Hi Bye, Tuan's

15 0 0
                                    

Holla Manusia Hebat

Dimana pun kamu berada, entah dengan siapa ataupun sedang apa, semoga selalu baik-baik saja. Berat ya? Pasti capek. Gapapa, dunia emang kejam. Aku cuma ingin kamu tahu bahwa kamu gak pernah sendiri, banyak kok orang yang sayang sama kamu. Gapapa, jika sampai detik ini, usahamu belum membuahkan hasil atau bahkan kamu merasa tertinggal dari yang lain. Pasti pengen nyerah ya? Jika ini bukan tentang bisa dan gabisa, tapi mau atau gamau, aku mau kamu tetap jalani hidup yang sulit ini. Melanjutkan perjalanan kembali walaupun harus berdarah-darah untuk menuntaskannya. Karena hal baik perlu melewati proses yang panjang.

Aku percaya, dunia dibuat sekejam ini bukan untuk membuatmu terlihat lemah tapi untuk menjadikanmu manusia yang kuat. Untuk kedepannya, dunia akan lebih berat, dan kamu pasti bisa melewatinya. Beberapa langkah ke depan ada kebahagiaan yang menunggumu. Jangan menyerah ya, aku yakin kamu mampu melewatinya. Dan aku tidak pernah bosan untuk mengucapkan jika kamu manusia hebat karena sudah bisa bertahan sampai saat ini.

Jangan lupa berterimakasih pada diri sendiri ya.

Terlepas dari itu semua, kamu masih ingat dengan "anak kecil?" Sepertinya anak kecil itu sudah tahu posisinya dimana, kini ia sudah melangkah berjalan, keluar dari lautan. Anak kecil itu, sedikitnya sudah merelakan jika mainan kesayangannya bersama dengan orang lain. Ia terlepas dari ikatan dan bisa berenang hingga keluar dari lautan.

Ingat? Tentang kata "menyerah yang tak pernah?" Pada akhirnya, anak kecil itu menyerah setelah mengetahui sedikitnya kebenaran, tidak ada lagi cocoklogi ataupun teori yang menguatkan. Dia tidak ingin bermain lagi setelah mengetahui Tuannya sudah menemukan yang lain. Dia memilih untuk melepaskan dan berusaha untuk membiasakan. Ini sangat Menyesakkan.

Yang aku tahu, anak kecil itu mengucapkan kata maaf dan menyesal karena ia pergi meninggalkan kekecewaan kepada Tuannya. Walaupun ia selalu berusaha untuk membiasakan diri, menempatkan posisi yang seharusnya.

"Mau aku temani sampai mana? Sebatas teman ngopi atau menembus jadi yang kubuatkan kopi tiap pagi?"

Dan, ya. Anak kecil itu tergores oleh harapannya sendiri. Ia memutuskan untuk menepi karena tidak ingin bersaing dengan yang lain, jelas dalam berbagai aspek dia merasa akan kalah karena tidak bisa mendampingi kemana pun Tuannya pergi. Ia pun tidak ingin merasa bersalah karena seakan-akan sudah merampas "Tuannya"dari orang lain. Biarlah, anak kecil itu sudah tahu perasaan Tuannya kepada siapa dan itu bukan untuknya.

Anak kecil itu hanya menitipkan salam "Maaf karena ia menyimpan kekecewaan kepada Tuannya. Maaf jika sikapnya akan sedikit menyebalkan. Maaf atas segala yang telah ia lakukan jika menyinggung perasaan. Maaf jika dia tidak ingin melihat ataupun menatap mata Tuannya lagi."

Anak kecil itu dipenuhi oleh ego dan gengsi, jadi akan sulit untuk mengawali atau bahkan mengakhiri. Saat meninggalkan, dia tersenyum kikuk saat masih ada rasa khawatir saat Tuannya terlihat murung, tidak ada sedikitpun senyuman atau bahkan bibir anak kecil itu akan membentuk setengah lingkaran ke bawah saat Tuannya menundukkan kepala.

"Apakah Tuannya baik-baik saja?"

Tapi, seketika dia teringat jika Tuannya sudah memilih orang lain. Ia hanya bisa menganggukan kepalanya, dia lupa dan akan melanjutkan perjalannya sambil mengucapkan "semoga dan selalu baik-baik saja Tuan, berbahagialah."

Kurasa, Anda sangat menyebalkan, Tuan.
Sampai ketemu dilain kesempatan jika ditakdirkan.

My WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang