"Sini, lo. Lama banget jalannya!" Jeongwoo hanya pasrah ketika Haruto menarik paksa pergelangan tangannya, memasuki rumah mewah milik Kim Junkyu, salah satu pengusaha terkenal yang tentu saja namanya sudah terpandang dimana-mana.
"Haru? Sudah pulang?" itu Mashiho, lelaki manis berkebangsaan Jepang, ibu tiri Haruto.
Sedikit cerita, Mashiho menikah dengan Junkyu 1 tahun lalu, hanya karena sebuah kecelakaan yang Junkyu perbuat. Iya, Junkyu menikahinya semata-mata hanya karena pertanggung jawaban. Selebihnya, lelaki Kim itu tidak lagi memedulikannya. Terlebih ketika Mashiho kehilangan buah hati dalam kandungannya, Junkyu sama sekali tidak peduli terhadapnya. Pun dengan Haruto, putra angkatnya.
Lantas, siapa ibu kandung Haruto? Kanemoto Yoshinori, si manis asal Kobe. Yoshi mengalami pendarahan pasca melahirkan, hingga dinyatakan meninggal dunia, sehari setelah Haruto dilahirkan.
"Bukan urusan lo," sarkasnya.
Mashiho tersenyum getir, lantas menggenggam tangan Jeongwoo lembut. "Haru ganti baju dulu, ya. Biar dia tunggu disini dulu."
Si keturunan Kim hanya menghela napas, dan berlalu begitu saja. Setelahnya, Mashiho membawa Jeongwoo ke sofa, membiarkan si manis itu duduk disana. Ia pun duduk di samping si manis.
"Nama kamu siapa?" tanyanya lembut.
Jeongwoo tersenyum, dan segera mengambil buku kecil juga pena.
'Jeongwoo, tante.'
Jujur saja, Mashiho sedikit terkejut mengetahui fakta ini. Pantas saja Jeongwoo tidak berbicara sepatah kata pun padanya sejak tadi.
Senyum Mashiho terbit lagi. Ia mengusap lembut surai Jeongwoo. "Aku Mashiho. Ibu tiri Haruto. Jangan panggil aku tante ya, Je. Panggil Mama aja, boleh?"
Jeongwoo tersenyum lebar mendengar perkataan Mashiho. Ia mengangguk dengan semangat. Jika dilihat lagi, Mashiho sedikit mirip dengan mendiang sang ibu. Tutur bahasanya yang lembut, juga ketika Mashiho mengusap kepalanya, semua hal itu membuat Jeongwoo teringa Asahi.
"Mama Shiho mirip banget sama Mama Asa.."
Mashiho terkekeh setelah membaca tulisan tangan Jeongwoo. "Mama Asa? Mamanya Jeongwoo?" tanyanya, yang dijawab anggukan antusias oleh si manis.
"Aku jadi kangen Mama Asa.."
Mashiho menggenggam tangan Jeongwoo, menatap lembut pada pemuda manis di sampingnya. "Memang Mama Asa kemana?"
"Di surga."
Mashiho terdiam. Namun matanya masih menatap ke arah Jeongwoo. Hatinya mencelos mengetahui dimana keberadaan ibu Jeongwoo sekarang.
Tanpa bicara lagi, Mashiho menarik Jeongwoo ke dalam pelukannya. Mengusap punggung lebar itu.
"Je, Mama minta maaf ya karena bikin Jeongwoo sedih. Mama ngga tau kalau Mamanya Jeongwoo udah ada di surga," Mashiho melonggarkan pelukannya, menangkup pipi gembul Jeongwoo.
"Kalau Jeongwoo kangen sama Mama Asa, Jeongwoo bisa kesini. Jeongwoo bisa peluk Mama sepuasnya, anggap aja kalau Mama Shiho itu Mamanya Jeongwoo."
Jeongwoo mengangguk senang. Ia segera memeluk Mashiho dengan erat. Tidak pernah ada yang berlaku hangat seperti ini padanya. Sepertinya Tuhan sedang baik pada Jeongwoo sekarang.
Pemandangan itu tak luput dari tatapan tajam putra tunggal Kim Junkyu, Kim Haruto.
"Cih, pencitraan."
Brak!
Haruto meletakan beberapa tumpukan buku dengan kasar di hadapan Jeongwoo.
"Lo kerjain semuanya. Jangan harap gue antar lo pulang sebelum tugas-tugas gue selesai." ucapnya, lantas berlalu dari hadapan Jeongwoo.
Jeongwoo hanya bisa tersenyum miris. Namun ia tetap mengerjakan apa yang diperintahkan Haruto, sebab ia tau bagaimana perangai Haruto ketika marah, jadi Jeongwoo hanya tidak ingin menghadapi kemarahan Haruto.
Si manis putra sulung Yoon Jaehyuk itu masih sibuk berkutat dengan tugas sekolah Haruto. Menit demi menit berlalu begitu saja, namun tidak membuyarkan fokus Jeongwoo sedikitpun. Walau sebenarnya kepalanya mulai terasa pusing sebab terlalu banyak berpikir, tapi tak apa, asal Haruto tidak lagi melampiaskan emosi padanya.
Jeongwoo mengernyit kala setetes cairan berwarna merah pekat terjatuh di hadapannya. Ia pun meraba hidungnya, dan terlihat jelas bahwa darah tersebut memang berasal darinya. Ia pun bangkit, berlalu menuju kamar mandi yang memang terletak di kamar Haruto. Mencoba menghentikan mimisannya, butuh waktu sedikit lama untuknya menghentikan darah yang mengalir dari hidungnya itu.
Setelah dirasa, darahnya sudah terhenti, Jeongwoo melangkah keluar kamar mandi.
"Gue nyuruh lo buat kerjain tugas, Jeongwoo."
Jeongwoo sedikit berjengit kala Haruto menghadangnya di depan pintu kamar mandi. Ia menunduk, menatap ke arah kakinya juga marmer di bawahnya.
"Gue ngga mau tau, lo harus kerjain tugas gue sampai selesai. Kalau malam ini tuh tugas ngga selesai, lo harus tanggung hukumannya." Jeongwoo hanya bisa menganggukan kepalanya.
Haruto pun memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur, membiarkan Jeongwoo kembali melanjutkan pengerjaan tugas sekolahnya.
"Ayo semangat, Jeongwoo.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello
Teen FictionYoon Jeongwoo, si manis yang selalu mempertanyakan bagaimana indahnya rasa kasih sayang seorang ayah