" Perasaan itu lucu. Tak bisa ditebak kapan datang dan apa penyebabnya. Jadi banyak yang berkata jika perasaan adalah anugerah "
" PWUUUUUFFF, ohokk ohokkk. Idihh sape luu, enak banget ngejonggor disitu. Pulang ga lu heh. Aduh sakit mata aku liat Mak lampir."
Sore menjelang malam, lebih tepatnya senja sedang rindu menampakkan keindahan yang akan terganti dengan gelapnya rona langit. Sesaat setelah memarkirkan kendaraannya di garasi, laki-laki muda berparas tegas itu melipirkan kakinya dengan setengah berlari guna menenggak air putih dalam kulkas di dapurnya. Tak mengindai sisi kanan dan kirinya yang terpenting hausnya terobati.
Tepat setelah hausnya sirna, dia tolehkan netranya ke arah samping dan menemukan gadis menyebalkan yang mengganggu saraf mata katanya. Padahal dia sedang minum dan tersedak sendiri tapi mengapa matanya yang sakit?. Dia terkaget dan secara reflek menyemburkan air dalam mulutnya sampai tersedak secara tak manusiawi. Menepuk pelan dadanya lalu mengomel layaknya terkaget bertemu makhluk halus.
" Sapeee luu, enak banget makan makanan orang, siniin gak cake gue. Demen banget cari gara-gara Mak Lampir." Omelnya untuk kesekian kali setelah mereda rasa sakit pada dada dan hidungnya karena semburan mendadak yang dia alami sendiri.
Dengan pandangan konyol dan merasa tak bersalah, gadis itu melihat Deviano mengomel dan hanya memandang dengan pandangan polos yang dia miliki. Yah itu Deviano, manusia yang katanya jahil tapi cepat ambekan itu mengomel karena melihat di depannya ini. Gadis ini tiba-tiba terlihat berdiri disebelah meja dengan memakan cake coklat miliknya yang di buat oleh mommy kemaren sore sebelum pergi ke luar negri mengikuti papanya bertemu klien.
Siapa lagi gadis yang menyebalkan menurut Deviano kalau bukan gadis mungil yang masih duduk di bangku kelas 2 SMK ini. Gadis yang memang terlihat riang dan selalu tertawa itu tapi cukup menyebalkan dan mengganggu di mata Deviano. Dia ingin menikmati waktu sore dengan tenang setelah itu bersih-bersih diri dan makan malam, hanya itu yang ada dipikirannya selepas kelas sore usai yang melibatkan otak kirinya bekerja maksimal itu.
Tapi apalah arti waktu tenang sekarang. Semua sirna menjadi buram angannya setelah melihat gadis dengan raut muka tanpa dosa didepannya ini, terus melahap cake coklatnya sembari melihat dan mendengar Omelan laki-laki didepannya itu.
Siapa lagi gadis yang akan berdebat dengannya sebentar lagi, siapa lagi gadis yang aneh menurutnya, siapa lagi gadis pengganggu menurutnya kalau bukan...
Chellyn.Dengan raut seperti tak berbuat dosa dengan mimik muka konyol itu dia hanya menatap sosok laki-laki didepannya dengan tak berkutik, terus menikmati cake seakan didepannya ini hanyalah angin. Sampai dia pengang sendiri mendengar dan siap adu mulut bahkan baku hantam sekalipun. Dia tidak takut dan tak akan pernah takut dengan bisep ditangan dan otot di dada laki-laki didepannya ini.
" Udah cape? Ngapa diem tuh. Ngomel Mulu si. Timbang cake aja kek mau diambil hartanya. Pelit amat jadi orang, ga laku mampus. Gue doain dapet cewe yang kek gue. HA HA HA, Aduh aduhh bodo ah bye. Terimakasih cake nya badak bercula tiga muachh." Balasnya dengan congkak seperti menantang. Dengan akhiran kissbye darinya dia melarikan diri ke tempat dimana yang lain sudah duduk manis menikmati senja.
Emosi sudah si Deviano, tak habis pikir mengapa ada gadis aneh seperti dia. Apa katanya tadi? Dapat gadis seperti dia. BIG NO. Memikirkannya saja tidak apalagi mendapat, bisa mati muda dia. Dengan perasaan dongkol yang menggebu dan emosi yang meletup-letup dia melarikan diri ke kamar dan akan mandi dengan air dingin meski udara cukup dingin karena akan memasuki musim salju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaevan Altezza Belvaro || Jaemren
Fiksi RemajaTentang bagaimana hidup jaevan si yatim piatu yang diangkat anak oleh keluarga agler dan dianggap kembaran dari anak kedua mereka. Tentang bagaimana kisah jaevan dengan cintanya. Dan sampai mana dia harus menjadi kuat, apakah dia harus menjadi kuat...