بسم الله الرحمن الرحيم
Zeliyah adalah seorang murid pindah dari asal sekolah lama yang orang tuanya memindahkan Zeliyah ke sekolah lain. Umurnya tambah satu yang sama dengan ke delapan belas tahunnya, Zeliyah terlihat muda masih cantik memiliki tubuh mungilnya dan tinggi badannya sedikit pendek dibandingkan dengan lelaki setinggi seperti tiang listrik yang mangkrak.Kini Zeliyah berada di rumah orang tuanya yang sederhanakan tanpa ada kakak laki-laki sudah menikahi wanita. Kamar Aliyah sederhana dengan bingkai yang memperlihatkan keluarganya tanpa ada bingkai kecil di dinding berwarna putih. Banyak juga buku-buku Islam, Al-Quran dan alat-alat tulis lainnya di atas meja, belum lagi banyak boneka pemberian keluarga dan teman-teman kecilnya.
Ibunya pergi ke kamar Zeliyah untuk membangunkannya harus pergi mandi dan melaksanakan shalat shubuh. "Zeliyah bangun, jam ini sudah subuh kamu harus mandi dulu sebelum shalat." Ucap Renita yang menduduki di atas ranjang dan menggoyangkan bahu Zeliyah dengan tangannya.
Ekspresinya bangun tidur tergemas ketika Zeliyah berbalik posisi yang samping Renita, "Iyah umii." Ucap Zeliyah mengucek matanya.
"kamu nggak boleh tidur lagi kalo nggak abi marahi kamu ." Ucap Renita dengan iseng menakutinya.
"Ihh umii." Rengek Zeliyah.
Renita terkekeh, "Umii bercanda udah kamu mandi dulu umi mau masak buat sarapan pagi."
"Iyah umii." Renita berlangsung pergi ke dapur dengan senyum.
"Ugh kelakuan umi itu nakuti aku lagi." Ucap Zeliyah terduduk di atas ranjang yang berantakan dengan cemberut.
Zeliyah berdoa bangun dengan mengangkat kedua tangannya sebelum merapikan tempat tidur seebelum Zeliyah mengambil handuk sambil pergi ke kamar mandi setelah berdoa agar iblis tidak bisa mengikutinya.
Beberapa menit kemudian, dia mandi dan mengenakan seragam sekolah untuk keluar dari kamar mandi dengan kaki kanannya setelah berdoa juga kemudian ia mau memakai mukena untuk melakukan sholat subuh dan dzikir. Bagaimana dengan wudhu? Tenang saja dia sudah wudhu kok.
Zeliyah memakai basic skincare yang simpel terlebih dahulu memakai handsock, ciput, kerudung, kaos kaki, sepatu bewarna hitam agar kelihatan rapi. Tidak pernah lepas ingatan akan selalu menggunakan alat bantu dengar dimana pun ayah Zeliyah mengingatkannya. Tiba-tiba Renita memanggilnya, "Zeliyah sarapan!!." Zeliyah mendengar teriaknya.
"Iyah sebentar!!." Balas zeliyah berlangsung mengambil tas sambil pergi ke ruangan makan. Zeliyah menaruh tas dan menduduki di kursi bersama ayahnya bernama Darva sedang menelpon seseorang sementara Renita sedang menyiapkan sarapan untuknya.
"Abi telponin sama sapa?." Tanya zeliyah pada Darva meletakkan ponsel di meja.
"Putranya sahabat abi." Jawab Darva.
"Kenapa dia nelponin abi ada masalah?."
"Nggak ada masalah kok dia hanya beritahuin abi."
"Beritahu apa?." Tanya Zeliyah lagi.
"Katanya dia mau kesini buat jemputin kamu. " Jawab Darva dengan senyuman di depan Zeliyah terdiam mendengarnya.
"Kenapa dia mau njemputin aku kan nggak boleh barengan sama yang bukan mahram. " Ucap Zeliyah dengan rasa takutnya.
"Abi tau tapi dia terpaksa barengan sama kamu dengan menjaga jarak soalnya dia kasihani kamu sendirian." Zeliyah terdiam.
"Abi yang jelasin tentang aku semuanya ke dia?." Tanya Zeliyah pada Darva.
"Iyah..." Jawab Darva dengan perlahan.
"Abi udah ku bilang nggak boleh ngebongkar aibku ke keluarga besar dan orang lain" Ucap Zeliyah menahan amarahnya di hadapan Darva melihat ekspresi datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVALIYAH
Ficção AdolescenteALVALIYAH artinya Alva(N) (ZE)liyah itu nama campuran. "Aku tidak peduli dia tuli, Aku tetap mencintainya yang tidak sempurna". Orang tua memintanya untuk melindungi dan menemaninya ke mana-mana dengan menjaga jarak karena dia adalah korban bullyin...