Dua

33 17 3
                                    

Jeandra berpaling ke arah pintu dan Joanna dengan enggan mengikuti arah pandangnya. Ia melihat seorang lelaki berwajah Jepang memasuki tempat makan sepi itu sambil memandang sekeliling ruangan. Jeandra melambaikan tangan. Lelaki itu melihatnya dan tersenyum.

''Gue bakal kenalan sama dia, tapi gak akan lama.'' kata Joanna cepat. ''Hari ini gue lagi capek gamau basa-basi.''

Jeandra tidak menjawab karena temannya sudah tiba di meja mereka.

''Jean, apa kabar? Senang bertemu lagi,'' sapa Haruto gembira. Bahasa Indonesia-nya lancar, tidak terdengar logat asing sedikit pun.

Jeandra berdiri, merangkul dan menepuk-nepuk punggung temannya. ''Gue juga seneng ketemu lo lagi.''

Joanna memerhatikan Haruto dengan cermat. Laki-laki itu masih muda tentunya, usianya pasti sebaya dengan Jeandra, sekitar awal dua puluhan. Bertubuh jangkung, lebih tinggi sedikit dari Jeandra, dan sedikit lebih kurus daripada Jeandra. Rambut hitamnya agak panjang—belum termasuk gondrong, syukurlah, karena Joanna benci laki-laki berambut gondrong—tapi sangat bergaya. Mungkin itu model yang sedang trendi di Jepang.

Cocok dengan bentuk wajahnya. Sudut matanya tajam, hidungnya mancung, dan dagunya kecil. Secara keseluruhan Haruto memiliki wajah yang menyenangkan...dan menarik. Joanna langsung memberi nilai delapan untuknya.

Namun ada sesuatu yang menganggu.

Joanna mengerutkan kening. Laki-laki bernama Haruto Watanabe ini sepertinya tidak asing. Padahal belum pernah bertemu.

''Kenalin, ini temen gue. Joanna Melisa.''

Joanna mengalihkan pandangan dan mendapati Jeandra sedang menatapnya.

''Jo, ini Haruto Watanabe.'' Jeandra melanjutkan. ''Temen baik gue dari Jepang. Real Jepang no blasteran''

Joanna memaksakan seulas senyum dan menyambut uluran tangan Haruto. ''Halo,'' sapa Joanna pendek. Seperti yang di katakannya tadi, dia tidak berniat basa-basi.

''Panggil aku Haruto saja,'' kata Haruto. Ia tersenyum lebar, sambil sedikit membungkuk, ya itu gaya sapaan orang Jepang bukan. Haruto sama sekali tidak menyadari suasana hati Joanna. ''Senang berkenalan denganmu, Joanna.''

Sementara Jeandra dan Haruto bertukar sapa, Joanna terus memutar otak mencari tahu apa yang membuat Haruto terasa tidak asing, tapi tetap tidak mendapat jawaban. Joanna tidak suka merasa penasaran. Ia tidak boleh penasaran karena rasa penasaran itu akan terus menggerogotinya seperti lubang di gigi yang bisa membuat seluruh badan ikut sakit.

Dan pada pertemuan pertama saja Haruto sudah membuat Joanna penasaran setengah mati.

''Kuharap aku tidak menganggu acara kalian berdua.'' kata Haruto, membuyarkan lamunan Joanna.

''No, sama sekali tidak.'' sahut Jeandra cepat, sebelum Joanna sempat bereaksi. ''Lo gak kesesat kan? Ini tempat makan agak terpencil gini.''

Haruto menggeleng. ''Sopir taksiku hebat.'' katanya sambil tersenyum lebar.

''Duduk sini. Lo udah makan?'' lanjut Jeandra. ''Gue harap lo mau makan makanan Indonesia. Joanna tuh penggemar berat mie ayam disini.''

''Oh ya?'' tanya Haruto sambil melepas jaket cokelatnya dan menyampirkannya ke sandaran kursi. ''Aku bersedia mencoba makan apapun, dan terlebih lagi aku suka makanan berbahan dasar mie!''

Joanna tersenyum acuh tak acuh, namun membuat catatan dalam hati. Koreksi lagi, nilai Haruto naik menjadi delapan setengah. Katanya tadi ia menyukai makanan berbahan dasar mie, seperti Joanna.

''Dia juga memiliki channel youtube, sama apa itu! Yang di Spotify. Podcast iya itu.'' Jeandra melanjutkan, seakan akan membanggakan anak gadisnya. Tiba-tiba Jeandra menjentikkan jari dan menatap Joanna. ''Lo ada konten yang kayak bahas pesan email dari penggemar lo kan?'' tanyanya.

Jakarta In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang