27. renggang

4 1 0
                                    

Maichail tiba di sekolah lebih pagi. Ia ingin memenangkan dirinya terlebih dahulu. Ketika kaki nya melangkah di Sepanjang lorong menuju ke kelasnya ada sepasang kaki yang berhenti tepat di depannya. Ia sedang menunduk sekarang. Bukan hanya menunduk biasa tapi menunduk dalam.

Ia menghela nafas panjang kemudian menggeser kakinya ke kanan. Sedang sepasang kaki di depannya itu juga ikut geser ke kiri. Sehingga mereka kembali berhadapan.
" Gue mau lewat "
" Permisi "


Keduanya serentak mengatakan itu bersama. Mereka terdiam sejenak. Fahira diam di tempatnya. Maichail yang melihat gadis di depannya itu mematung segera saja ia meninggalkan tempat itu. Fahira memutar badannya 180°. Ia menatap nanar kearah Maichail.




Seharusnya ia yang marah karena Maichail telah memukuli kakaknya hingga di rawat. Harusnya kalau Maichail marah ia malah senang karena tak usah susah payah untuk menjauhi Maichail. Setelah kejadian itu kakaknya melarang Fahira berdekatan dengan Maichail.





Maichail kembali duduk di bangkunya dengan kasar. Sandi yang sedang membaca komik itupun terusik dengan kehadiran sahabatnya.
" Napa sih? "
Tanpa menjawab ia melepas tas punggungnya kasar kemudian membenturkan kepalanya ke meja dengan sengaja.




Sandi panik ia langsung menahan bahu Maichail kuat.
" LO GILAA!!! "
" IYAAA....GUE GILAAA..... GUE GILAAA... GUE GILAA KARENA DIA!!! "
Tatapan Maichail tajam menatap ke depan pintu. Sandi pun ikut menatap pintu. Disana ada seorang gadis dengan tubuh yang bergetar.





Perlahan gadis itu berbalik kemudian berlari menjauh. Miachail langsung terduduk di kursinya. Ia mengusap wajahnya kasar. Ia mengacak ngacak rambut yang tadi tersisir rapi.
" Mai "
" Gue pingin sendiri "



Sandi merogoh sesuatu di dalam tas Maichail. Setelah menemukan apa yang ia cari. Ia segera menggenggam kan sesuatu itu pada tangan Maichail.
" Tenangin diri Lo ya. Gue keluar "
Kata Sandi kemudian keluar dari sana.




Pelajarannya sudah di mulai sejak 15 menit yang lalu. Maichail tak juga fokus. Ia mencoba untuk melupakan kejadian kemarin dan tadi. Ia sangat marah dan kecewa karena ternyata yang membuat kakaknya melupakannya adalah kakak dari orang yang ia sayang.






Melihat Fahira menangis karenanya itu sudah cukup menyakitkan. Namun ia juga tak bisa egois dengan keadaan. Ia akan tetap membenci apa yang harusnya ia benci. Entahlah karena rasa itu tumbuh semakin dalam dan semakin kuat. Ia hanya tak mau membuat bundanya kecewa.






Waktu istirahat datang ia datang ke kantin. Ia duduk berdampingan dengan Sandi. Ada gadis yang duduk di depannya. Hanya melirik sekilas saja Maichail tau siapa dia. Maichail berpura pura tak melihatnya ia terlihat acuh dengan kehadiran kedua gadis di depannya.



Sandi melirik ke arah Nesya ia mengkode gadis itu agar pergi dari sini. Tapi ia tak paham juga. Maichail meremas minuman kaleng di tangannya.
" Mata lo kenapa? Kedutan "
Kata Nesya yang gagal paham dengan kode mata dari Sandi. Sandi menghela nafas panjang.






" Maaf kak, Hira dah ga bisa jadi guru les buat kak Maichail "
Maichail tiba-tiba tertawa keras. Membuat seisi kantin heran.
" Gue juga gak mau kali di ajarin sama  adeknya si bajingan itu! Siapa namanya? Rezvan syuqi?. Nama yang amat bagus tapi di sandang oleh orang yang BUSUK!! "




Kata Maichail menusuk relung hati Fahira sangat dalam. Nesya yang melihat itu tak terima. Fahira langsung beranjak dari duduknya. Niatnya untuk meminta maaf sekaligus untuk membatalkan kerjasama nya itu di tanggapi dengan kemarahan yang membeledak.





" Heh!!! Gak seharusnya lo marah. Yang berhak marah itu Hira. Lo udah pukuli kakaknya Sampai masuk rumah sakit mereka gak nuntut lo sama sekali! "
Nesya mengungkapkan perasaan jengkelnya dengan berkacak pinggang.
" Terus? "
Maichail enggan menghadapinya ia tetap tenang.



" Lo yang salah!! "
" Gue juga kalau nggak ada masalah ya gak mungkin lah kek gitu. Apa untungnya coba aku mukulin si Rezvan itu tanpa alasan. Lu gak usah ikut campur deh kalau lo mau hidup tenang. "
Kata Maichail dingin. Ia langsung kehilangan nafsu makannya.





Wajah Nesya memucat ia ingin membela Fahira namun ancaman Maichail sungguh membuatnya takut.
" Makanya anak kecil jangan sok. Harus kenali mana kawan mana lawan "
Kata Sandi menghina kemudian kembali duduk untuk memakan bakso yang tertinggal sedikit.





" Lu ngapain masih disini? Mau makan bareng gue? "
Kata Sandi mengusir Nesya geram kemudian berbalik meninggalkannya.
" Gak setiakawan banget sih. Tuh kak Maichail marah malah makan bakso!!"
" Lah hubungannya sama Lo? "
Lagi lagi Nesya dibuat mati kutu dengan perdebatan ini.




Setelah urusannya di kantin selesai Sandi menyusul Maichail di kelas. Maichail sedang membaca komik miliknya.
" Nanti mau temenin gue nggak? "
Tanya Sandi tapi tak di hiraukan. Sandi pun diam kemudian menyenderkan kepalanya di meja.




" Kemana? "
" Ketemu syeina "
Maichail mengangguk setuju. Sepulang sekolah mereka menuju ke pemakaman. Sandi duduk di depan gundukkan tanah yang sudah mulai di tumbuhi rumput liar itu. Ia mengelus nisan di ujung gundukkan tanah itu.






Sandi mengadahkan  tangannya untuk berdo'a.
" Na, kakak kangen sama kamu. Kamu gak kangen sama kakak?. Kapan Syeina mau pulang?. Na, kakak kangen sama mama papa. Bujukin mereka ya Na, biar mereka mau pulang. Maaafin kakak ya udah buat Syeina sakit. Buat mama papa jauh dari Syeina "






Tak terasa bulir bening yang ia tahan sedari tadi meluruh begitu saja. Maichail melihat itu tapi ia pura pura tak melihatnya. Sandi menghapus air matanya agar tak terlihat oleh Maichail.
" Pulang yuk! Ga usah cengeng "
Kata Maichail kemudian berdiri. Akhirnya merekapun memutuskan untuk pulang








pergi atau berhentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang