O6

1.2K 212 22
                                    

THE FIRST'S POV

Pagi ini aku baru saja selesai dengan bersih-bersih rumah, bebenah ini dan itu. Aku menatap foto keluarga lengkap kami, tak lama aku menoleh kekanan mendapati kamar Kiki yang terbuka sedikit.

Aku bisa melihat dirinya yang terlungkup dengan kepala menghadap tembok, kasurnya berserakan polaroid perempuan kesayangannya. Aku membiarkannya merenung dan melenggang pergi ke dapur.

"Kiki makan, Ki! Uuji masak opor. Ada semangkanya juga nih! Nanti ditanem ya!" teriak Papa dari dapur.

Anak pintar! Aku sudah peringatkan untuk tidak dekati kompor. Aku langsung berlari kecil ke dapur. Langsung ku turunkannya dari kursi yang ia inisiatif letakkan tadi.

"Uuji..."

Dengan tatapanku dia kabur pergi membawa mainan robot yang tergeletak dilantai. Aku menggelengkan kepala sambil melanjutkan memasak opor yang hampir matang pas.

Aku mematikan kompor yang memasak opor dan memasak air.

"Uuji ayo mandi!"





































Aku berdiri di cermin, kerudung segitigaku ku rapihkan sehingga menutup dengan sempurna. Selagi mengaca, ketukan pintu terdengar didepan kamarku. Siapa?

"Masuk."

Knop pintu terbuka menampilkan Kiki yang siap dengan seragam sekolahnya. Rambutnya semi basah. Kaki masuk dan diam sejenak.

"Kak aku—"

"Duduk sini, kakak keringin rambutnya."

Kiki menurut dan duduk di kursi riasku, ku ambil handuk kecil bersih dari lemari, ku mulai menggosok-gosokan handuk di atas kepalanya.

"Kak—mm-hmmm."

Suaranya teredam karena aku sengaja mengenai wajahnya. Aku tertawa kecil melihat itu.

"Udah diem, bentar lagi kering."

Aku mengambil sisir dari laci dan menyisir rambutnya sebagaimana biasa ia sisir. "He..? Rambutmu jadi panjang ya. Mau digimanain, kayak Eren Yeager? atau rambut Papa pas jaman SMA? Hahaha, kakak bisa—

"Kak."

Lanturanku terhenti tatkala nada serius disuara Kiki. Kepalanya mendongak keatas sehingga matanya bertemu milikmu. Kamu kelabakan dibuatnya.

"Iya? Eeeee— bentar kamu nyeremin." Reflek aku menabok wajah Kiki dengan sisir. Kiki duduk lurus sekektika lalu berbalik duduknya sedang kamu duduk di pinggir kasur. Batang hidungnya memerah.

"Kenapa?"

"Maaf."

"Udah di maafin."

Kiki mendengus kesal. Dasar bayi.

"Ish bukan gitu... aku minta maaf kalau buat kakak kecewa sama apa yang Kiki lakuin belakangan ini. Soal—

"Belakangan ini atau belakangan tahun?"

Kepalanya terangkat.

PROTECT [WEE!!! X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang