empatpuluh delapan

8.4K 494 49
                                    

Zoro melepas jaketnya dan menyelimuti tubuh polos Sanji dengan itu.

Ia melihat lekat wajah istrinya dan mencium dahinya pelan.

Di elusnya perut Sanji yang sekarang cukup besar dan dapat merasakan bagian itu cukup keras.

Ia merapatkan rahangnya mencoba untuk menetralkan emosinya yang kini meluap akibat perbuatan Pudding.

Sungguh, ia sangat menyesal pernah mencintai wanita itu.

Dan dia juga menyesal telah membiarkan Pudding kabur waktu itu.

Andai dia gencar mencari dan melenyapkan wanita itu, mungkin sekarang Sanji masih berada di sisinya.

Ia melihat sekali lagi wajah pucat milik Sanji.

Hatinya sangat sakit, namun setengah mati ia menahannya. Ia tak mau Sanji melihatnya menangis. Walaupun ia ragu Sanji akan bangun dalam waktu dekat.

Zoro berdiri dan membawa Sanji di dekapannya. Dirasakannya hembusan nafas Sanji yang begitu lemah.

"Setidaknya ia masih bernafas" Batin Zoro.

Setelah itu ia mulai berjalan menuju pintu keluar.

"Mau kemana kau membawanya!! " Baru beberapa langkah, Pudding berteriak dan mencoba menghalangi jalan Zoro.

Namun Zoro tak peduli dan lebih memilih mengabaikan wanita itu dan berjalan melewatinya.

Pudding merasa marah karena tak dihiraukan, ia menyusul langkah Zoro "Aku bilang berhen-"

Tangannya sudah menggapai pundak Zoro namun tanpa menoleh Pria itu berkata.

"Jangan sentuh aku!!"

Dan otomatis gerakan Pudding terhenti.

"Kau tak sadar keadaan ya?!" Aura dan nada bicara Zoro yang dingin membuat Pudding terpaku.

"A-apa maksud- "

Ia terhenyak saat melihat sekitarnya, dimana orang-orang berseragam polisi sudah mengarahkan senjata api kepadanya.

Wanita itu terlalu fokus melihat kearah sang kekasih sampai tak menyadari siapa saja yang ada disana.

"Kalian semua angkat tangan dan menghadap ke dinding" Ujar seorang polisi yang mungkin adalah pemimpin mereka.

Pudding sama sekali tak bergerak, ia tak percaya kalau Lagi-lagi rencananya gagal.

Ia mengepalkan tangannya kuat dan meremasnya sambil menatap Zoro yang kembali berjalan membawa Sanji.

Wanita itu tak bisa berpikir jernih, lagian ia akan di tangkap dan mendekam di penjara. Ia akan membalas dendamnya, ia akan membunuh mereka semua.

Dirogohnya saku belakangnya dan menemukan sebuah pisau lipat. Ia mengambilnya dan menyembunyikannya di lengan bajunya.

"Zoro!! " Teriaknya mendekati pria itu.

Zoro berhenti dan melihat wanita itu sejenak.

"Apa lagi maunya!!" Pikir Zoro tanpa mengatakan apapun.

"Apa kau tak mencintaiku lagi?! " Pudding berjalan mendekat dan mencoba mengambil perhatian lelaki itu

Zoro menaikkan alisnya, ia tak menyangka wanita itu akan menanyakan sesuatu yang sudah jelas jawabannya.

"Tidak" Zoro berujar dingin dan singkat agar wanita itu tak berharap dan segera menyerah.

Sekarang pudding telah berada di hadapannya dan mereka saling memandang satu sama lain.

Unwanted (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang