Lelaki itu terus melangkah, menyusuri tempat entah-berantah. Ia tak tahu sedang berada dimana. Entah masih di dalam dunianya, atau justru masuk ke dalam dunia lainnya. Tapi yang pasti, satu kata terlintas dalam benaknya.
Indah.
Tempat itu memang sangat indah. Bagaimana tidak, halamannya sangat luas. Ada sebuah sungai dengan air jernih mengalir dari gunung menuju air terjun terdekat. Rerumputan hijau terlihat segar dipandang mata. Sebuah gunung dengan salju yang menyelimuti puncaknya menjadi bonus pemandangan itu sendiri. Tak hanya itu, suara gemericik air seolah saling bersahutan dengan cicitan burung-burung. Tiada siapapun disana, hanya dirinya seorang.
Ia terus melangkah, menuju sebuah kursi tak jauh dari tepi sungai. Lantas mendudukan bokongnya disana. Menatap pemandangan nyata di hadapannya. Menikmati semilir angin menerpa wajahnya. Tak ada hentinya kata-kata takjub terlontar dari bibirnya. Sebab, memang seindah itulah pemandangannya.
Ia masih terus memerhatikan lukisan indah di hadapannya. Seolah tidak ada lagi yang menarik selain ini. Lamunannya pun mulai tergerak di dalam benaknya. Hingga ia tak menyadari jika seseorang sudah duduk disampingnya.
"Jae?"
Suara itu. Suara yang mampu membuyarkan lamunan Jaehyuk. Suara lembut yang selalu ia bayangkan di setiap harinya. Suara dari sosok terkasihnya.
Jaehyuk menoleh, mendapati sang istri disana. Dengan seulas senyum manis yang selalu ia bayangkan dikala senggangnya.
Jaehyuk mengusap matanya, memastikan apakah ini semua hanya ilusi, atau memang nyata adanya?
Asahi terkekeh ringan. Ia menelusup masuk ke dalam dekapan hangat sang suami. Jujur saja, ia juga sangat merindukan pelukan itu. Pelukan dari sosok yang menemaninya dikala senang maupun susah.
"Papa Jae, Mama Asa rindu.."
Perlahan, Jaehyuk melingkarkan tangannya di pundak Asahi. Meskipun ia masih tidak menyangka jika di hadapannya saat ini adalah bentuk nyata dari sang istri.
Keduanya saling mendekap. Menghantarkan kehangatan di setiap detiknya. Melepas segala rindu dalam benak keduanya. Memang tidak ada kata terucap dari bilah bibir Jaehyuk maupun Asahi. Namun dengan adanya pelukan ini, bukankah sudah jelas seberapa banyak rindu mereka yang tak tersampaikan?
Bukan hanya Jaehyuk yang merindukan Asahi. Asahi pun demikian. Selama beberala tahun ke belakang, ia hanya berdiam seorang diri. Menanti waktu untuk menjemput satu persatu keluarganya. Walau begitu, ia jelas tahu bagaimana kehidupan ketiga orang tersayangnya. Terkadang ia merasa sedih akan perlakuan Jaehyuk terhadap si sulung. Bahkan ia selalu meminta pada Tuhan agar membiarkannya menjemput putranya, Yoon Jeongwoo. Namun setelah melihat bagaimana Jaehyuk berusaha memperbaiki retakan demi retakan dalam hidup si sulung, ia jadi merasa tak tega. Ia pun hanya bisa berharap jika Tuhan tak mengabulkan ucapannya kala itu.
"Aku rindu kamu, Asa. Sangat rindu," ucap Jaehyuk disela pelukannya.
Asahi tersenyum. Lantas melepaskan dekapan itu. Kepalanya mendongak, menatap tepat di netra karamel Jaehyuk. Memandang sosok tampan yang selalu ia rindukan disetiap harinya.
"Aku juga, Jae.."
Setelah adegan pelukan tersebut, keduanya hanya duduk menikmati semilir angin dan pemandangan di hadapan mereka. Tentunya dengan kedua tangan saling bertaut. Kepala Asahi bersandar nyaman di pundak lebar Jaehyuk. Entah sudah berapa lama keduanya terdiam tanpa kata. Hanya ada tatapan lembut, senyuman manis di ranum lelaki Yoon dan Hamada, juga usapan di pipi Asahi.
Rasanya sangat nyaman. Melepas rindu dengan seseorang yang bahkan tak bisa kau dapatkan lagi eksistensinya di dunia ini. Bahkan Jaehyuk berharap jika Tuhan memberikannya waktu lebih lama disini. Karena memang sebesar itulah rasa rindunya pada sang istri.
"Anak-anak gimana, Jae?" tanya Asahi tiba-tiba.
Jaehyuk menoleh. "Baik, Sa. Aku juga lagi berusaha untuk sembuhin Jeongwoo. Aku berusaha jadi Ayah yang baik untuk mereka. Iya setidaknya untuk menebus dosaku di masa lalu, Sa."
Asahi tersenyum. Ia usap tangan Jaehyuk. Suaminya banyak berubah. Rahang tegas itu terlihat semakin menirus. Walau begitu, suaminya tetap terlihat menawan. Punggung tempatnya bersandar dikala lelah, tak lagi setegap dulu, kala keduanya berdiri diatas altar untuk mengucap janji suci. Tatapan tajam dari lelaki Yoon pun berubah menjadi tatapan sendu.
"Terima kasih, Jae. Terima kasih untuk semuanya. Aku tahu, pasti ngga mudah untuk kamu jalani semuanya, kan? Terima kasih sudah bertahan sejauh ini, Jae. Terima kasih sudah membuktikan padaku jika kamu bisa berubah demi mereka. Dan maaf, karena ngga bisa nemenin kamu sampai di hari tua nanti."
Jaehyuk menggeleng. Ia bawa tubuh Asahi ke dalam dekapannya. Dikecupnya surai si manis.
"Aku yang berterima kasih sama kamu, Sa. Terima kasih karena sudah memberikan aku dua malaikat kecil di keluarga kita. Dan terima kasih karena sudah membantuku membuktikan pada mereka, jika aku juga bisa menjadi Ayah yang baik untuk mereka."
"Aku senang, Jae. Aku senang karena perjuanganku menyelamatkan Jeje waktu itu, ngga berakhir sia-sia. Hal yang paling ingin aku lihat adalah bagaimana dia tumbuh menjadi remaja, menikmati hidup dan kebahagiaannya sendiri. Dan melalui kamu, aku percaya, bahwa ngga cuma Jeje yang akan dapat bahagianya. Tapi juga Hwanie," ucap Asahi.
Tangan kecilnya mengusap punggung Jaehyuk. "Kamu tahu, Jae? Aku akan selalu ada disini. Menunggu kalian setelah puas berbahagia disana. Aku juga akan selalu ada di samping kalian, walau kalian ngga bisa merasakannya. Jadi tolong, hidup lebih baik dari sebelumnya, Jae. Raih apapun kebahagiaanmu. Dan jangan pernah kembali pada Jaehyuk di masa lalu."
Tanpa diduga, Jaehyuk melepaskan pelukannya. Dikecupnya lamat ranum merah Asahi. Disatukannya kening keduanya. Seulas senyum terukir di bibirnya.
"Asa.. Bagaimanapun alurnya nanti, bolehkan aku meminta sesuatu?"
"Apa, Jae?"
"Jemputlah aku lebih dulu. Jangan Jeongwoo, apalagi Hwanie.."
• • •
Sejujurnya, ngga tau Hello itu masih nge-feel di kalian atau ngga. But i hope, feelsnya tersampaikan ya..
Dan kemungkinan, sisa beberapa chapter lagi before end hehe..
So, be patience, and don't forget to buy some tissue, readers-nim 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello
Teen FictionYoon Jeongwoo, si manis yang selalu mempertanyakan bagaimana indahnya rasa kasih sayang seorang ayah