DB 20

301 35 15
                                    

*jgn masukin cerita ini ke hati dan pikiran kalian ya. bacanya santuy aja dan jgn pake emosi 😂😂 karena ini nggak mungkin terjadi di kehidupa nyata. Cerita ini cuma karangan liar, oke?

Pada akhirnya Nayeon benar-benar kembali ke mansion, itu artinya ia akan kembali menjadi tawanan ke-empat pria itu, menjadi pusat pelampiasan obsesi liar mereka-- entah sampai kapan itu akan berakhir. Bayang-bayang kelam saat dirinya pertama kali direnggut secara bergilir membuat dadanya kembali sesak. Tak terhitung seberapa banyak ia menangisi diri akibat kejamnya dunia terhadapnya. Mulai dari kehilangan sosok ayah, melepaskan Jinyeong, menjauhi Mina dan Hoseok. Namun bertemu danger boyslah yang paling ia benci seumur hidup.

Rasa benci itupun kian subur bertumbuh dalam hatinya, bahkan tak hanya danger boys yang ia benci. Nayeon mulai benci dengan dirinya sendiri yang tidak mampu kabur disaat ada kesempatan, hingga berujung melukai diri dengan berbagai cara. Bukan hanya sekali dua kali Nayeon ingin kabur namun semuanya gagal. Rupanya tidak ada jalan keluar. Semua terasa buntu. Dinding mansion begitu kokoh mengurungnya. Bahkan dengan cara ekstrim pun tidak sanggup melepaskannya dari 'penjara' sialan itu.

Tanpa ia sadari matanya sudah berkabut karena cairan bening entah sejak kapan menggenang disana. Kedua tangannya dengan cepat menyeka pipinya yang telah basah.

"Nona.." Chae memanggil nonanya itu tatkala Nayeon berjalan menuju tangga.

"Aku akan beristirahat di kamarku" ucap Nayeon datar.

"Baiklah" Chae membantu Nayeon berjalan.

Di depan pintu kamar, Nayeon cukup lama berdiri dengan tatapan kosong membuat Chae kebingungan. Perempuan itu akhirnya membuka pintu kamar dan mempersilahkan Nayeon masuk. Sambil melangkah kedua matanya menyapu seluruh isi kamar yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Ia sangat yakin, kamarnya pasti berantakan saat malam kejadian sebelum dibawa ke rumah sakit. Sementara itu, Chae terlihat berjalan ke arah jendela kaca dan membuka gorden sedikit.

"Chae, terimakasih. Sekarang kau boleh pergi" ucap Nayeon dengan posisi duduk di ranjang.

Perempuan itu menoleh menghentikan sejenak aktivitasnya. "Tapi... tuan memintaku untuk menemani nona istirahat" Nayeon menahan kesal setelah mendengar jawaban Chae. "Maaf nona, aku hanya menjalankan pekerjaanku di sini" lanjut Chae menyadari ketidaksukaan Nayeon.

"Tapi tolong-- aku benar-benar ingin sendiri. Aku janji tidak melakukan hal bodoh itu lagi. Aku hanya ingin sendiri" pinta Nayeon terdengar putus asa.

Chae menarik napas panjang menyerah.
"Baiklah. Tapi Nona jangan sakiti dirimu. Biarkan aku memberitahu mu satu hal" ucap Chae seraya mendekati Nayeon. "Menyerahlah.. turuti saja apa yang mereka inginkan, dan jangan coba-coba untuk kabur karena semua itu akan sia-sia"

"Chae!" Sentak Nayeon.

"Maaf nona, aku terlalu lancang mencampuri urusan nona"

Kali ini Nayeon tidak bisa menahannya lagi. Entah Chae ini memihak dirinya atau tidak, Nayeon tidak peduli. Semua keinginan dan rasa benci yang menumpuk di dalam dadanya ingin ia tumpahkan sekarang juga. Persetan dengan Chae apabila nanti mengadu pada tuannya.

"Chae, aku tidak pernah merasa kau pelayanku. Aku menganggapmu sebagai teman. Kau ingat saat kau perkenalkan dirimu padaku?" Kemudian Nayeon menggenggam kedua tangan Chae untuk meyakinkan. "Jadi, tolong katakan apa yang harus ku lakukan agar bisa pergi dari tempat terkutuk ini. Aku mohon bantu aku"

"Tidak ada" jawab Chae singkat. Maniknya menatap Nayeon dengan serius. "Aku tidak bisa membantumu jika itu yang nona minta. Aku hanya berharap ada seorang diantara mereka yang tulus mencintai nona di masa depan"

DANGER BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang