Dua #2

26 15 2
                                    

Ceritanya berhenti sampai di situ. Joanna dan Bianca menghela napas dan berkata dengan nada menyesal, ''Kak Harutawa, kamu membuat kami semua penasaran! Kamu tertarik pada gadis itu, bukan? Apakah kamu mau cari gadis itu? Mungkinkah ini cinta pada pandangan pertama guys?''

''Ngomong-ngomong soal cinta pandangan pertama, kalian mending dengerin lagu Kesan Pertama deh, tapi aku lupa yang nyanyi siapa huhuhu! Terutama buat Kak Harutawa si pengirim pesan. Guys, walaupun tidak semua orang percaya pada cinta pandangan pertama, aku dan Joanna harap kalian menikmati lagu ini.'

Joanna mengambil alih mic kecil dari tangan Bianca, ''Oh ya, kak Harutawa! Tolong kabari kami lagi kalau ada perkembangan menarik!''

Setelah itu Bianca mengucapkan kalimat penutup dan menutup acara live streaming mereka.

Joanna tersenyum sendiri. Sosok Harutawa itu sepertinya tipe lelaki romantis. Joanna baru akan berdiri dan membereskan cat kukunya gerakannya terhenti.

Harutawa?

Joanna mengerjap-ngerjapkan mata.

Harutawa...Haruta-wa... Haruto Watanabe...? Haruto Watanabe?!

Joanna mengerutkan kening dan berpikir. Mungkinkah? Mungkin saja. Jeandra pernah menyebut-nyebut soal Haruto yang terpesona dengan gadis Jakarta. Jangan-jangan laki-laki itu menuruti saran Jeandra dan mengirimkan ceritanya ke emailnya.

Joanna melirik Bianca yang ternyata sibuk sendiri dengan telepon dari seseorang.''Gue cabut ya! Mama tiba tiba pengen di anter shopping.'' katanya lalu pergi. Joanna hanya mengangguk, toh ngapain juga melarang Bianca pergi.

Sebenarnya Joanna masih sangat penasaran dengan laki-laki bernama Haruto Watanabe itu. Sampai sekarang ia belum berhasil menemukan jawaban atas rasa penasarannya yang dulu. Ia baru bermaksud melupakan masalah itu sebelum ia sendiri menjadi gila karena memikirkan terus-menerus, namun kini bertambah satu hal lagi yang membuatnya penasaran.

Joanna ingin memastikan. Oh ya, ia punya janji makan dengan Jeandra hari ini setelah kelasnya selesai. Ia bisa bertanya pada Jeandra. Joanna mengangguk-angguk dan berdiri dengan susah payah karena kakinya mulai kesemutan.

Tiba-tiba ia mendengar bunyi ponsel. Ia berjalan tertatih-tatih ke kamar tidurnya dan mengambil ponsel yang tergeletak di tempat tidur. Ia menatap layar ponsel dan tersenyum.

''Halo, Jean!'' katanya begitu menempelkan ponsel ke telinga. Ia menghempaskan dirinya ke tempat tidur dan memijat-mijat kakinya. ''Aku baru saja berpikir akan menelponmu.''

'Jo, sorry.' sela Jeandra di ujung sana.'Hari ini kita gak jadi makan siang bareng, gue masih ada kelas.'

Senyum Joanna memudar dan ia mendesis kesal.

'Ya oke.' sahut Joanna, tidak ada pilihan lain. Tiba-tiba ia teringat, ''Oh ya, Jean.''

'Hm?'

''Temen lo yang dari jepang itu, yang lo kenalin ke gue sekitar dua minggu lalu...''

'Kenapa dah?'

''Lo pernah ngusulin dia ngirim cerita ke email gue. Lo inget?''

Jeandra terdiam sejenak, berpikir. 'Oh, iya. Gue inget, emang kenapa si Jo?'

''Lo tau gak, kalo dia udah ngirimin atau belum? Atau lo udah di ceritain lengkapnya?''

'Enggak, gue gak tau. Dia gak mau cerita sama gue. Kata dia, gue pasti bakal ngetawain.'

Joanna tertawa kecil. ''Lo emang seneng ngetawain orang, Jean.''

'Kenapa tiba-tiba tanya si Haruto?'

''Gue lagi streaming bareng Bi tadi terus dia baca surat menarik. Gue cuman mau mastiin ini cerita temen lo atau bukan. Gue bener bener kepo. Bisa gak lo tanyain?''

Jakarta In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang