9. Gereja

6 2 0
                                    

Hari sabtu seperti biasa Maichail menyempatkan diri untuk ke gereja untuk beribadah. Waktu ia meminggirkan sepeda motor yang menghalangi  sepedanya ada Fahira yang beridiri mematung memandangnya.








Sontak membuat fokus Maichail teralihkan. Ia oleng dan membuat beberapa sepeda disana terguling. Ia segera bergegas mengembalikan sepeda tadi serapi mungkin sebagai bentuk permintaan maaf nya.








Setelah selesai ia melihat dimana tadi Fahira berdiri dan gadis itu sudah menghilang dari sana. Perasaan takut kehilangan menyeruak dalam hati Maichail. Ia bergegas mencari gadis itu di kelasnya.







Setelah melihat gadis itu duduk di kelas sendirian. Maichail tersenyum kemudian masuk ke kelas itu. Fahira yang kaget dengan kehadirannya itu sontak berdiri.







" Maaf buat kamu kaget "
Kata Maichail merasa bersalah telah membuat gadis di depannya kaget. Fahira hanya mengangguk dari gestur tubuhnya seperti tak nyaman dan seperti gelisah.







" Kenapa? "
Tanya Maichail melihat gelagat aneh dari lawan bicaranya.
" Maaf permisi saya mau keluar "
Katanya langsung pergi meninggalkan Maichail yang mematung.





Sandi telah sampai di kelas. Ia tak menemukan sahabatannya itu di gereja ataupun di kelas. Ia memutuskan keluar kelas. Dari seberang seorang cewek dengan baju sangat tertutup nya itu lewat dengan tergesa bahkan seperti ketakutan.





Sandi menghela nafas panjang. Kemudian memilih menghampiri sahabat nya yang pasti tengah di kelas Fahira itu.
" Ngapain disini "
Kata sandi ketika sudah mensejajari tubuh sahabatnya yang mematung itu.







" Nemuin Fahira "
" Dia sendiri? Terus lo masuk gitu "
Maichail mengangguk tak mengerti.
" Lo emang stres apa cosplay jadi orang stres "
Sandi tak habis pikir dengan pria yang berdiri di depan nya itu.







Pria itu  memang tak seagama dengannya tapi pria itu cukup paham banyak tentang agamanya.
" Iya gue tahu. Gak boleh kan? jadi fitnah. Tapi kan gue gak Islam. "
" Fahira nya "
" Gak lama "







Kata Maichail membuatnya bingung. Maichail memukul  lengannya pelan. Kemudian berlalu. Sandi mematung begitu lama ia mencoba memahami kalimat yang terlontar dari mulut sahabatnya. Sekian menit ia tak jua  mengerti. Ia menggelengkan kepalanya kemudian cepat cepat kembali.





Sandi menyusul temannya. Ketika di kelas ia hanya diam. Jika ia diam apalagi dengan Maichail. Pria itu gak akan memulai pembicaraan walaupun itu sangat penting sekaligus. Sandi menghela nafasnya. Jika ia terus terus terusan diam  begini sampai kering pun Maichail tak kan memulai pembicaraan.







" Mai...... "
" Gak usah basa basi. Kalau gak penting ya gak usah ngomong "
Sandi yang geram langsung berdiri meninggal Maichail sendirian. Ia menuju ke kantin untuk mengisi perutnya. Tak sengaja ia bertabrakan dengan Nesya.









" Jalan itu pakek mata "
" Kelilipan lah "
Kata Sandi tak mau mengalah. Membuat Nesya jengkel kemudian pergi begitu saja. Namun langkahnya terhenti ketika mengingat sesuatu.






Ia memundurkan langkahnya dengan tubuh yang tetap menghadap depan. Sandi mengernyit heran. Belum selesai keheranan nya itu tiba tiba tubuh gadis itu terjengkang ke belakang. Dengan reflek sandi menahan tubuh itu agar tak jatuh.







Blush wajah cewek itu memerah ketika mata mereka saling pandang.
" Lepasin gue "
Kata cewek itu salting kemudian Sandi melepaskan tangannya yang menyangga punggung gadis itu. Hingga ia terjatuh lagi.








" Kenapa di lepasin sih "
" Lo yang minta "
" Modus "
" Lo yang modus "
" Lo yang pegang pegang gue "
" Lo yang minta "








" Kapan!!!??? "
" Lupain "
Sandi yang sudah jengkel dengan sifat Maichail pun kembali di buat jengkel dengan kecerewetan cewek di depannya. Ia sungguh malas berdebat kali ini. Sandi melenggang pergi.








" Tunggu!! "
" Apa lagi??? "
Kata Sandi masih menahan emosinya.
" Bilangnya ke teman lu itu ya. Buat menghargai Fahira "
" Iya "
" Iya doang "
" Terus? "









" Eh nggak nggak ya udah gitu doang "
Nesya segera pergi darisana. Sungguh berhadapan dengan Sandi ternyata menyeramkan. Pria itu telah menghilangkan sifat galaknya itu. Pria itu sudah mempermalukannya pada dirinya sendiri.








Ia melirik arlojinya. Sial banget hari ini dia harus mengahadapi dua makhluk yang membuat mood nya hancur sepagi ini. Ia memutuskan untuk kembali saja di kelasnya.







Ia masuk ke kelas melihat Maichail yang tertidur dengan kepala yang di senderkan ke meja.
" Udah selesai? "
Tanya Sandi sedangkan yang di tanya mengulurkan buku milik Sandi.






" Besok kerjain sendiri. Jangan ketergantungan gua mulu "
" Iya deh kapan kapan "
Kata Maichail. Sandi hanya bisa pasrah dengan sikap Maichail yang tak pernah serius dengan sekolahanya itu.






" San, nanti temenin gue ya? "
" Kemana? "
" Beli bunga tuju rupa "
Katanya kemudian. Sandi mengangguk.








Setelah melewati beberapa pelajaran yang sangat membuat pikiran lumayan kacau itu akhirnya bel pulang pun berbunyi. Sandi dan Maichail memacu kendaraan mereka masing masing.








Ia berhenti di toko pinggir jalan memberi perlengkapan kemudian kembali melanjutkan perjalanan menuju ke area pemakaman dengan tanda salib.







Sandi menemani sahabatannya itu. Ia ikut membantu membersihkan makan ayahnya. Tak terlihat air mata yang mengalir di pipi pria itu. Tapi tatapan sendunya itu sudah cukup menjelaskan rasa sakit itu.







" Harusnya ayah gak perlu nyusul dia. Bahkan sampai saat ini orang itu tak menghormati ayah. Dia hilang tanpa kabar dan tak pernah mau tau kabar ayah "
Kata cowok itu matanya mulai menyiratkan kekecewaan. Sandi yang menyadari itu segera menepuk pundak sahabatnya.







" Pulang yuk "
Ajaknya yang langsung di angguk i Maichail mereka pulang. Maichail terus melamun. Pikiran nya menerawang jauh memperlihatkan kejadian lima tahun yang lalu.


Flashback on



" Aku mohon yah, susul Michael ajak dia pulang "
Pinta Aalona memohon kepada suaminya agar pasangan hidupnya itu mengurangi keegoisannya.






" Iya, ayah bakal bawa Michael pulang dengan satu syarat "
Aalona mengangkat wajahnya yang semula menunduk. Senyum itu terlukis di wajah pucat nya.






" Cepat sembuh. Dan apapun yang terjadi nanti kamu harus tetap sehat"
Kata pria itu membuat hati Aalona menciut. Ia menatap wajah suaminya.






" Kalau ayah gak kembali bawa Michael jangan sedih "
Lanjutnya membuat wajah Aalona tambah murung.
" Jangan sedih atau aku gak akan jemput  Michael "



Aalona mengangguk sedikit senyum tersungging di wajahnya itu. Maichail menatap ayahnya sendu.
" Jangan pergi yah "
Kata bocah laki laki itu takut di tinggalkan oleh sang ayah.
" Gak papa. Ayah akan cari kakakmu sebentar dan membawanya pulang "
Pamitnya berlalu.









Setelah beberapa jam kepergian ayahnya itu hati Maichail tiba tiba resah. Ia menanti telepon rumahnya bergetar. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya telepon itu bergetar. Tapi bukan  suara ayahnya di sana. Hanya suara orang lain.





Tiba tiba dari arah ruang keluarga terdengar suara memekik. Membuat Maichail langsung kesana. Aalona bersimpuh ke lantai. Mata Maichail melihat chanel tv yang di lihat Aalona.




Lututnya lemas seketika mengetahui bahwa pesawat yang di tumpangi ayahnya hilang kontak.






Flashback off



Maichail tak pernah bisa mempercayai bahwa tulang belulang yang di kuburkan setahun yang lalu itu milik ayahnya. Ia terus berharap bahwa ayahnya masih hidup entah dimana tempatnya.

pergi atau berhentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang