendiri menjawab sendiri. Gadis itu menari nari kecil dengan menggerakkan pinggul ke kanan dan kiri menghibur diri di dapur yang masih sepi.

Segala apapun dicoba, dengan dalih katanya mencoba hal baru itu tantangan. Sudahlah biarkan dia dengan fikiran randomnya. Sang kakak pun juga angkat tangan dengan adik satu-satunya yang dia punya setelah si bungsu meninggal mengikuti sang ibu.

Di dapur, segala bahan yang tersedia di lemari pendingin ia pakai. Menjadi bermacam-macam masakan dengan ragam rasa dan aroma. Setelah masakan terakhirnya yaitu sup ayam dengan wortel dan kacang-kacangan itu, dia mematikan kompor listrik yang ada di dalam dapur itu. Memang di dapur ini semua menggunakan barang yang sudah sangat canggih. Bahkan lemari pendingin tidak berukuran rata-rata tapi hampir mirip dengan ruangan penyimpan barang saking besarnya. Tapi itu hanya untuk menyimpan bahan masakan yang mentah.

Dia menata seluruh hasil eksperimen yang dia buat, bisa dibilang sederhana saja masakannya meski bermacam-macam. Diatas meja makan sudah sangat rapi dengan masakannya. Seperti sup yang baru matang tadi, perkedel kentang, ayam goreng yang sudah dibumbui marinasi racikannya sendiri, telur balado dengan daging sapi, perkedel daging dengan campuran telur bebek, olahan masakan Jepang tidak tahu apa namanya dan terakhir ada otak-otak hasil karya sendiri. Semua hasilnya sendiri, memasak di jam setengah 4 pagi sampai jam 6 kurang sepuluh menit semua sudah siap.

" Wah hebat juga gue, ahayyy makin siap jadi pacar julio. Ehhhh....." Menengok kanan kiri depan belakang, takut ada yang mendengar apa yang ia gumamkan. Untungnya masih sepi, tidak tau kemana semua apa masih berhibernasi ataukan sudah ada yang bangun.

Merasa masih sunyi walau sudah pagi dia sengaja membuat jus sekalian, tidak dengan air dingin karena udara cukup dingin. Membuat 3 buah macam rasa jus lalu mengakhiri semuanya dengan mengembangnya senyum dari bibir plumnya yang seksi menurutnya.

" Woahhh amazing, ini kamu yang membuat semua? Sendiri"  Tanya pemuda itu pada gadis yang baru ia lihat saat membuka matanya menuju dapur untuk mengambil segelas air. Dan hanya dapat di angguki kepala sekali oleh sang pemilik masakan.

" Kamu siapa? Kok baru lihat sih Naya." Sebuah pertanyaan dilontarkan oleh sang gadis yang pagi buta sekali bangun, dan bereksperimen itu katanya. Dengan melihat dari atas sampai bawa kepada sang pria, melihat dengan raut memindai seakan menilai bagaimana pria muda didepannya ini. Mungkinkah seumuran dirinya??.

" Ekhmmmm. Aku.." baru saja ingin mengenalkan diri tapi sebuah tepukan didapatkan cukup keras di bahunya.

" Ey Yo brooo. Long time no see." Timpal si penepuk bahu dengan tidak santainya itu.

Jaevan Altezza Belvaro || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang