Malam ini Jin GuangYao terpaksa mengungsi ke rumah adik iparnya, dia takut setengah mati setelah melihat film azab dan mati tersandung kerikil. Lalu bagaimana dengan Lan XiChen? Dia sibuk ronda dengan bapak-bapak lainnya sehingga para istri diam dirumah masing-masing. Kalau sudah malam seperti ini ibu-ibu pasti mulai berdatangan dan merumpi bersama.
Tiba-tiba Nie HuaiSang bercerita. “Kalian tahu?” Tanyanya dengan mengintimidasi. Dengan kompak semua ibu-ibu menggeleng macam anjing gila. “Kemarin pas abis balik terawih aye liat pasar malem di depan komplek, disitu banyak jajanan yang bisa membuat kita kenyang dengan hemat!” Ya, pada dasarnya dia tetaplah ibu rumah tangga yang pelit /coret/ hemat.
Seketika semuanya langsung melotot, terutama Yu ZiYuan. “Gila! Skuy lah, yakali ga skuy!” Ibu beranak tiga itu langsung bangkit dan mengepalai ibu-ibu lainnya untuk keluar dari kediaman Wei WuXian. Entah mengapa Jin GuangYao terus menempel pada Wei WuXian, dengan risih dia menyenggol lengannya yang terus digelayuti beruk bogel itu.
Lan JingYi dan Jin Ling sibuk dengan lirik kanan, lirik kiri, kali aja ada berbondong. Eh astagfirullah ga boleh begitu, dosa. Nie HuaiSang sudah mampir di mobil yang berisi parabot, dia mengacak-acak gayung dan juga centong, setelah itu dia pergi tanpa dosa. Abang parabot hanya bengong sembari mengambil ancang-ancang untuk menimpuk mpok betawi tersebut menggunakan sandal swalawnya.
Yu ZiYuan mencoba menarik Lan JingYi dan juga Jin Ling yang ternyata malah beneran bablas nyamperin berondong deket kios pemancing bebek-bebekan. Wei WuXian masih menggoyangkan bahunya tatkala Jin GuangYao masih merekat padanya. Bagaimana dengan Jiang YanLi? Ah, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat para ibu-ibu yang tidak kondusif.
“Bisakah kita fokus pada tujuan utama kita?” Yu ZiYuan memulai, ya karena dia mau borong barang murah meriah disini. Belum sempat dia mengontrol para ibu-ibu, mereka sudah menghilang tanpa jejak. Hanya tersisa dirinya dan juga Jin GuangYao yang ditinggalkan dengan paksa oleh Wei WuXian.
Seperti anak komodo yang ketakutan, dengan hati-hati Jin GuangYao melangkah kearah Yu ZiYuan untuk memeluk lengannya sama seperti dia memeluk lengan Wei WuXian beberapa detik yang lalu. Ketika dia mendonggak, et buset itu muka persis kek Jiang Cheng yang siap nikam ayah mertuanya. Serem bet gila!
“Ehehehe, nyonya Yu.” Kekehan itu tidak ada artinya karena sekarang Yu ZiYuan ikut ngacir dan meninggalkan bini kakanda yang sekarang gemeter brutal, hampir ngompol dikit. Padahal ini pasar malam yang ramai tapi dia tetap takut.
Sementara itu di pos ronda, para bapak-bapak bosan dengan kegiatan yang itu-itu aja. Apalagi Lan SiZhui, dia hanya mau uang, uang dan uang. Jiang Cheng sendiri sedang nangkepin nyamuk, kali aja bisa jadi peliharaan. Bagaimana dengan yang lainnya? Lan XiChen, Lan WangJi, Nie MingJue dan Jin ZiXuan sedang merumpi tentang kasus penculikan janda montok di komplek sebelah.
Padahal itu janda satu-satunya cara mereka cuci mata, mengingat bini mereka kalo marah kayak reog kesurupan, jadi mereka hanya bisa mantengin kesemokan janda kembang dari komplek sebelah. “Eh tapi, kalian pernah ga sih liat anaknya bu-” Perkataan Jiang Cheng langsung disela oleh Jin ZiXuan.
“Udah gua kasih anak gua, masih aja liatin cewek lain.” Jin ZiXuan memainkan ponselnya yang berisi wanita-wanita semok, kenyot able dan wangy-wangy! Dengan sabar Jiang Cheng meletakkan toples berisi nyamuk yang dia tangkap sebelum melepas sarungnya dan melilit ayah mertuanya dengan penuh kekesalan.
“Urang geh nteu pernah ya duain si neng, maneh teh gelo pisan!”
“A'a! Istighfar!” Nie MingJue langsung memisahkan menantu dan mertua yang tidak pernah akur tersebut
Berbeda dengan Lan SiZhui, dia malah membawa ligh stik untuk menyemangati kedua orang dewasa tersebut yang sedang baku hantam. “Bwahahahaha! Ayo om lilit terus! Lilit!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga [MDZS°TGCF]
FanfictionPara tetangga kampret mulai berkeliaran, bagaimana jadinya jika mereka bersatu?