36. semakin akrab

6 1 0
                                    

Kita berdampingan Hira. Kita hanya tersekat tembok yang bisa hancur dengan buldozer atau Excavator. Tapi sayangnya bukan tembok buatan manusia yang mungkin kita hancurkan. Tapi tembok takdir yang tak satu pun orang mampu untuk sekedar mengendalikan. "

Maichail

Maichail termenung di depan gereja. Ia mengamati kupu kupu yang berterbangan di antara beberapa bunga kastuba yang sedang bermekaran. Matanya teralih memandang pohon aras Lebanon yang menjulang tinggi di pojok gereja.



Menciptakan suasana sejuk di sekitarnya. Maichail menatap bangunan megah yang berdiri kokoh di samping tempat peribadahannya. Helaan nafas panjang terhembus pelan.

" Kita berdampingan Hira. Kita hanya tersekat tembok yang bisa hancur dengan buldozer atau Excavator. Tapi sayangnya bukan tembok buatan manusia yang mungkin kita hancurkan. Tapi tembok takdir yang tak satu pun orang mampu untuk sekedar mengendalikan. "


" Aku ingin kita bersatu. Entah kau yang merusak rumahmu untukku atau aku sendiri yang merobohkan tembok rumahku untuk menyambutmu "


" aku tahu ini salah tapi aku menolak sadar bahwa ini salah "
Lelaki itu tersenyum lebar ketika seseorang keluar dari dalam bangunan yang yang sedang ia pandangi dengan lamat sedari tadi.



Ia kemudian menghampiri kedua gadis itu.
" Hira "
Gadis itu menghentikan langkahnya kemudian menunduk dalam.
" Hari ini sebenernya aku mau main ke rumahmu tapi gak punya alasan logis buat kesana jadi aku nitip ini buat ummi "



Kata Maichail sembari memberikan bubur buatan ia sendiri dan beberapa buah-buahan.
" Ini apa kak? "
" Buat ummi. Biar cepat sembuh. Ya udah aku pergi dulu ya da Hira "


Gadis itu mengangguk. Diam diam ia tersenyum kecil mendengar penuturan Maichail. Perhatian kecil dari Maichail membuat hatinya berdesir. Perasan hangat dan nyaman menyelimuti hati kecilnya. Keduanya segera beranjak dari tempatnya.

..................

Maichail menghembuskan nafasnya kasar. Sedari tadi ia berjibaku dengan berbagai buku di depannya. Tapi tak satupun buku yang ia baca itu mampu ia mengerti.


Dengan jengkel ia membuang buku itu ke belakang.
" Aukhh "
" Loh bukunya kesakitan? "
Maichail terkejut langsung berbalik. Wajah jengkel Sandi tersaji di hadapannya. Apalagi wajahnya itu terlihat memerah.


Maichail menarik sudut bibirnya kemudian kembali berbalik pada posisi awalnya. Sandi mendekat ke arah Maichail.
" Lu belajar? "
" Gak. Gue lagi nyangkul "


Sandi terkekeh kemudian duduk di sisi ranjang.
" Yang harusnya marah itu gue. Lo nimpuk gue pakai buku padahal gue gak melakukan kesalahan apapun! "
" Yakin? Terus masuk ke kamar orang tanpa mengetuk pintu itu bukan kesalahan? "


" Iya deh. Nih sebagai permintaan maaf gue. Gue bantu lo belajar "
Kata Sandi kemudian duduk berdesekan dengan Maichail.
" Ah lu apa apa an sih!!! Tu ada kursi di kanan ranjang gue "



" Tamu adalah raja "
" Merepotkan!! "
Keluh Maichail kemudian menjatuhkan tubuh lelahnya di atas kasur nan empuk. Sandi menghela nafas panjang kemudian ikut duduk di samping tubuh Maichail.



Ia juga membawa buku tulis Maichail.
" Mai, bangun lanjutin nih belajarnya. Gue bantu "
" Capek San gue gak bakal paham "
" Coba dulu ayo!! "
Sandi menarik kedua tangan Maichail hingga cowok itu terduduk.




Dengan wajah cemberutnya ia menyenderkan punggungnya di sandaran ranjang. Sandi mengalah ia mendekat ke arah Maichail.
" Ini tuh jawabannya ada di halaman 24. Di ringkasan materi Mai "




" Lah napa ada? Perasaan tadi gak ada! "
" Lo yang gak minat baca! "
Maichail menghembuskan nafasnya gusar. Ia kemudian mendengarkan Sandi yang membacakan buku tebal itu dengan penjelasan yang membingungkan baginya.





" Gak tau deh San gue ga paham!!! "
Kata Maichail kemudian merebahkan tubuhnya ke samping.
" Biasanya di jelasin Hira cepet pahamnya "
" Ya lah Hira cantik! Lu burik "
Sandi langsung menoyor kepala Maichail pelan.



" Gue kangen Hira San! "
" Tadi di sekolah ketemu kan Mai? "
" Iya bentaran "
" Hira mau ultah lo gak niat beliin dia sesuatu? "
" Enggak. Dia gak bakal suka umurnya berkurang tapi dirayakan. Mungkin kalau kelulusan besok gue baru kasih dia kenang kenangan "




" Emang dia mau ngenang lo hahahhaha "
Celetuk Sandi dengan tawanya yang menggelegar. Maichail ingin menimpuk kepala Sandi namun Aalona sudah bersender di pintu kamarnya.




" Wow anak bunda semangat banget belajarnya. Nih bunda bawain cemilan sama minuman ya biar tambah semangat "
Maichail menatap datar wanita di depannya. Kemudian ia memejamkan matanya erat.




" Lah kok loyo sih Maichail? "
Tanya Aalona sembari meletakkan nampan yang berisi minuman dengan roti kering dan beberapa snack di nakas samping kanan ranjang Maichail.



" Pusing bun ga paham paham. Apalagi yang jelasin Sandi bukannya paham malah pingen boker "
Aalona menatap tajam mata Maichail Sandi hanya geleng geleng saja.
" Becanda Bun "
" Udah di lanjut belajarnya kalau emang udah capek di lanjut besok. Pelan pelan aja. Yang penting usaha dan disiplin nya dulu "
Kata Aalona kemudian meninggalkan kedua remaja itu.




" Menurut lo hadiah apa yang bisa buat Azza ngenang gue? "
" Cincin "
" Hah? "
" Lamar dia. Dia pasti inget lo selalu "
" Ya gak mungkin gue.... "
Sandi menghembuskan nafasnya panjang kemudian menatap mata Maichail lekat.




" Ya gue tahu. Gue ataupun lo udah paham betul. Hira tak akan mau menjalankan hubungan tanpa akad tanpa ikatan yang halal. Jadi ya lo harus serius. Inget ya Mai. Yang tulus kalah sama yang langsung serius "




" Terus gimana dong? "
" Ya pergi atau berhenti seperti yang gue bilang dulu "
" Terus Bunda? "
" Ya gak tahu. Kalau bisa ya ajak bunda sekalian "
" Caranya? "




" Buat bunda merubah pandangannya terhadap orang islam "
" Caranya? "
" Ya lo mikir sendiri lah!! Urusan lu napa gue yang harus repot repot mikir!! "





" Sannnnn!!!! "
" Hm "
" Bantuin lah!! "
" Bisa aja. Sebelum membuat tante Aalona yakin. Sekarang gue tanya ke Lo! Lo yakin dengan keputusan ini? "
Maichail mengangguk antusias.
" Tujuan lo apa? "






" Ya apalagi San kalau buka Hira "
" Terus kalau seandainya Hira bukan jodoh lo gimana? Lo netap atau murtad? "
Deg. Mendengar pertanyaan itu membuat lidah Maichail terasa Kelu. Ia tak berpikir sejauh itu.




" Jadi benahi niat dulu. Kepercayaan itu bukan hal yang bisa di mainin. Lu bahkan melanggar keduanya jika melakukan itu Mai "
" Maksutnya gue harus pergi gitu? "
" Yang terserah lo sih Mai. Mau pergi tetap menggenggam Rosario mu. Atau menggantinya dengan butiran tasbih "



" Gue gak yakin. Kayanya gue bakal tetap pergi deh. Gue gak mau nyakitin bunda "
" Itu terserah lo sih. Gue dukung apapun keputusan Lo. Kalau berubah keputusan bilang ya? "
" Lo gak lagi maksa gue buat merubah keyakinan kan? "
" Dimana kalimat gue yang terdengar maksa? "




Maichail menggelengkan kepalanya.
" Turun yuk. Nonton drakor sama bunda "
Ajak Sandi yang di angguk i oleh Maichail. Keduanya langsung ikut bergabung dengan Aalona. Mereka menikmati berbagai cemilan dengan menonton drakor yang sangat di minati Aalona. Walau mereka tak begitu suka tapi mereka terlihat antusias.




Jangan lupa vote and comment ya. Makasih udah mau baca. Mampir ke cerita ku yang lain juga ya.

pergi atau berhentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang