11| Rindu

156 11 1
                                    

"Jika orang yang di benci olehmu maka janganlah membenci orang yang sedang membutuhkanmu karena ujaran kebencian adalah perkataan atau ucapan buruk yang di dalamnya terdapat unsur menyakiti orang lain".

-Muhammad Alvannis-

بسم الله الرحمن الرحيم

Matanya terpejam menidurkan diri disamping Alvan membiarkan Zeliyah tenang sendiri tanpa meminta bantuannya. Mereka berada di depan rumsh orang tuanya Zeliyah, "Humairah bangun, kita udah sampe di depan rumah orangtua kamu." Ucap Alvan membangunkan Zeliyah tertidur dengan lembutnya.

Melihat ekspresi Zeliyah cemberut menggocok matanya yang dibuat Alvan gemasnya, mencubit pipi Zeliyah dibalik cadarnya."Iiih lepasin pipiku."

"Habisnya melihat gemesin kamu baru bangun tidur kayak anak kecil yang ku ingat."

"Kamu masih ngebahas aku anak kecil?." Alvan mengangguk kepalanya.

"Kenapa gak suka anggepin kamu anak kecil?."

"Abi bukan kamu." Ucap Zeliyah melepaskan sabuk pengamannya lalu keluar dari mobilnya.

Alvan menghela nafasnya dengan tingkah Zeliyah mengesalkan di luar mobilnya, menunggu Alvan juga keluarnya. Alvan yang mengambil dua koper cukup berat yang isi hanya pakaian dan juga dua tas sekolah.

Zeliyah pun ingin membawanya, "biar saya bawain tas berat buat kamu belum cukup kuat." Tolak Alvan menyinggung perasaan Zeliyah.

Ia belum mengerti mengetahui bahwa Zeliyah sekuat tenaga mudah membawa tas belanja, elpiji, galon, lainnya yang pertolongan Renita. Perasaan Zeliyah tenang saja melihat Alvan membawa semuanya. Alvan mengikuti jejak Zeliyah pergi menuju ke rumah orangtuanya. Di depan rumah, "Assalamualaikum." Ucap Zeliyah mengetuk pintunya dalam tiga kali.

Tinggal menunggu orang tuanya, "walaaikumsalam." Ucap Darva membukanya

"Ada apa nih tumben kesini padahal belum liburan." Zeliyah menyalami punggung tangganya.

"Mau nginap disini satu malam kok kangenin Abi umii." Ucap Zeliyah langsung memeluknya. Darva terkekeh dengan kelakuan Zeliyah merindukan orang tuanya dari lamanya. Mengelus punggungnya, melihat Alvan barusan datang membawa dua koper dan dua tasnya.

"Assalamualaikum." Sapa Alvan.

"Walaaikumsalam." Ucap Darva melepaskan dari pelukannya lalu menyalami tangan Alvan.

"Biar saya bantuin nak." Tawar Darva.

"Gak perlu Abi saya kuat bisa bawain semuanya ke dalam kamar istri saya." Tolak Alvan.

Mengangkat koper dan tas sekolah lalu menuju ke dalam kamar Zeliyah, meletakkan keduanya di atas lantai. "Sapa tamu yang datang?." Tingkahnya anak kecil berlari memeluknya.

"Jangan lari seperti itu nanti jatuh sayang."

"Udah lama belum ketemu sama orang tua yang ku sayangi makanya aku gak sabar pelukin umii." Renita tersenyum mendengarnya.

Mengikuti Renita berbalik badannya menuju ke dapur untuk membuatkan kopi goodday dan teh hangat. Zeliyah mempersiapkan gelas kopi kaca diatas meja makanan, mencari bungkus kopi di toples kotak yang dalam lemari piring. Mengambilnya lalu memasukkan bubuknya ke dalam gelas kopi kosong sekalian juga teh Sariwangi di gelas plastik ke masukan gelas satunya. Bagian Renita meletakkan panci rebus yang berisi air di atas kompor sebelum menyala apinya, merebus airnya sampai didihnya.

"Nak gimana rasanya sekolah sama suami kamu?." Tanya Renita.

"Humm kabar baik lumayan udah dapet sahabat yang ku impian umii, dia Shafira dan Melisa juga belajar hijrah yang ku ajari tanpa sebangku mondok, mereka sekelas baik sering barengin aku kemana mana di sekolah diluar juga." Jawab Zeliyah.

ALVALIYAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang