Aku tak menyesali kebodohanku
Karena dengan itu aku bertemu denganmu
Dulu aku membenci takdir yang membelenggu
Tapi ternyata itulah cara Tuhan
Mengatur pertemuan ituMaichail
Maichail berdiri di depan pintu rumah bercat putih. Ia ragu untuk mengetuk pintu apalagi memencet bel rumah.
" Aduh kok jadi deg deg an sih. Kan gue kesini mau minta maaf bukan minta restu!! "
Gerutunya sambil sesekali menjambak rambutnya sendiri." Ishhh tangan tolol. Kan jadinya berantakan nih rambut "
" Udah kaya orang gila aja gue. Ngomong sendiri dari tadi. Ya udah deh bismillah eh kan gue non-islam. Ketularan Sandi nih otak "
Dengan sedikit keberanian Maichail mengetuk pintu itu. Tak lama ada sahutan dari dalam. Seseorang itu tersenyum kemudian mempersilahkan Maichail masuk.
" Loh kak Maichail? ada apa kak? "
Fahira terkejut dengan kehadiran Maichail di rumahnya.
" Hira ummi ada? "
Gadis itu mengangguk saja. Tak lama ummi Fira dan bi Ela muncul." Siapa Hira "
" Itu Ummi kak Maichail "
Maichail menjabat tangan Ummi Fira lama.
" Maaafin Maichail ya ummi. Maichail udah bikin Ummi celaka. Maichail bakal tanggung jawab kok ummi. Maichail bantu ummi sampai bisa sembuh. Maichail biaya in pengobatan ummi sampai sembuh "Maichail tersedu di depan wanita paruh baya itu. Ia mengingat kebejatannya kemarin. Bagaimana ia bisa meninggalkan seorang wanita paruh baya yang di tabrak nya. Ia tak bisa membayangkan kalau yang di posisi itu adalah bundanya. Ia pasti akan sangat sedih.
Ummi Fira mengelus pucuk kepala Maichail kemudian menarik bahu Maichail agar anak itu kembali berdiri tegak.
" Ummi udah maafin "
" Makasih ummi makasih "
Mereka pu mengobrol hangat layaknya Keluarga. Entah mengapa ummi Fira sangat akrab dengan Maichail.Ia langsung mempercayai laki laki itu sejak pertama kali bertemu. Jiwa keibuannya terdoktrin dengan sifat ramah Maichail. Maichail memang menjengkelkan terlepas dari semua itu Maichail juga manusia yang memiliki sisi baik dari banyaknya keburukan yang ia lakukan.
" Ini Maichail bawain buah buah an. Di makan ya ummi. Hira juga kalau mau boleh. "
Kata Maichail bercanda. Setelahnya Maichail pamit pulang.Maichail menghembuskan nafasnya lega. Ia berjalan dengan wajah yang berseri-seri. Sedari tadi ia terus saja tersenyum membuat Sandi yang berada di dekatnya pun Terlihat bingung.
" Mai, lu senyum sama siapa? Minimal ajak ajak lah kalau seneng "
" Bener ya San kata lu "
" Ha? "
Sandi cengo karena pertanyaannya tak di jawab dengan benar." Kalau punya salah terus minta maaf itu tenang banget disini "
Kata Maichail sambil memegang dadanya. Sandi melempar senyum.
" Iya. Masalah itu di hadapi nggak di hindari "" Yah mungkin kalau gue kemarin langsung tanggung jawab gue gak akan tahu dong ngerasain hidup dengan rasa bersalah. Kalau gini kan gue dah tahu rasanya dan gue gak akan lakuin itu lagi. Sekecil apapun itu gue harus tanggung jawab. "
" Right friend "
Keduanya menghabiskan waktu di cafe outdoor.
" Gue malam ini nginep di rumah lo ya Mai "
" Tanpa izin pun lo boleh tinggal di rumah gue kapanpun. Lo kan anak kesayangan nya Bunda gue. Kalau ada elu. Gue di anak tirikan "Tawa Sandi pecah kala itu juga. Sedangkan Maichail hanya tersenyum samar.
" Lo tahu nggak San? "
" Lo nanya? "
" Gak, gue promosi!! "
Sandi terkekeh melihat wajah Maichail yang semula ceria menjadi datar kembali." A' elah baperan amat lu. Gue bercanda!! "
" Hm "
" Lu tadi mau bilang apa? "
Maichail menggelengkan kepalanya malas.
" Gak asik lu "
Kata Sandi kemudian kembali meminum minumannya." Pulang yuk Mai. Gue udah kangen ibunda Lona "
Tanpa berkata Maichail berdiri dari duduknya. Sandi menghela nafas kemudian ikut berdiri. Ia sedikit menyesali perbuatannya tadi. Kalau saja ia tak menggoda Maichail mungkin sekarang anak itu masih ke pribadi full senyum. Lah sekarang sahabatnya itu kembali ke fase hening." Gue suka lo kesambet deh Mai. Terus lo senyum senyum gitu. Lo gak bosen liat muka lo yang datar gitu? "
" Gak. Kan gue gak pernah ngaca "
" Hem bener tuh makanya gak pernah sadar diri juga. Ngaca aja ga pernah bagaimana mau introspeksi "
Maichail yang fokus menyetir itu melirik Sandi tajam." Becanda Mai. Jangan galak galak sama adek kelas. Yang sopan "
Kata Sandi dengan menguar tawanya.
" Mai. Lu kenapa niat belajarnya baru sekarang sih? "
" Ya karena gue mau wujud in mimpi gue. Gue baru sadar kita perlu tidur agar bermimpi dan juga kita perlu usaha untuk membuat mimpi menjadi nyata. "" Sok puitis Lo "
Mereka tertawa bersama. Setelahnya keheningan terjadi. Sandi yang kehabisan topik sedangkan Maichail yang sudah kembali pada fase heningnya." Otak gue meledak Mai lama lama kalau sama Lo "
Kening Maichail mengkerut ia mengangkat sebelah alisnya.
" Masa gue terus yang nyari topik. Jangan jangan kalau sama Hira juga Hira yang nyari topik "" Ngapain Hira nyari topik. Emang topik keluarga Hira "
" Bisa humor juga Lo. Tapi sayang deh garing!! "
Setelah itu kembali diam. Sampailah mereka di halaman rumah Aalona. Aalona tersenyum lebar menyambut kedatangannya keduanya." Ayo masuk kenapa baru keisni San? Bunda kangen "
Kata Aalona sembari merangkul bahu Sandi. Sedangkan Maichail kini tertinggal di dalam mobil. Ia menghembuskan nafasnya kasar kemudian memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya." Beneran mau nginap disini? Wah pasti Maichail seneng banget kan punya temen tidurnya "
Maichail memasang wajah ingin muntah. Membuat kedua orang di depannya tertawa serentak......................
" Serasa anak tiri gue "
Kata Maichail ketika melihat Aalona dan Sandi yang terlihat sangat akrab di meja makan. Apalagi mereka seperti tak menghargai keberadaannya. Bahkan mereka sekarang sedang bercanda tanpa mengajak Maichail." Gak kok sayang. Kamu tetap anak bunda "
" Hm "
Kata Maichail langsung melanjutkan makannya. Ia tak sebetulnya marah. Tanpa Sandi sadari. Maichail dan Aalona saling melempar senyum.
" Gue gak tahu. Wajah berseri lo ketika bersama bunda itu palsu atau tidak. Tapi setidaknya aku bisa melihatmu tersenyum. "Jangan lupa vote and comment ya. Makasih udah mau baca. Mampir ke cerita ku yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
pergi atau berhenti
Genç KurguDua pilihan yang berat. Antara mempertahankan tapi kehilangan. atau meninggalkan agar bisa mendapatkan.