1O

746 110 7
                                    

THE SECOND'S POV

Kamu membawa keranjang dengan tumpukan baju didalamnya ke teras rumah untuk menjemur. Ditaruhnya keranjang di bawah tanah sebelum Senyumanmu tak tertahan, karena hari ini hari spesial untuk adikmu yang kedua. Ya! Uuji ulang tahun hari ini!

Melirik sedikit, Kiki sedang memasangkan helm pada Uuji. Mereka berencana untuk pergi ke makam Ibu untuk berziarah sebentar.

"Hati-hati di jalan ya!"

Kiki memberi jempol sedangkan Uuji sudah berada diatas motor menenteng banyak makanan ditangannya.  Kiki menyalakan motor dan berpamitan sekali lagi.

Wushhhhh

Karena motornya sudah mulai menjauh. Kamu mulai menjemur pakaian satu per satu. Hari ini cukup cerah seharusnya akan lebih cepat kering dari hari kemarin. Ngomong-ngomong kenaikan kelas sudah hampir dekat, seram juga ya mau kelas dua belas.

"[Name]..?"

Hm?

Kamu menoleh dan mendapati Fathul dengan pakaian santai rumahan. Kamu merasa kebingungan. Kamu tidak biasa bertemu Fathul di luar seragam sekolah. Dia terlihat lusuh dan—ngapain dia bawa anak ayam?

"Lho? Fathul.. ngapain disini?"

"Aku yakin ini jalanan umum..." jawabnya menatap lurusmu.

Em.. iya sih.

Kamu merasakan situasi canggung yang langsung kamu pecahkan.

"Thul." "[Name]."

Kamu berdua sama-sama kaget karena memanggil satu sama lain secara bersamaan. Wajah laki-laki itu juga memancarkan semburat kemerahan di pipinya. Ah, kamu pasti salah lihat.

"Kamu duluan." ujarmu sambil mengalihkan pandangan.

'Sepertinya burung-burung sedang migrasi.'

Dokoni? Dimana burungnya?

...

"Aku sedang membantu restoran ayahku."

Fathul memulai pembicaraan sambil mengelus punuk anak ayam yang di jaganya. Warnanya kuning terang dengan paruh oranye sambil bercicit-cicit kecil.

"Dengan...  membawa anak ayam?"

Eh?

"Tidak.. karena hari ini jadwalku kosong, ayah mengajakku untuk sekedar melihat-melihat peternakan yang mendistribusikan ayamnya untuk restoran ayahku."

Kamu hanya mangut-mangut sambil menggantung satu baju lagi. Sebagai sekretaris OSIS, kamu cukup... dekat? — dengan Fathul. Perawakan laki-laki dengan tinggi 177 itu tidak terlalu mencolok dikalangan tiga angkatan walaupun memiliki wajah yang lumayan rupawan. Jawabannya hanya karena dia benar-benar serius dengan jabatan yang ia emban saat ini.

Mau dirimu anak guru, anak kepala sekolah, bahkan anak OSIS sekalipun, kesalahan sedikitpun tak bisa ia tolerir. Terakhir kali, ia mengajak debat seorang guru— namanya disamarkan tapi inisial Bu Aya. Wkwk.

PROTECT [WEE!!! X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang