2J

1.4K 225 20
                                    

Pagi ini, Jeongwoo sudah rapi. Tangannya sudah membawa sebuket bunga mawar putih; kesukaan Asahi. Ia melangkahkan kakinya menyusuri area pemakaman. Senyumnya tak pernah berhenti terlukis di wajahnya. Seolah hari ini adalah hari terbahagia untuknya.

Hingga Jeongwoo tiba di depan sebuah nisan bertuliskan nama sang ibu. Diletakannya buket bunga tersebut. Ia pun duduk berjongkok di dekat nisan, dan mengusap figuranya pelan.

Jika saja yang Jeongwoo usap kini kulit Asahi, mungkin Asahi akan marah besar. Asahi tidak akan pernah sudi jika tangan Jeongwoo menyentuhnya, bahkan untuk sekedar melihatnya saja tidak akan pernah mau.

Kembali pada Jeongwoo, ia tersenyum. Namun matanya tidak bisa berbohong. Ada kerinduan besar di dalamnya. Sejahat apapun tindakan Asahi dulu, ia tetaplah seorang ibu untuk Jeongwoo. Dan Jeongwoo tidak akan mungkin tetap berada disini jika saja Asahi tidak menyelamatkannya kala itu.

"Mama, Jewu datang. Maaf jarang mengunjungi Mama. Maaf, karena Jewu, Mama jadi ada disini sekarang. Harusnya waktu itu Mama ngga perlu lindungin Jewu, harusnya Mama pergi aja tinggalin Jewu. Jewu sendirian disini, Ma.. Papa dan Hwannie ngga pernah anggap Jewu ada. Bahkan Haruto berubah banget."

"Ma, Jewu mau ikut Mama, boleh? Kehadiran Jewu udah ngga diharapin sama siapapun lagi, kan? Ngga ada gunanya juga Jewu disini. Jewu mau ikut Mama. Mama kapan jemput Jewu?"

"Ma, badan Jewu udah ngga sanggup lagi rasanya. Setiap malam, sakitnya makin bertambah. Dokter bilang, umur Jewu ngga akan lama lagi. Itu artinya, kita akan bertemu secepatnya ya, Ma? Boleh ngga kalau Jewu minta ke Tuhan buat percepat kepergian Jewu? Jewu ngga mau bikin Papa, Hwannie, bahkan Haruto muak sama kehadiran Jewu."

Jeongwoo menghela napas. Tangannya bergerak menghapus air mata yang menetes di pipinya.

"Ma, maaf ya, Jewu jadi nangis gini. Harusnya memang dari dulu, Jewu ngga hadir diantara kalian. Benar ya apa kata mereka, Jewu pembawa sial."

"Ma.. Jewu sayang Mama. Jangan lupa datang ke mimpi Jewu. Jemput Jewu. Jewu pamit pulang ya, Ma. Mama bobo yang nyenyak. Jewu tunggu Mama.."

Jeongwoo menerbitkan kembali senyumnya. Ia mengecup lamat figura foto Asahi. Hatinya lebih lega sekarang. Setidaknya, ia bisa bercerita pada Asahi. Walau hanya menggunakan suara hatinya.







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Junghwan tengah berada dalam kamarnya. Netranya menatap sendu ke arah figura dalam genggamannya. Dalam foto itu, ia terlihat sangat bahagia berada diantara Jaehyuk dan Asahi. Pun dengan Jaehyuk dan Asahi.

"Ma, Hwannie kangen Mama. Mama datang ke mimpi Hwannie. Tapi kenapa Mama bawa hyung? Ma, sampai sekarang, Hwannie masih marah sama hyung. Karena dia, Mama jadi pergi. Harusnya Mama masih ada disini, temani Hwan dan Papa."

Junghwan menghela napas sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Papa makin sibuk, Ma. Ngga pernah ada waktu untuk Hwannie. Bahkan selalu pulang disaat Hwan sudah tidur. Waktu Hwan sakit juga Papa ngga peduli. Dia sibuk ngurusin kantor. Saat weekend pun Papa lebih milih ngantor. Junghwan kesepian, Ma. Ngga ada lagi yang ajakin Hwan main, atau bahkan jalan-jalan saat liburan."

"Semenjak Mama pergi, semuanya berubah. Jujur, Hwan benci sama Jeongwoo hyung. Tapi bagaimanapun juga, Hwan minta tolong banget sama Mama. Jangan bawa hyungie pergi dari Hwan, Ma.."

Junghwan menundukan kepalanya. Menahan rasa sesak dari tangisannya. Ia juga tidak mengerti, kenapa ia merasa kalut saat ini.

"Hwan bakal coba untuk ikhlasin Mama. Mama juga pasti ngga tenang ya sekarang? Mama, Mama harus bahagia. Hwan disini pasti bahagia. Walau Hwan mau meluk Mama sekarang. Hwan kangen dipeluk Mama sama Papa. Mama juga udah janji buat bacain dongeng setiap malam, tapi Mama malah ingkar janji."

Junghwan terkekeh, lantas mengusap sisi figura foto yang menampilkan wajah Asahi.

"Mama pasti makin cantik, ya? Di mimpi Hwan pun, Mama makin cantik. Sangat cantik malah. Maaf ya Ma, Hwan belum bisa datang ke rumah baru Mama. Rasanya masih sama, belum bisa sepenuhnya ikhlasin Mama. Sekali lagi Hwan minta maaf, Ma. Hwan berharap, Mama bahagia disana. Hwan mau tidur dulu ya, Ma. Hwan sayang Mama."

Setelahnya, ia kembali meletakan figura foto di atas nakas, dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Hingga akhirnya masuk ke alam mimpi, dengan harapan ia kembali bertemu dengan Asahi.

HelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang