5| Sahabat pertama

247 17 2
                                        

بسم الله الرحمن الرحيم

Sesampainya, mereka berada di parkir sekolah. Alvan akan turun dari mobil tapi tidak jadi karena ia melihat tangan Zeliyah gemetar, melihat Zeliyah tampak gugup yang di balik niqab tidak berani keluar. "Saya tau kalo kamu nggak berani keluar, mereka hanya menatapmu pakai niqab karena nggak ada wanita yang pakai cadar atau niqab di sekolah kita." Ucap Alvan mengenggam tangannya.

"Tapi bakalan terjadi gimana?."

"Terjadi atau tidak terjadi kan ada Allah yang menemanimu dan saya yang menjagamu." Ucap Alvan mengelus pipinya berbalut niqab dengan senyuman.

"Tahan yah. Ingat, kamu pernah dengar Valdo bilang kamu harus kuat nahan rasa takut nggak peduli dengerin omongan teman terburuk." Zeliyah mengangguk.

Alvan tersenyum melihat Zeliyah sedang mencoba bertahan rasa ketakutan, dia melepaskan selt beat lalu turun dari menuju. Alvan menuju ke kiri untuk membuka pintu mobilnya, ia tersenyum melihatnya sedang berdoa dengan kedua tangannya.

Zeliyah selesai berdoa langsung membasuh ke wajahnya dengan kedua tangannya, Alvan membiarkannya turun dari mobil tanpa membantunya karena ada banyak di depan mereka berdua. Alvan masih bersabar menunggunya bersiap untuk memberitahu kepada para sekolah bahwa mereka telah menikah.

Mereka terkejut melihat Zeliyah berniqab menunduk sedang memegang gantung kuncinya bersama Alvan berjalan menuju ke sekolah. "Cewek itu cantik banget pake niqab!!" Puji murid-murid sekolah.

"Dia kayak anak kecil pake niqab sering pegangin barang orang jadi lucu banget!!."

Alvan tersenyum menunduk sambil mendengar apa yang mereka berteriak-teriak memuji zeliyah adalah istri sahnya terlihat malu, ia masih di puji oleh para wanita terkagum karena dia seperti anak kecil memakai niqab. "Zaujati gimana rasanya mereka muji kamu?."

"Alhamdulillah aku senang dengar mereka pujiin aku meski nggak di bilang maa syaa allah."

"Pasti kamu kena ain lagi." Zeliyah mengangguk.

"Iyah aku bakalan punya jerawat baru lagi." Alvan terkekeh mendengarnya.

"Benar, kamu tau ain itu apa?." Tanya Alvan.

"Penyakit ain itu penyakit yang di sebabkan oleh pandangan mata yang di sertai sifat iri atau rasa takjub terhadap yang di pandang, dapat terjadi dari orang yang dengki atau orang yang cinta, dari orang yang jahat atau orang yang sholeh." Jawab Zeliyah menjelaskan.

"Terus ada solusi?." Tanya Alvan lagi.

"Ada solusinya adalah doa hindari penyakit ain." Jawab Zeliyah.

"Bissmillahirrohmahirroahim Audzu bi kalimaatillahit taammati min kulli syaithonin wa haammatin wa min kulli 'ainin laammatin artinya aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracun dan dari pengaruh 'ain (pandangan mata) yang jahat." Alvan tersenyum tidak salah memilih wanita yang ia cintai, dia tidak mempedulikan bahwa Zeliyah mengalami gangguan dengar yang hijrah karena Alvan sangat menghargai Zeliyah yang di temani olehnya.

Masa Taman Kanak-Kanak, Zeliyah kesepian tidak memiliki teman sebanyak harus bersamanya yang menemani Zeliyah agar tidak sendirian. Zeliyah belum mengetahui bahwa Alvan adalan anak dari sahabat Darva. Dia belum pernah bertemu orang tuanya menjemput Alvan bisa pulang sendiri dari TK karena mereka sedang kesibukan pekerjaan. Alvan mengajaknya untuk pulang bersama-sama menggunakan sepeda yang boncengan. Sekolah TK berjarak yang dekat, mereka berdua adalah teman tetangga yang selalu saling mengajak barengan kemana pun seperti persahabatan.

"Maa Syaa Allah istri saya pintar banget ngerti ilmu agama." Puji Alvan bersuara kecil dengan senyuman.

Zeliyah salting terdiam mendengarnya berjalan sudah sampai berada di depan rumah. Kedua sahabatnya adalah Randy dan Dimas melihat Alvan sedang mengobrol dengan Zeliyah, mereka berdua langsung menghampirinya.

ALVALIYAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang