Sepuluh

8 3 8
                                    

"Ayah kandung lo?" Mata Joanna terbelalak. Ia mengibaskan- ngibaskan tangan, lalu bertanya sekali lagi. "Lo tadi bilang ayah kandung?"

"Heem," sahut Haruto santai.

Mereka berdua duduk di bangku panjang di pinggir jalan, di bawah pohon-pohon yang daunnya berwarna hijau, tidak jauh dari kampus Joanna. Haruto baru saja menceritakan tentang pertemuannya dengan cinta pertama ibunya yang juga adalah ayah kandungnya.

Joanna terpana, kaget dengan berita itu. Kejutan lain dari Haruto. Kemudian ia menatap Haruto dengan ragu-ragu. "Apa yang lo rasain sekarang?" tanyanya hati-hati.

Tatsuya tersenyum. "Aku lega semuanya sudah selesai.''

'''Ayah kandung lo itu... orang baik?"

Haruto mengangguk. "Mm... Kelihatannya begitu."

Joanna terdiam. la belum pernah menemui masalah sebelumnya, jadi tidak tahu harus berkata apa ataupun mendukung Haruto. Tiba-tiba pundaknya terasa berat la menoleh dan melihat kepala Haruto bersandar di pundaknya. la terkesiap dan wajahnya memanas.

"Haruto, lo ngapain?" tanyanya heran.

"Sebentar saja," gumam Haruto, tanpa mengangkat kepala. "Biarkan aku begini sebentar saja. Aku capek sekali."

Joanna berhenti bergerak-gerak. Ia bahkan menahan napas pun dan berusaha meredakan debar jantungnya yang semakin cepat, takut Haruto mendengarnya.

"Aku baru tahu sekarang kenapa ibuku selalu memaksaku belajar bahasa Indonesia sejak aku kecil,'' gumam Haruto dengan mata terpejam. "Ternyata Ibu ingin aku bisa bertemu dengan ayahku suatu hari nanti."

Beberapa saat kemudian Haruto mengangkat kepala dan menatap Joamma sambil tersenyum. "Lega sekali karena masalahku sudah selesai," katanya."Bagaimana kalau kita merayakannya malam ini?"

Joanna bertepuk tangan. "Ah, bener! Lo pernah janji mau masak kari. Malam ini? Oke?"

Haruto tergelak. Ia mengulurkan sebelah tangan dan menyentuh kepala Joanna. "Oke." Saat itu Joanna hanya bisa tercengang. Sesaat ketika Haruto membelai kepalanya, ia tidak bisa merasakan degup jantungnya sendiri.

🌧

H

aruto baru saja duduk di depan meja belajarnya ketika Jeandra menghambur masuk ke ruangan.

"Di sini rupanya," kata Jeandra sambil berdiri di hadapannya.

Haruto memandang temannya dengan bingung. "Jeandra? Ada masalah?"

Jeamdra mengibaskan tangannya. "Bukan masalah kerjaan. Gue dateng ke sini buat nanyain sesuatu yang pribadi.''

Haruto menyandarkan tubuh dan mendengarkan.

"Gue udah denger dari Joanna kalo kalian berdua sering ketemu," kata Jeandrasambil berjalan mondar-mandir di ruangan Haruto.

Haruto mengangguk sekali. "Ya, benar," sahutnya. Lalu ia teringat ia sama sekali belum pernah memberitahu Jeandra tentang hubungannya dengan Joanna.

Jeandra berhenti mondar-mandir dan menatapnya sambil berkacak pinggang. "Apa tujuan lo?" tanyanya langsung.

Haruto mengerjapkan mata. "Apa tujuanku?''

Jeandra menarik kursi dan duduk di hadapan Haruto. Raut wajahnya serius. "Denger," katanya, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Joanna udah kayak adik gue sendiri. Gue gak mau lo mainin dia."

"Astaga! Jeandra..."

"Gue serius, Haruto," sela Jeandra. ''Gue gak tau gimana bentuk hubungan kalian, tapi gue cuman ngingetin lo. Jangan main-main sama dia."

Jakarta In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang