Zoro berjalan mondar-mandir sambil menatap pintu masuk apartemennya.
"Kemana anak itu? " Gumannya sambil terus memegang hapenya untuk menelpon. Namun mau berapa kalipun dia menghubungi nomor itu, sambungan tersebut selalu terhubung dengan pesan suara.
Diliriknya kembali jam yang betengger di dinding, waktu telah menunjukkan pukul 9 malam.
Sebenarnya sekarang belum terlalu larut, namun karena Sanji yang keluar tanpa kabar membuatnya khawatir. Apalagi ini pertama kalinya Sanji pergi dari rumah.
Tak selang berapa lama suara pintu terbuka mengalihkan pandangannya.
Dilihatnya Sanji memasuki apartement dengan beberapa kantung belanjaan di tangannya.
"Kau pergi kemana? " Tanyanya tanpa basa basi.
"Ahh maafkan aku. Tadi aku lagi kepingin buah melon. Jadi aku pergi utuk membelinya, sekalian belanja bulanan" Sanji berujar sambil mengangkat barang-barang bawaanya, agar Zoro percaya.
"Kau kan bisa menyuruh Usopp, kenapa pergi sendiri? " Zoro masih terlihat khawatir.
Sanji hanya tersenyum dan berjalan menuju dapur "aku tak ingin selalu merepotkannya. Lagian aku bisa sendiri kok"
"Tapi kau kan lagi hamil. Nanti kau kelelahan" Zoro mengambil barang bawaan Sanji dan membantu meletakkannya di dapur.
Sanji tersenyum melihat tindakan yang dilakukan Zoro. Pria itu memang sangat berbeda jika dengan orang yang disayangnya.
Mereka menyusun barang-barang bersama sampai selesai.
"Kau sudah makan? " Tanya Sanji.
"Belum, sebenarnya tadi aku ingin mengajakmu makan diluar"
"Ahh maafkan aku karena pulang telat" Sanji merasa bersalah.
"Bagaimana kalau kubuatkan sesuatu. Kau mau makan apa? " Sanji bertanya kembali.
"Hemm apa aja boleh. Semua makananmu kan selalu enak"
"Benarkah?" Sanji terlihat senang karena masakannya di puji.
"Tentu saja. Apa lagi onigirinya" Karena memang makanan favorit pria itu adalah onigiri.
"Baiklah kalau begitu, aku masak onigiri saja. Tunggu sebentar ya"
Sanji berkata sambil mulai menyiapkan bahan-bahan.
Namun saat sedang mengambil rumput laut yang berada di lemari atas, kepalanya tiba-tiba pusing.
Hampir saja Sanji terjatuh, kalau tubuhnya tidak di tahan oleh lengan kokok milik Zoro.
"Kau kenapa? " Zoro memperhatikan wajah Sanji dengan lekat.
"Hanya sedikit pusing" Jawabnya sambil sesekali mengerjapkan matanya yang sedikit memburam.
"Kau istirahat saja, wajahmu sangat pucat" Zoro menyarankan.
"Tapi makanannya bagaimana?" Sanji tak enak hati karena sudah berjanji memasakkan makanan untuk mereka.
"Kita delivery saja, untuk sekarang kau istirahat dulu. Aku tak mau terjadi sesuatu padamu atau bayi kita"
Mendengar kata "bayi kita" Sanji merasa dadanya menghangat, dirinya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, maaf ya membuatmu khawatir"
"Kau bicara apa?! Cepat istirahat sana. Atau kau mau ku gendong sampai kamar?" Goda Zoro.
"Ahh tidak-tidak, aku bisa jalan sendiri. Malu sekali aku sebagai lelaki harus di gendong olehmu" Sanji merengut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted (End)
FanfictionSanji adalah seorang omega yang tak di inginkan. Di jual oleh ayahnya sendiri. Di siksa oleh saudara-saudaranya. Dan . . . . Diabaikan oleh suaminya. ___________ Zoro, seorang alpha yang sangat menentang pernikahan ini karena dirinya sudah...