Lembaran demi lembaran lolos dari jari-jemari Lan WangJi yang dengan lihai memisahkan uang kertas dan recehan di genggamannya. Jualan kali ini benar-benar laku keras, akhirnya dia bisa mudik balik ke rumah buat beli perlengkapan lebaran besok bersama iblis sweaty tercintanya. Secepat kilat, dia langsung membongkar kopernya dan mengemasi barang-barangnya, sumpah demi apapun, ini beneran ga sabar mau pulang, Lan WangJi bahkan sempet nyengir dikit saking ga sabarnya.
Oke, oke, oke, tenang. Tetap kalem, satu hembusan nafas tertarik sebelum kembali dibuang. Sekarang Lan WangJi memeluk kopernya sembari tidur meringkuk di kiosnya, ya maklum dia kan cuman pedagang yang punya usaha. Ketika dia hendak memejamkan matanya, satu teriakan membuat matanya kembali terbuka.
“Beli!”
Seluruh tubuh Lan WangJi langsung lompat bagai kucing yang dilempar timun. “Anj- kaget bngst!” Eh, astagfirullah inikan bulan puasa, ga boleh ngomong kasar. Reflek Lan WangJi langsung elus-elus dadanya dan mulai berjalan keluar untuk melihat siapa bocil kematian yang berani menggangunya tidur di malam-malam buta begini.
Ketika dia sudah sampai didepan, dia melihat bocil ingusan yang menyodorkan uang padanya. “Beli donat!” Serunya. Kedutan di wajah Lan WangJi menjadi mengencang, udah jelas-jelas di spanduknya jualan seblak, tapi kenapa ini bocah nyasar mau beli donat!
“Donat, no, no no!” Lan WangJi menyilangkan tangannya sembari menggelengkan kepalanya. Kemudian dia mengangguk sembari berkata, “Seblak, yes, yes, yes!”
Mendengar hal itu, bocil tersebut pundung dan bergegas pergi. Lan WangJi sedikit bingung dengan tingkah bocah tersebut, tapi dia nggak mau ambil pusing. Lebih baik dia kembali masuk dan cabut sekarang juga.
Sementara itu dirumah, Wei WuXian lagi asik-asiknya masak bareng menantunya, mengingat besok lebaran. Lan JingYi hanya haha hihi dari tadi, kenapa? Karena lakinya sibuk lembur di rumah sakit perkara belum nyiapin duit buat mersenin bocil-bocil besok. Dua istri-istri yang sedang ditinggal para suami itu sibuk mengaduk-ngaduk panci berisi semur dan juga opor.
Tiba-tiba pintu terketuk, tanpa mereka bukakan pintunya Nie HuaiSang sudah masuk ke dalam dan membawa bom nuklir digenggamanya. Wei WuXian langsung terkagum-kagum. “Anjay, dapet dari mana?” Tanyanya dengan antusias. Sementara Lan JingYi sudah berlindung dibalik penggorengan yang dia jinjing.
“Laki aye baru balik dinas, terus aye dikasih ini dong!” Bangga Nie HuaiSang. Dia memamerkan bom nuklir sepanjang tiang listrik tersebut pada teman-temannya.
“Aduh mpok! main nuklirnya jangan disini!” Seru Lan JingYi dengan gemetar, ya jujur aja dia takut sewaktu-waktu nuklir tersebut meledak. Dan Nie HuaiSang hanya terkekeh gembira dan mulai keluar dengan nuklir kesayangannya. Saat itu juga, Lan JingYi baru bisa bernafas dengan lega.
Wei WuXian mengecek masakannya, dan mematikan kompor sebelum menarik Lan JingYi keluar karena masakan mereka telah siap. Di depan sudah ada Lan XiChen dan Jin GuangYao yang lagi takbiran, Jiang Cheng yang lagi pamer baju upin-ipin couple yang dia beli di pasar malam pekan lalu, namun dia langsung ciut ketika Nie HuaiSang pamer bom nuklir miliknya.
Jin Ling dan Nie MingJue sedang main karambol sampai wajah mereka penuh bedak karena cara bermain mereka sangat cupu. Tak lama Jiang YanLi dan Jin ZiXuan datang dengan membawa sebakul soda, membuat semua warga sendawa secara bersamaan. Jiang FengMian dan juga Yu ZiYuan datang dengan membawa, em.. mereka tidak membawa apapun.
Suasana malam takbir hari ini begitu menyenangkan, Wei WuXian menatap langit kelap-kelip karena lampu gantung yang baru dipasang oleh Nie MingJue sebelum dia bermain karambol bersama Jin Ling. Coba aja lakinya cepet pulang, pasti dia akan-
“Wei Ying.”
DUAR MAGENDOR GENDOR DUAR BAKEKOK!
ala-ala drama korea, Wei WuXian menoleh dan melihat Lan WangJi merentangkan tangannya dengan senyuman tipisnya. Langsung saja Wei WuXian berlari dengan brutal dan memeluk koper suaminya. “Oh uang! Kalian sudah sampai!” Serunya dengan gembira.
Disaat yang bersamaan, Lan SiZhui datang dengan kantung mata yang tebal. “Dek, mas pulang.” Dengan nada lesuhnya Lan JingYi menghampirinya dan mencium tangan suaminya. Sejauh ini ternyata dia cukup berbakti walau sering ribut perkara lakinya yang mata duitan. Ya, dia juga mata duitan sih..
Tapi tak lama kemudian, “Gimana? Uang lemburnya udah cair?” Lan JingYi bertanya sembari melepas jas putih berbau obat khas aroma rumah sakit dari bahu Lan SiZhui. Secepat kilat Lan SiZhui langsung full nyengir dan memamerkan duit hasil lemburnya ke bininya. Kemudian keduanya jingkrak-jingkrak sama persis ketika mereka menemukan uang logam diselokan beberapa minggu yang lalu.
Jiang Cheng langsung menyembunyikan baju upin ipin yang sendari tadi dia pamerkan, karena barangnya lah yang paling tidak berarti disini. Melihat yang lain pamer ini itu, dia hanya pamer baju upin ipin yang dia beli di pasar malam. “Bang, ngeri ih!” Nie HuaiSang menyenggol Jiang Cheng ketika mereka menyaksikan kedua pasangan rada aneh di sana.
Jiang Cheng melirik Nie HuaiSang sebentar, kemudian melihat nuklirnya. Dengan cepat dia berlari ke tempat Jin Ling sedang bermain karambol bersama Nie MingJue. “Neng, mau nuklir!” Pintanya. Jin Ling langsung melompat terkejut dan menempeleng pala lakinya menggunakan biji karambol yang penuh dengan bedak.
“Nuklir? Kenapa harus nukl-” Eh, tunggu dulu. Jin Ling menyadari jika Jiang Cheng iri dengan yang lain. Dan nuklir Nie HuaiSang begitu menawan dimatanya, terlebih Jin Ling melihat baju upin ipin yang sudah lecek di genggaman suaminya.
Dengan satu helaan nafas Jin Ling mengambil salah satu baju tersebut dan mulai memakainya. “Untuk apa punya nuklir kalo ga punya baju upin ipin!” Jin Ling memakaikan baju lainnya pada Jiang Cheng. “Nih denger ya, disini ga ada yang lebih keren selain kita. Jadi A'a ga perlu malu atuh!” Jiang Cheng langsung semar-mesem udah kayak abis dikasih temulawak, dia tercandu-candu dengan senyuman bininya yang akdheisjdussjdjsk.
Dan saat itu juga, Jiang Cheng kembali pamer baju upin ipin yang dia kenakan. Jin Ling lanjut main karambol bersama Nie MingJue yang sudah banjir air mata perkara terkagum-kagum dengan perkataan bini kawannya ini tadi. Di pandangan Nie MingJue saat ini Jin Ling hanyalah ibu rumah tangga yang dempul dengan bedak karambol, tapi dia yakin di pandangan Jiang Cheng pasti Jin Ling adalah seekor ibu peri yang sedang terbang bebas dengan memakai baju upin ipin.
Jin Ling menyentil logam karambol dengan begitu semangat, dan siapa yang menyangka, ternyata dia menjadi sangat, sangat, sangat dan sangat cupu sekarang. Nie MingJue menekuk wajahnya ketika melihat lawannya ini kembali berlumuran bedak karena kalah terus-menerus.
Dan sekarang adalah gilirannya. Nie MingJue sedikit pemanasan sebelum menyentil logam karambol lainnya. Dan, tuing!
Logam berbalut bedak tersebut mental dan menyenggol nuklir yang di genggam oleh Nie HuaiSang. Seketika semua orang langsung panik, takut bom nuklir tersebut berkontraksi dan meledak. Namun nyatanya tidak. Semua orang bernafas dengan lega dan Lan XiChen melanjutkan takbirnya.
Malam takbir ini sungguh penuh kejutan, dan tak terasa besok mereka sudah tidak berpuasa lagi. Dan juga besok Jiang Cheng akan bermaaf-maafan dengan Jin ZiXuan. Ah, sungguh malam takbir yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga [MDZS°TGCF]
FanfictionPara tetangga kampret mulai berkeliaran, bagaimana jadinya jika mereka bersatu?