O9

1.2K 178 11
                                    

THE SECOND'S POV

Kamu menatap layar ponsel yang kembali ke roomchat Toro setelah suara operator mengatakan nomor yang dituju tidak dapat dihubungi. Decakan keluar dari mulutmu karena kesal. Kebiasaan ini langsung membuat sadar kedua bocah temanmu itu yang langsung mengalihkan perhatiannya untuk memandangmu.

"... Kak?"

Kamu menghadap kearah mereka lalu memberi tunjuk layar ponselmu. Kepala mereka mendekat dan menatap kearah benda pipih itu.

Hampir saja Upi menyemburkan isi makanan di mulutnya kalau Amu tidak cepat menahannya dengan telapak tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hampir saja Upi menyemburkan isi makanan di mulutnya kalau Amu tidak cepat menahannya dengan telapak tangannya. Kamu mendial nomor ponsel Kiki juga Sho, namun keduanya tak kunjung membalas.

Setahumu, Sho sudah berhenti melakukan perkelahian sejak beberapa bulan yang lalu. Tapi kenapa faktanya sebaliknya?

"Buruan makan nya, kita susul ke rumah Sho, langsung."

"Oke kak!"

"Oke!"































































"Ah! Adeuh! Adeuh! Ah!"

"Argh!"

Tangan kananmu terbaluti kain lap microfiber yang basah mulai memilin telinga Sho dengan keras bersamaan dengan tangan kiri ditelinga Kiki. Secara bersamaan meringis. Bak di begal satu kampung, mereka benar-benar luka dan lecet hampir di semua sisi wajah.

"Kenapa main tawuran sih? Ha?! Jawab!"

Mereka berdua menundukan pandangan, tak dapat berkutik. Kamu memilih diam terlebih dahulu untuk menetralisir sulut amarah yang sejak tadi tak meredam. Diruang tamu tak terlalu besar dan tak terlalu kecil ini Amu dan Upi menikmati cemilan yang dibeli Toro saat main game. Sedang duo cari keributan duduk bersamping-sampingan di sofa dengan kamu yang berada dibelakang mereka.

"Siapa yang bikin kalian kayak gini?! Jawab!"

Tak ada yang bergeming, mereka berdua mengelus telinga mereka masing-masing, hanya suara remahan garing dari kunyahan Amu dan Upi yang terdengar. Ck, kamu jadi ingin tertawa kan.

"Pi, mu. Keluar dulu." katamu sambil memasang wajah seserius mungkin.

Upi yang memegang kaleng langsung menyambut dengan hormat dipelipisnya dan kabur dari ruang tamu. Kamu menghela nafas. Untuk kesekian kalinya, mereka membuatmu khawatir lagi dan lagi.

Kamu akhirnya berpindah posisi yang tadinya berdiri dibelakang mereka menjadi duduk di sofa yang berhadap-hadapan dengan mereka berdua.

"Siapa?" tanyamu lagi sedikit lebih lembut dari yang sudah-sudah.

PROTECT [WEE!!! X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang