5. di lorong

8 2 0
                                    

Pagi itu Fahira sampai di sekolah lebih pagi. Ia berjalan di lorong yang sepi. Terlihat ada seorang pemuda yang berdiri membelakanginya. Ada yang aneh dengan pemuda itu. Ia berdiri tegak di tengah tengah lorong sepi.


Fahira tak menaruh kecurigaan sama sekali. Ia terus melangkah hingga langkahnya terhalang oleh pemuda ia.
Ketika kakinya melangkah satu ke kanan pemuda itu juga mengikuti nya.



" Permisi, saya mau lewat "
Katanya sopan karena pemuda itu menghalangi jalannya. Pemuda itu berbalik kemudian menatap lawan bicaranya yang hanya menunduk dalam.


" Lo ngambil apa aja di tas gue "
Sentak Maichail kepada gadis itu. Fahira tetap menunduk enggan menatap pria di depannya. Ia menggelengkan kepala nya pertanda bahwa ia benar-benar tidak mengambil sesuatu dari tas laki laki tersebut.

" Kalau di ajak ngmong itu tatap matanya. Gak menghargai bangetttt"
Kata Maichail heran dengan sikap gadis di depannya. Setelah mengatakan itu gadis itu bukan mendongak menatapnya malah semakin menunduk dalam.


" Lu denger gue ngomong ga sih "
Kata Maichail jengkel. Gadis itu mengangguk. Kemudian sedikit mengangkat wajahnya. Tapi tidak menatap Maichail. Ia malah menatap ke arah lain.

" Gua disini bukan di Sono "
" Maaf ya, saya hanya mengambil cincin itu karena saya pikir itu sangat berharga bagimu. Saya gak mau barang itu hilang karena keteledoran saya. Makanya saya simpan cincin itu."






Kata Fahira panjang lebar menjelaskan. Tubuh tegap Maichail mematung. Dia mencerna apa yang ia dengar dari perempuan itu.




" Maaf saya buru buru, permisi "
Kata Fahira kemudian melenggang pergi. Maichail mematung di tempatnya berdiri. Ia kemudian berbalik menatap punggung perempuan itu. Ia menghela nafas.




" Lah Napa gua jadi baper sama kata kata cewek tadi. Tujuan gua kan mau tanya jam tangan gua "
Gumamnya kemudian menggeleng gelengkan kepalanya. Ia kembali menatap dimana gadis tadi berjalan tapi sepertinya ia sudah kehilangan jejak.




" Maichail "
Panggil sandi ia kemudian berbalik.
" Tumben berangkat pagi. Biasanya juga telat "
Ejek Sandi tapi Maichail hanya terdiam mematung.

" Belum ketemu jam yang Lo cari "
Mulut Maichail terbungkam. Ia menggeleng saja. Sandi menghela nafas berat.
" Apa sih spesial nya jam itu?. Ya walaupun harga nya memang mahal tapi aku yakin lo bisa dengan mudah beli lagi. "






Maichail menatap tajam netra Sandi.
" Itu hadiah spesial dari Michael San "
Sandi mengangguk. Kemudian Maichail meninggalkan Sandi. Sandi mengikuti langkah lebar temannya.


Fahira menuju ke kantin bersama kedua temannya. Ia duduk di meja terpojok. Fahira menyantap makanan yang tersaji di depannya. Di sela sela makan ada saja yang di bicarakan kedua temannya.






Fahira geleng-geleng melihat tingkah kedua teman perempuan itu. Ia tak begitu menggubris candaan mereka. Karena ia sedang makan.






Maichail ikut duduk di antara mereka. Lebih tepatnya berhadapan dengan Fahira. Fahira menghentikan kegiatannya. Sedikit melirik siapa yang berhadapan dengannya setelah itu ia kembali menunduk.





Nesya dan Virin saling bertukar pendapat melalui pandangan mata.
" Ada keperluan apa lagi "
Kata Fahira to the point.
" Gua mau Lo kembalikan jam tangan gua "
Fahira mengerutkan keningnya tak faham. Sedangan Nesya melotot tak percaya.






Sontak gadis itu berdiri menggebrak meja. Membuat seluruh mata menatap ke arah mereka.
" MAKSUT LO APA??!!!! HA??!! "
Bentak Nesya. Fahira yang kaget segera menarik narik hijab Nesya.







" Habis nuduh sahabat gua nyuri cincin itu terus lu seenaknya nuduh dia nyuri jam tangan Lo gitu "
Ungkap Nesya dengan tatapan marah.
" Gua gak gak ada urusan sama lo "
" AWAS YA LO... "
" Nesya udah!! "
Kata Fahira sedikit di tekan. Kemudian mendudukkan sahabatnya itu.






" Aku benar benar gak tahu soal jam tangan itu. Coba cari dulu di tempat lain. Soalnya di tas yang kemarin aku bawa itu gak ada jam tangan nya "
Kata Fahira. Memang sempat ia membuka tas itu mencari identitas pemilik tas itu.







" Ya iya lah gak ada orang Lo ambil "
Maichail tetap menuduh gadis di depannya.
" Maaf ya, saya gak ngambil barang kamu. Saya gak menyembunyikan barang kamu. Permisi "
Kata Fahira kemudian melenggang pergi. Tapi sebuah tangan kekar mencengkal tangan kecilnya.









" Lancang sekali kamu. Lepasin tangan saya "
Kata Fahira menarik lengannya. Air mata sudah menggenang di pelupuk mata indahnya akhirnya runtuh juga. Membasahi cadar nya. Ia segera berlari dari sana.





Nesya berdiri kemudian berhadapan dengan Maichail. Ia menginjak kaki cowok itu.
" Aduh sakit "
Keluh Maichail.
" Itu balasan karena lu udah nyakitin sahabat gue "
" Emang gue apain dia coba?? "
Tanya Maichail tak mengerti.
" Lo megang megang dia "









Maichail mengeryit heran. Nesya dan Virin segera menyusul Fahira. Dari kejauhan Sandi menepuk keningnya sendiri. Maichail menghampiri Sandi.
" Gua emang salah? "
" Benget "
Jawab Sandi seraya meneguk jus nya.
" Salahku dimana sih? "










Sandi tersedak mendengar pertanyaan temannya. Kemudian ia menatap netra temannya.
" Lo lihat lah. Dia tu bercadar "
" Terus?? "
" Berarti dia itu Islam. "
" Iya terus masalahnya dimana? "







" Bro Islam itu sangat memuliakan perempuan "
Maichail mengeryit tak mengerti.
" Dalam Islam perempuan itu tak boleh bersentuhan tangan dengan laki laki yang bukan mahram nya. "










" Mahram? "
" Ya, perempuan gak boleh bersentuhan sama laki laki yang tak memiliki hubungan darah dengannya. Kecuali suaminya. Dan sebaliknya "









Maichail mengangguk paham. Ia sedikit menyesalinya perbuatanya sama perempuan tadi.
" Kalau menurut gua bukan dia yang ngambil jam mu "
Maichail langsung menatap wajah temanya.









" Kok lo bisa yakin? "
" Yah kalau ia memang ingin mencuri. Tentu cincin mu udah di jual sama dia"
Maichail mengangguk. Sandi tersenyum. Ia melihat perubahan pada diri sahabatnya.






Ia mulai sedikit lembut ketika berbicara. Walaupun sedikit tapi Sandi senang.
" Apa lo senyum senyum "
" Ah enggak "
Sandi sengaja tak menegur piringai sahabatnya yang berubah semenjak pertemuannya dengan gadis itu.









Kelas hari ini telah usai semuanya membubarkan diri masing-masing. Fahira ingin segera pulang. Kejadian di kantin itu membuatnya diam seribu bahasa. Membuat air matanya tak berhenti menetes. Membuat penyesalan yang tak berujung.









" Mana tas lu? "
Maichail kembali berdiri di depan gadis itu. Fahira menghela nafas berat tak ada cara lain selain menuruti keinginan cowok di depannya.






Maichail menarik paksa tas itu kemudian memeriksanya. Tak ada barang yang di carinya di situ. Bahkan ia sudah mencoba untuk mencarinya di setiap sudut tas itu.



" Ga ada kan? Aku beneran gak tau soal jam itu "
Kata Fahira kemudian pergi.
" Tunggu!! "
Fahira berhenti tanpa menoleh.
" Sorry "
Fahira mengangguk sembari tersenyum. Entah apa tujuannya tersenyum.



Sandi yang melihat kejadian itu tersenyum.
" Fix ini mah kalau gini. Maichail sudah jatuh cinta dengan wanita itu. Buktinya ia meminta maaf "
Gumam Sandi. Kemudian menghampiri sahabat nya.


" ayo pulang "
Ajak Sandi. Maichail hanya mengangguk kemudian mereka pulang ke rumahnya masing-masing.

pergi atau berhentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang