3| Hari Pernikahan

262 26 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Dua hari yang berlalu, hari ini acara pernikahan yang sederhana. Penata hias sedang menghiasi wajah zeliyah dengan simpel tanpa bulu mata dan soflen. Zeliyah masih ketakutan karena alat make up memiliki bulu tipis menusuk wajahnya tapi untung saja renita yang menemaninya agar bertahan rasa takut.

"Umii ...." Zeliyah ketakutan.

"Tenang yah sebentar lagi selesai kok." Ucap Renita mengenggam tangannya dengan senyuman.

"Sudah selesai sekarang kamu pakai cadar yah." Penata rias mengambil cadar di hanger.

"Cadar?."

"Iyah calon suamimu yang minta ke saya buat mau nutupi wajahmu pakai cadar." Ucap penata rias dengan senyuman.

"Kenapa aku harus pakai cadar?." Penata rias menolehkan Renita tersenyum.

"Ya ampun kamu ini kan hijrah belum izin ke umii dari awal."

"Umii bolehin kamu pakai cadar soalnya abii udah lama ingin kamu bercadar memakai penampilan tertutup aurat."

"Benarkah?." Renita mengangguk.
"Jadi mau?."

"Hm ... Iyah, aku mau mungkin dia pasti cemburu gegara cowok bukan mahram ngeliatin kecantikan aku tanpa cadar."

"Benar sayang." Ucap Renita mengelus kepala berbalut kerudung dengan senyuman tawa.

Penata rias dan asistennya juga terkekeh menggelengkan kepala dengan pelan melihat tingkah Zeliyah. Mereka sudah menduga bahwa ia tidak pernah memakai cadar walaupun ia hijrah.
Zeliyah pun yang hijrah tidak berniat mengizinkan Darva untuk memakai bercadar. Zeliyah menutup matanya di depan penata rias berlangsung memakai cadar bewarna putih ke wajahnya lalu membenarkan kerudung di kepalanya dengan rapi.

"Sudah selesai coba kamu liat ke cermin." Zeliyah menolehkan ke cermin untuk melihat wajahnya.
Zeliyah terkagum melihat wajahnya bercadar yang ia pertama kali terlihat tampak cantik seperti bidadari surga.
"Maa Syaa Allah kamu cantik banget bikin umii terkagum." Ucap Renita tersenyum memujinya.

"Makasih umii." Zeliyah mengusap sisa air mata Renita terharu melihat Zeliyah akan menjadi istri sah walaupun ia masih sangat muda berumur 18 tahun.

Fotografer mendatangkan ke ruang Zeliyah untuk memotretnya. Setelah itu, fotografer sudah mencukupi untuk memotret Zeliyah berpose yang simpel lalu ia berlangsung pergi di luar rumah.

Tiba-tiba ada yang memanggil Zeliyah membuatnya mengenal suara di ruang tamu pasti adalah keluarga Valdo. "Zeliyah kesayanganku saya datang!!." Zeliyah pun berlari menuju ke Valdo lalu memeluknya.

"Abang... " Ucap Zeliyah dengan sedih.

"Lama nggak jumpa ketemu sama adikku." Ucap Valdo juga memeluknya dengan senyuman bahagia.

"Aku juga, aku rindu sama abang."

"Banget?." Zeliyah mengangguk.

"Maaf yah saya nggak bisa ketemu sama kamu soalnya sibuk pekerjaan." Ucap Valdo dengan senyuman sedih.

"Nggak masalah lagian kan ada umii dan abi." Ucap Zeliyah melepaskan dari pelukannya.

Zeliyah pun tidak pernah tersenyum tetap senang bisa memeluk valdo adalah abang kesayangannya karena ia sangat merindukan Valdo yang selalu menjaganya atau melindunginya ke mana-mana pun seperti boydguard bayaran dari SD hingga SMA. Zeliyah sendirian tanpa Valdo sudah meluluskan dari SMA tidak bisa menjaganya adalah murid baru tapi bisa menjaganya hanya saat istirahat setelah kepala sekolah menerima yang Valdo izinkan untuk menjaganya.

ALVALIYAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang