OO

5K 422 4
                                    

THE FIRST'S POV

"Kiki! Sarapan! Uuji udahan main mobilnya nanti telat!"

Tanganku menyiapkan dua lembar roti tawar diatas piring untuk bekal Uuji ke sekolah. Ku masukkan roti yang sudah di baluri selai kedalam kotak makan. Kulirik sedikit ke arah belakang melihat adik keduaku memakai sepatu. Senyumku tersimpul keatas.

Tak lama suara langkah kaki terdengar dari kamar sebelah dekat dapur. Kiki berseragam sekolah dengan rambutnya yang masih basah.

"Ngapain sih bangun pagi-pagi.. hoamm!" ujar Kiki dengan wajah memelas sambil menguap lebar.

Ku tatap dia dengan tatapan datar.
Are you kidding me?

"Oh iya, kan kakak OSIS ya? Hehe.." Kiki lalu duduk di bangku meja makan sambil melahap roti buatanku dengan satu lahapan besar. Cara makannya selalu membuatku geram.

Plakk!

Ku tabok bahunya tidak terlalu keras.

"Makan yang bener."

"Ihyah, bawhel!"

Kiki mengadu kedua telapak tangannya untuk membersihkan saripati roti tawar ditangannya.

"Oke wes mangan nih kak, Kiki berangkat dulu yaks!" Tangannya terjulur untuk meminta salim.

"Assalamualaikum!"

Belum sempat menjawab, Uuji dari bawah menarik almamaterku. Tangannya juga sama terjulur.

"Assa-lamu-alaikum!" ujar Uuji dengan suara kecil yang terbata-bata.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Hati-hati ya sayang ya."

Dengan senyuman mengembang, ku antarkan kedua nya sampai ke pintu gerbang rumah. Masih ada dua puluh menit lagi untuk bel segera bunyi. Ku tatap Kiki dengan lekat. Wajahnya kini selalu berseri akhir-akhir ini.

Kiki berbalik badan.

"Hai! Ittekimasu!" ujar Kiki dengan aksen jepang yang dibuat-buat.

Tak bisa menahan senyum, ku layangkan sebuah ejekan.

"Dasar wibu."

"Wibu ganteng ini mah!"

"Iya-iya terserah."

Uuji sudah siap naik dibelakang Kiki, kali ini aku sedang tidak ingin Uuji berangkat sendiri. Tidak lama Kiki menjalankan motornya, hingga perawakannya hilang dari pandanganku.

Rautku berganti dengan raut yang serius. Selama ini aku mencari cara agar senyum yang pernah hilang itu untuk tersenyum lebar dan lepas seperti sekarang ini. Aku bersyukur Kiki sudah mulai melupakan kejadian tragis keluarga kami.

Aku tahu namanya, Amu.

Sahabat adikku.

Aku merasa punya keterikatan batin pada semua teman dekat Kiki.

Aku akan berusaha menjaga mereka.








Tiba-tiba berdering.

"Haduch siapa yang ganggu saya sedang bermonolog?"

'Umami'

"Wa'alaikumussalam, nanaon mi?"

Dengan perasaan biasa saja aku mengangkat ponselku.

"Assalamualaikum, kamu dimana? Sudah pukul 6.56 lho!"

Bisa terbayangkan bagaimana Umami menyeringai dengan nada bicara seperti itu.

















'ASTAGFIRULLAH' *sweatdrop











"AKU TELATTTT!!!!!"






originally by © Amoeba_UwU

PROTECT [WEE!!! X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang