empatpuluh satu

5.3K 442 27
                                    

Zoro pov

3 hari berlalu

"Aghh kepalaku sakit" Aku mengadu dan memegangi kepalaku seraya bangkit untuk duduk.

Aku melihat sekitar dan hanya kekacauanlah yang terpampang.

Botol-botol minuman dimana-mana. Beling-beling kaca, dan beberapa bercak darah yang mengering.

Hatiku sakit saat melihat darah kering yang menetes di lantai, namun keegoisanku melarang untuk berfikir jernih.

Sudah 3 hari terlewat dan yang kulakukan hanya minum, minum dan minum. Sampai aku tak ingat sudah berapa botol yang kuhabiskan.

Tak mandi, tak makan dan tak bisa tidur. Sekarang aku benar-benar seperti Zombie.

Aku bangkit duduk di sofa, kemudian aku menunduk dan memandangi celanaku.

Tercetak jelas noda darah dari tangan yang menggenggam erat kain itu. Semua ingatan kejadian 3 hari yang lalu membuat hatiku sakit.

Ingatanku berputar kembali ke waktu dimana Sanji menangis dan memohon maaf padaku.

Setiap mengingat kejadian itu rasanya aku tak percaya akan setega itu.
Kemarahan dan kekecewaanku sangat besar sehingga membuatku kehilangan akal sehat.

Aku tak menyangka Sanji akan tetap memberikan file itu. Padahal aku masih menunggunya berubah pikiran dan menceritakan semua masalahnya kepadaku.

Jika waktu itu iya jujur dan menceritakan semuanya, kupastikan ini tak akan terjadi.

Apa Aku terlalu mempercayainya?

Atau

Aku yang terlalu percaya diri?

Percaya bahwa aku sanggup membuatnya terbuka dan menceritakan semuanya kepadaku.

Kupikir ini semua salahku, tapi mengingat semua hasil jeripayahku hancur dalam semalam juga membuatku kecewa dan kesal.

Ayah belum menghubungi ku beberapa hari ini, aku tau dia akan menghajarku habis-habisan jika tahu aku kehilangan perusahaannya.

"Arggg" Kepalaku sangat pusing memikirian ini semua.

Bagaimana aku bisa membangun kembali perusahan itu, dan bagaimana membuat semuanya berjalan sebagaimana mestinya.

Otakku sudah mau meledak hanya dengan memikirkannya.

Ting nung.

Suara bel pintu membuyarkan segala pemikiran yang ada di otakku.

Aku berusaha bangkit dan berjalan sedikit gontai kearah pintu. Melewati pecahan kaca yang bertebaran.

Tubuhku sangat lemas dan pandanganku berkunang. Namun tetap kulangkahkan kakiku untuk mengetahui siapa yang datang berkunjung.

Suara gesekan beling terdengar jelas, beradu dengan sepatu yang kupakai.

Ya dari tiga hari yang lalu aku belum melepasnya. Aku tak peduli.

Pintu terbuka dan menampilkan sosok yang sangat ku kenal, yaitu Ace.

"Ngapain kau kemari? Aku tak menerima tamu. Pergilah" Aku segera menutup pintu tapi tangan pria itu berhasil menahannya.

"Tunggu dulu. Hey ada apa denganmu? " Ace berusah mendorong pintu itu agar terbuka lebih lebar.

"Bukan urusanmu, pergilah" Lagi-lagi aku mengusirnya. Sungguh aku sedang tak ingin menemui siapapun.
Tapi bukan sepupuku namanya jika tidak keras kepala.

"Dimana Sanji? sebenarnya apa yang terjadi? " Ace tidak mengalah, iyah tetap kekeh dan berusaha untuk masuk.

Aku yang memang sudah lemas, tak berdaya menahan tubuhnya. Dan pada akhirnya Ace sudah benar-benar memasuki ruangan.

Unwanted (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang