6. kenalan

11 2 0
                                    

      Maichail turun dari  kamarnya. Ia melihat punggung perempuan yang melahirkannya itu bergetar. Hati Maichail terasa hancur melihat perempuan yang di sayangi nya menangis. Tangan kekar milik Maichail merangkul leher perempuan  dengan rambut tergerai sebahu itu.








"  Don't cry mom "
Kata Maichail sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi mamanya. Aalona menatap nanar ke arah foto keluarga mereka. Mata Maichail  ikut menatap apa yang di tatap oleh mamanya.





Senyum Maichail terukir kemudian ia menggeser kursi dan duduk di sebelah Aalona. Tangan Maichail menarik tangan Aalona dan menggenggamnya erat.




" Setalah Maichail menyelesaikan sekolah Maichail.  Maichail Promise to look for it "
Sudut bibir Aalona terangkat membentuk senyuman manis yang amat menawan.






" Ya sudah ayo kita sarapan, kamu harus segera berangkat ke sekolah lo"
Maichail mengangguk kemudian mereka sarapan bersama. Setelah itu Maichail berangkat ke sekolah.









Maichail telah sampai di tujuannya. Ia menyetir mobil nya dengan kecepatan tinggi. Karena amarah. Marah dengan keputusan sang kakak.

Flashback on

" Michael. Jika kamu tetap pada keputusan mu keluarlah dari rumah papa. Papa gak mau serumah dengan anak pembangkang kaya kamu "
Maichail menunduk takut tatkala Roby meluapkan amarahnya.






Tangan Maichail memegang erat tangan Michael yang memegang koper.
" Okey pa. Michael pergi asslamualaiakum "
Kata Michael melepas paksa tangan Maichail yang memegang erat tangannya.


" Kak Michael jangan tinggalin Maichail kak "
Teriak Maichail memberontak ketika tangan roby mengunci badan Maichail agar tak mengejar kakaknya.




Tubuh Aalona melemas dan terjatuh . Membuat Roby panik. Dan segera membawa istrinya ke kamarnya.



Flashback off

Kenangan pahit itu terus melekat di pikiran Maichail. Membuat pikiran remaja itu sangat kacau. Ia berhenti di lorong. Ia diam mematung di tempat itu.


Ia berdiri sambil menyenderkan badannya ke tembok. Ia menghela nafas berat. Tak lama setelah itu ada yang melewatinya. Ia mengangkat wajahnya yang tadi tertunduk.










Senyum tersungging di wajahnya menampilkan lesung pipi di kedua pipinya.
" Tunggu!! "
Teriaknya membuat gadis yang sedang berjalan perlahan itu menghentikan langkahnya.





Gadis itu berhenti tanpa mengubah posisinya. Maichail mengalah ia menghampiri gadis itu. Ketika tubuhnya sudah sejajar dengan gadis itu. Gadis itu malah mundur.





" Loh kok mundur "
Gumamnya heran. Ia mencoba menyamakan tubuhnya dengan gadis itu tapi lagi lagi dan lagi gadis itu mundur. Maichail menggaruk rambutnya yang tak gatal.





" Ada apa? "
Seloroh gadis di belakangnya secara tiba tiba.
" Kita belum kenalan? "
Jawab Maichail sambil mengulurkan tangannya.





Gadis itu menatap tak suka dengan uluran tangan itu.
" Fahira "
Jawab gadis itu tanpa menyentuh uluran tangan dari lawan bicaranya. Segera Maichail menarik tangannya kembali.





" Maichail "
" Udah? "
Tanya gadis itu Maichail hanya bisa mengangguk seperti orang bodoh. Seperti ada yang mengambil alih tubuhnya.
" Permisi "









Kata gadis itu melesat pergi. Meninggalkan Maichail yang sedang kebingungannya. Sandi melihat itu dari kajauhan. Sandi tersenyum kemudian menghampiri Maichail.




" Maichail "
Panggil Sandi dari kejauhan tak mampu membuyarkan lamunan sahabatnya itu.
" Lo kalau brangkat pagi terus ya sekarang "
Kata Sandi menepuk bahu Maichail.




" Ah shit. Kaget gua "
Umpat Maichail kaget. Sandi mengernyit heran.
" Lo kaget? Lo ga  denger gue manggil lo tadi "
Maichail menggeleng. Sandi menghela nafas panjang.





" Pagi pagi ngelamun mulu lo. Ngelamunin apa? "
Tanya sandi menyelidiki wajah temannya. Sedangkan yang di tanya gelagapan.


" Fix nih. Emang Maichail udah nyimpen perasaan ke gadis itu "
Gumam  Sandi sembari tersenyum. Maichail berdehem untuk menghilangkan rasa gugup yang entah muncul karena apa.

" Napa lu semyum senyum "
Maichail mencoba mengalihkan pembicaraan.
" Sejak kapan seorang Maichail gugup. Lo lagi Jat.. "
Belum sempat kalimat  itu sempura. Mulut Sandi terbungkam tangan Maichail.






" Ngaco lo "
Sandi menghempas tangan Maichail yang menutupi mulutnya.
" Tangan lo bau terasi "
Ledek Sandi Maichail segera mengendus tangannya.
" Eh sembarangan lo "
Katanya tak terima. Sandi tersenyum kemudian berjalan mendahului sahabatannya.





Maichail mengikuti langkah Sandi. Setelah posisi mereka berjajar. Sandi menghadapkan tubuhnya ke arah Maichail.
" Lo tadi ngelamunin apa? Ngelamunin cewek yang lo ajak kenalan itu ya "



Kata kata Sandi mampu membuat mata Maichail membulat. Segera ia memalingkan wajahnya menatap wajah temannya itu. Sandi tersenyum geli melihat ekspresi Maichail yang ternyata sama seperti apa yang ia bayangkan tadi.




" Ngaco lo. Siapa juga yang ngelamunin dia. Udah ah gua mau ke kelas "
Katanya menghindari pertanyaannya Sandi.
" Bro kelas kita di barat ngapain kesitu? Mau ngapel ya ? "









Ejek Sandi. Maichail yang baru menyadari bahwa ia salah jalan tetap melanjutkan jalannya.
" Gue mau ke toilet "
" Kan disana juga ada toilet. "
" Ah berisik lu "





Sandi terkekeh melihat temannya itu salah tingkah ketika di pergoki.
" Well, setelah ini aku harap. Kamu gak akan jadi laki laki yang kasar lagi Maichail. "
Sandi segera kembali ke kelasnya.



Di toilet Maichail merasa ada yang aneh dengan dirinya. Ia mencuci mukanya kasar. Setalah merasa tenang. Ia memutuskan untuk kembali ke kelas.





Tapi waktu ia akan keluar dari kamar mandi seseorang yang membawa alat pel menabraknya. Membuat baju yang ia kenakan basah.




" Gimana sih lo? Ga punya mata lo? "
" Ma... ma....aff aku gak sengaja "
Kata gadis itu  takut mendengar suara garang dari Maichail. Maichail menatap gadis itu. Seolah Maichail itu api dan gadis yang di depannya itu air.




Amarah yang terkilat dari Maichail tiba tiba padam. Rasa marah itu hilang seketika tatkala melihat siapa gerangan yang menabraknya.
" Oh oke gak papa. Lain kali hati hati ya "
Katanya lembut. Gadis yang menabraknya itu mengeryit heran.






Kok tiba tiba dia jadi halus gini ya "
Gumamnya heran. Gadis itu sedikit mendongakkan kepalanya dan melirik pria di depannya. Dari ekor matanya terlihat pria itu mengenakan pakaian yang sama seperti pria yang mengajaknya berkenalan tadi pagi.







" Eh tunggu, bukannya bajunya yang mirip tapi dia memang pria itu "
Gumamnya. Pria itu tersenyum. Dan senyum manis itu masih terlihat samar oleh gadis itu.





Gadis itu menunduk setelah itu.
" Kita bertemu lagi ya? "
Kata Maichail mencoba basa basi dengan lawan bicaranya.
" Maaf saya buru buru permisi "
Pamit Fahira lantas meninggalkan Maichail yang mematung.




Maichail melihat kepergian gadis itu dengan tatapan sedih.
Kenapa ketika dia pergi kaya ada yang kurang rasanya?. Apakah benar kata sandi? Apa aku benar-benar mencintainya? "


Maichail menggeleng mencoba menyangkal pikiran buruknya. Ia menangkal semua isi harinya sendiri. Tak mau berlama-lama. Pria itu meninggalkan toilet dan segera menuju ke kelasnya.





pergi atau berhentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang