32. bertemu

3 1 0
                                    

Maichail melangkahkan kakinya ke taman sekolah. Sepertinya berangkat pagi sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.  Ia memutuskan untuk berdiam diri menikmati suasana sejuk taman ini.
" Assalamualaikum "
Salam seseorang yang membuat perhatiannya teralihkan.








Ia terdiam kemudian beranjak darisana.
" Kak Maichail "
Panggil gadis itu membuat Maichail berat melangkahkan kakinya ia kemudian berbalik tanpa mau mendekat. Ia terdiam saja menunggu gadis itu mengungkapkan apa maunya. Maichail enggan untuk bertanya toh nanti juga gadis itu akan buka mulut sendiri tanpa ia tanya.








" Kenapa ga jawab salam aku kak? "
Maichail terdiam.
" Aku sibuk! Jika ingin bicara hal yang tak penting lebih baik kau pergi "
Kata Maichail kemudian.
" Ini penting kak "
" Ga. Kalau gitu gue aja yang pergi "
Kata Maichail kemudian beranjak darisana.
" Apa alasan kakak bohong tentang kepercayaan kakak? "






Deg. Detak jantung Maichail berdetak tak beraturan. Nafasnya pun ikut tercekat. Tiba tiba otot kakinya melemas. Ia tetap memaksa kaki itu untuk berjalan. Namun bukan lagi menjauh melainkan mendekat ke arah Fahira berdiri.
" Kakak bohong kan selama ini? "
" Bohong apa Hira? "









" Kak Maichail gak usah pura pura. Aku sudah tahu segalanya. Alasan kakak diam setiap kali mendengar salam. Itu karena assalamualaikum yang kakak dengar gak akan bisa kakak balas dengan kata Shaloom "
Lanjut gadis itu membuat otot-otot Maichail benar benar melemas. Ia terduduk di depan gadisnya.
" Apa kakak sengaja mendekatiku untuk membalaskan sesuatu kepada kakak ku? "







Maichail mencoba untuk berdiri. Ia menggelengkan kepalanya kuat.
" Nggak seperti itu Hira "
" Hira kecewa. Permisi "
Kata Fahira kemudian beranjak pergi. Maichail terduduk lesu. Ia menatap kepergian Fahira yang kian menjauh. Tiba tiba telapak tangan terulur di depan wajahnya.
" Bangunlah!! "
Kata Sandi tegas. Maichail menerima uluran tangan itu.









" San "
" Itu salah Lo sendiri!! Kalau saja gue tahu kemarin gue bisa cegah lu biar ga berpura-pura seperti itu "
Maichail terlihat murung. Sandi menghela nafas. Ia tak mungkin memarahi sahabatnya kali ini.
" Sudahlah! Lupakan bagus kalau dia mengetahuinya. "








" Maksut Lo? Bagus gitu kita jauh jauh an gini? "
" Emang mau sedeket dulu? Yakin? Michael? "
Kata Sandi membuat Maichail mengingat semua rasa bencinya itu. Ia mengeratkan kepalan tangannya.
" Kita harus cepat cari tahu siapa wanita itu. Benar Michael atau cuma seseorang yang mirip dengan Michael"








Maichail terdiam. Ia langsung berjalan meninggalkan Sandi. Sandi menghela nafas dalam setelahnya ia duduk di kursi taman. Tak lama ada gadis yang menghampirinya dengan kaki yang di hentakan kasar. Suara bising yang di timbulkan itu membuat Sandi sedikit terganggu. Ia menoleh menatap Nesya yang sedang berjalan ke arahnya.










" Temen lo itu yaaa..... Demen bangetttt buat Hira nangis!!! Kesel deh gue "
Sandi mengernyit heran ia menatap malas gadis di depannya.
" Yah Napa marahnya ke gue!!!! "
" Yha karena di depan gue cuma ada Lo!!!! "
Sandi menghela nafasnya panjang kemudian beranjak pergi. Namun tangan itu menahan tangannya.










Sandi yang terkejut  langsung menghempaskan kasar tangan yang memegang tangannya itu.
" Apaan sih!! Nyentuh nyentuh segala!! "
Kata Sandi geram kemudian membersihkan tangannya yang tak sengaja terpegang oleh Nesya itu.
" Tangan gue steril ya. Gak berkuman!! "
" Gue tahu!!. Gue cuma ngilangin bekas tangan lo aja!! Siapa tahu di makfu dosanya "








Kata Sandi membuat gadis itu mematung. Laki laki itu mengawasi sekelilingnya yang terlihat sepi. Ia terlihat gusar sekarang.
" Udah kan? Gue pergi bye "
Kata Sandi kemudian melenggang menjauhi Nesya. Tanpa sadar Nesya mengukir senyumnya. Ia segera beristigfar kemudian menghampiri Hira yang pasti telah menunggunya.









Waktu kuliah telah usai. Maichail sudah pulang terlebih dahulu. Sandi keluar dari kelasnya. Langkahnya tertahan karena panggilan seseorang. Ia berhenti dan berdehem agar seseorang itu mengawali pembicaraan.
" Assalamualaikum kak "
" Waalaikum salam warohmahmatullahi wabatoaktuh "









" Sampaikan kata maaf ku untuk kak Maichail "
" Buat apa? Jangan buat Maichail berharap! Kalian gak mungkin bersatu!. Udah lebih bagus Maichail benci aja sama lo sekalian "
Jawab Sandi membuat keduanya terkejut.
" Lo kok ngomongnya gitu sih!!! "
Kata Nesya emosi. Sandi menghela nafasnya panjang.







" Dengar ya, aku memang mau Maichail balik ke jalan Nya. Tapi itu akan terjadi dengan kehendak hatinya sendiri. Bukan karena Cinta. Sebaiknya Hira jauhi saja Maichail. Kalian gak mungkin bersama dengan paham yang berbeda kan?. Kau bisa jamin kalau kau mungkin tak akan menyimpan sesuatu pada Maichail. Tapi Maichail? Jangan buat Tante Aalona merasa gak kehilangan untuk yang ketiga kalinya ya!! "
Kata Sandi kemudian melenggang pergi.









Fahira terdiam begitupun dengan Nesya. Nesya menggenggam tangan Fahira kuat.
" Apa kita gak bisa berbaikan ya Sya?"
" Bisa kok. Jangan urusin si kak Sandi itu. Ia memang seperti itu "
Fahira sedih mengingatnya. Ia juga tak mengharapakan untuk bersama dengan Maichail. Tapi ia juga tak ingin langsung berjauhan dengan Maichail.







Entah sejak kapan hatinya itu luluh oleh sosok Maichail. Sosok yang mempunyai kehidupan masa lalu yang tidak mengenakan dengan kakaknya. Hingga membuatnya marah terhadap kakaknya  sebegitunya. Fahira pulang terlihat Rezvan sudah siap dengan koper di tangannya.









" Assalamualaikum, kakak mau kemana? "
" Waalaikum salam warohmahmatullahi wabatoaktuh. Kakak harus kembali lagi. Ada masalah di perusahaan cabang "
Fahira menghela nafas berat.
" Sebenarnya apa yang membuat Maichail membenci kakak?  Apa hubungannya kak Syela sama Maichail?. Kak Rezvan gak menyembunyikan apapun kan dari ummi dan Hira "








Rezvan terdiam ia kemudian berbalik dan memeluk adeknya itu.
" Kakak juga gak tahu Hira. Tapi yang pasti Syela tak mengenalinya. Mungkin seseorang yang Maichail panggil Michael itu sangat mirip dengan kak Syela. "
Fahira mengangguk.
" Akhhhhhh "
Teriakan Syela membuat mereka terkejut. Mereka langsung menghampiri dimana asal teriakan itu terdengar.






Terlihat Syela sedang memegangi kepalanya. Rezvan langsung menghampiri Syela kemudian memeluk tubuh itu.
" Tenanglah Syela. Tenang "
Kata Rezvan kemudian.
" Istigfar sayang "
Fahira ikut mendekat dengan membawakan segelas air. Setelah Syela tenang. Rezvan memberikan air itu kepada Syela.







Syela langsung memeluk erat tubuh suaminya ia menangis sekarang.
" Mas, kenapa aku terus terus an berhalusinasi. Aku sering memimpikan seseorang yang tak ku kenal. Aku kenapa? "
Tanya Syela dengan tubuh yang terguncang akibat isakan tangisnya. Rezvan mengeratkan pelukannya.
" Tenanglah Syela. Kamu akan baik baik saja. Minum obatnya dan beristirahat lah sebentar sebelum keberangkatan kita nanti malam "








Syela mengangguk. Fahira pun langsung membantu iparnya untuk kembali ke kamar.
" Emang kakak bermimpi apa? "
Tanya Fahira hati hati. Syela menggelengkan kepalanya lemah. Tiba tiba ketika ia ingin mengingat sesuatu kepalanya terass sakit. Ia kembali merintih membuat Fahira kawatir. Rezvan datang kemudian menyuntikkan cairan berwarna bening ke lengan Syela.








Tak lama tubuh Syela melemah. Mata itu terlihat mulai tertutup rapat. Rezvan menatap mata Fahira dengan kilat kemarahan. Tangannya mengepal menahan gejolak emosi yang memenuhi kepalanya saat ini.
" Sudah kakak bilang kan!!! Jangan buat kakak mu terlalu berfikir dengan apa yang sudah terjadi. Itu akan membuat ia semakin kesakitan Hira. Itu akan membuat halusinasi nya terlihat nyata!! "








Fahira menundukkan kepalanya takut. Air matanya sudah meleleh sedari tadi. Melihat adiknya yang menangis itu Rezvan langsung memeluk Fahira kemudian meminta maaaf.
" Maafin kakak "
" Maafin Hira juga bikin kak Syela sakit "
" Jangan gitu lagi ya? "
Fahira mengangguk kemudian memeluk kakaknya erat.








Setelah Fahira meninggalkan Rezvan. Rezvan mengahampiri istrinya yang kehilangan kesadarannya akibat pengaruh obat penenang itu.
" Kau milik ku. Selamanya akan terus begitu. Tidak ada yang boleh mengambilmu walaupun itu keluragamu sendiri!!! "
Kata Rezvan kemudian merengkuh tubuh yang belum tersadar dari pingsannya itu. Ia memeluk tubuh itu erat seolah tak mau sedetikpun kehilangan tubuh yang ia peluk itu.










Jangan lupa vote and comment. Makasih udah mau baca. Dan mampir juga ke cerita aku yang lain.

pergi atau berhentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang