Kobaran Api

190 18 2
                                    

Jin ZiXuan sibuk angon bebek-bebeknya, sembari melihat kerumunan bebek yang berkoek dia membawa bebek-bebeknya jalan-jalan di pagi ini. Jiang Cheng dan Wei WuXian yang sedang menuju ke rumah teteh mereka karena ada urusan yang penting, eh sebenernya ga penting-penting banget sih. Mereka berdua lantas langsung berhenti untuk melihat tingkah ipar mereka.

“Teh, liat! ada juragan bebek!” Jiang Cheng memasukan kuaci yang baru dia kupas kedalam mulutnya. Kemudian Wei WuXian tertawa sembari memakan kuaci Jiang Cheng tanpa dikupas terlebih dahulu karena katanya kulit kuacinya manis kayak muka ayang nya. Aseeek srepepepepet!

“Cuy! Si teteh ada dirumah ga?” Tanya Wei WuXian dengan beringas, Jin ZiXuan berhenti sejenak dan membuka kacamata hitamnya.

Jin ZiXuan, “Excuses me, maneh teh saha?”

Mendengar hal itu Jiang Cheng menggeplak punggung ayah mertuanya sampai bunyi bugh! Ya maklum, ada dendam pribadi. “Maneh teh jangan sok-sokan pake bahasa ingris, makan jengkol sama pete aja lahap pisan ih gimana mau jadi bule!”

Wek! Wek! Wek! Wek! (suara bebek)

“Oh, I'm sorry guys I mau ke home and emam breakfast.” Campuran bahasa ingris bulepotan Jin ZiXuan mulai kambuh, ya maklum obatnya lagi habis. Setelah itu dia kembali mengajak bebek-bebeknya berjalan dan kembali pulang.

“Idih tuh liat mertua maneh Cheng, najis pisan ih teteh sama dia.” Komplain Wei WuXian saat Jin ZiXuan sudah menjauh dari mereka.

Sementara itu, Jiang Cheng dengan gegabah mengupas kuacinya dan memakannya dengan gusar. “Teh, atuh urang geh males liatnya. Alay pisan ih.” Keluhnya juga.

Akhirnya mereka kembali berjalan dan dia bertemu Nie HuaiSang yang sedang kipas-kipas manja sambil jogging. Dia menyapa, “Eh, ada beban keluarga! Mau kemana?”

Jiang Cheng meliriknya sebentar sembari mengupas kuacinya. “Mau kerumah teteh, ikut ga?” Tawarnya.

“Oh, si mpok lagi senam di lapangan tuh sambil godain sugar daddy!” Seru Nie HuaiSang. Jiang Cheng beserta Wei WuXian hanya menggut-manggut dan langsung menuju tanah lapang tempat Jiang YanLi berada. Memang keluarga yang konyol.

“Kalian mau kemana?” Tanya Nie HuaiSang bingung ketika dua kakak beradik itu mulai meninggalkannya.

Kemudian Wei WuXian menjawab. “Ikut godain sugar daddy lah! Mumpung ayang WangJi lagi jualan seblak di Portugal. Ya kan Cheng!” Dia menyenggol Jiang Cheng sampai kuaci-kuacinya hampir jatuh.

“Ya, lumayan sih kalo ada yang nyawer hehe.” Jiang Cheng melahap habis kuacinya yang tidak habis-habis.

Nie HuaiSang langsung mengguncang tubuh Jiang Cheng agar segera sadar. “Bang! Sadar bang! Bini lo kan galak banget, jangan coba-coba dah godain sugar daddy segala!”

“Astagfirullah! Anying lupa bini dirumah ga bisa masang gas! Pulang dulu, kalo ada kebakaran berarti itu rumah gue!” Jiang Cheng menggeplak kepalanya sendiri dan langsung ngacir pulang meninggalkan Wei WuXian dan Nie HuaiSang yang sekarang niatnya mau godain sugar daddy di lapangan.

Sementara itu Lan XiChen dan Jin GuangYao sedang asik goyang mujair di lapangan tersebut, tak lama setelah lagu berhenti kedua dakjal itu datang. “Wih! Mas XiChen doyan goyang nih, sawer dong!” Wei WuXian bergelayutan di bawah lengan seorang kakanda.

“Uang mas abis dipalak anak mu dek!” Jujur Lan XiChen, karena tadi pagi katanya ban sepeda family milik Lan SiZhui meledak dan perlu biaya untuk memperbaikinya sehingga dia bisa berangkat bekerja.

Sialan, anak anjing itu selalu mewarisi sifat terpuji ku.” Gumam Wei WuXian. Ketika dia hendak ikut joget mujair, matanya langsung menemukan teteh nya yang sibuk mimpin ibu-ibu senam aerobik. Langsung saja dia menghampirinya dan ikut join secara tiba-tiba.

“Bau-Baunya kayak bau pendosa nih!” Jiang YanLi langsung berbalik dan melihat adiknya itu pargoy di tengah-tengah kenormalan ibu-ibu lain yang sedang senam aerobik. Dia menepuk keningnya dan berujar, “A-Xian! Pulang!” Dia melepas sebelah sepatunya dan mulai melemparnya kepada Wei WuXian.

“Teteh! Atuh mau ikutan, mana om-om sugeh nya? Mana?” Tanyanya dengan heboh sembari celingak-celinguk kanan dan kiri, sementara itu dirumah Jiang Cheng hanya bisa menghela napasnya, untuk kedua kalinya dapurnya kebakar. Dia menatap Jin Ling yang menyatukan jari telunjuknya dengan tatapan tanpa dosa.

“Neng, kan udah A'a bilangin kamu teh jangan pasang gas sendiri, bisa-bisa rumah kita jadi abu!”

“Ya, neng laper A' belum makan lima tahun.” Jawab Jin Ling.

“Pala lu lima tahun! Gua barusan liat lu makan lima menit yang lalu njing!” inginnya Jiang Cheng berkata seperti itu, namun tidak bisa. Harus sabar, sabar, sabar. Dengan tatapan miris Jiang Cheng melihat dapurnya yang ancur lebur, sedetik kemudian dia melihat Jin Ling yang menyelamatkan sendok dan garpu kesayangannya yang tergeletak di tumpukan abu itu.

Melihat hal itu, Jiang Cheng menekuk wajahnya dan langsung membuangnya ke tumpukan abu tadi sebelum membanting gas lain untuk membakar satu set alat makan itu. Jin Ling menatap Jiang Cheng dengan tatapan yang tajam dan Jiang Cheng pun sama. Di sela-sela tatapan sengit itu, tercipta kobaran api yang semakin besar namun mereka tetap mengabaikannya.

“A'a tau kan, itu set alat makan Hello Kitty kesukaan neng?” Amuk Jin Ling.

“Tapi itu dari mantan kamu neng!”

“Ya atuh terus kenapa? Neng teh suka banget sama gambar Hello Kitty nya! A'a tega pisan ih!”

Jiang Cheng menggeleng dengan kuat. “Ga, ga, ga! Ga bagus itu!”

“Bagus! A'a tega! Jahat! Udah ga sayang lagi sama neng, mau lapor bapake-”

“Ga aci atuh neng, kalo berantem ga boleh ngadu-ngaduan! Entar papa kamu seneng kalo kita cerai.” Sela Jiang Cheng sembari merebut ponsel itu, dan Jin Ling menatapnya dengan bingung.

“Oh, ga boleh ya?”

“Iya, ga boleh.”

“Jadi set alat makan neng gimana itu?”

“A'a beliin yang baru, edisi Sailor Moon!” Jiang Cheng mengutak atik ponsel Jin Ling yang sedang dia genggam dan mengklik set alat makan yang dia pesan. Akhirnya keduanya berbaikan secara tiba-tiba karena set alat makan Hello Kitty itu sudah tergantikan dengan satu set alat makan edisi Sailor Moon yang akan mendatang.

Tak lama setelah mereka berbaikan, keduanya baru sadar jika dapur mereka semakin terbakar. Dan akhirnya pemadam kebakaran datang untuk memadamkan api yang semakin besar itu. Setelah api itu padam salah satu komando pemadam itu bertanya penyebab terjadinya kebakaran tersebut. Dan dengan kompak Jiang Cheng dan Jin Ling menjawab karena pertikaian rumah tangga.

Para pemadam dan warga yang menengok menggelengkan kepalanya, lalu salah satu dari mereka bertanya mengapa mereka bisa bertengkar sampai membakar rumah. Kemudian Jiang Cheng menjawab karena meributkan satu set alat makan Hello Kitty.

Memang edan.

Tetangga [MDZS°TGCF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang