Lala melihat Abraham pulang dengan wajah letih dan lesu,hari sudah menjelang petang. Ia tau betul bagaimana sibuknya Abraham akhir-akhir ini. Cowok itu sudah tergeletak lemas di sofa ruang tengah.
Melihatnya,Lala tiba-tiba saja teringat dengan Geysa,akhir-akhir ini cewek itu juga sering mengunjunginya. Tujuannya selalu sama,menanyakan Abraham. Ia jujur merasa tidak nyaman sendiri membuat cewek itu bersedih hati dengan mengatakan hal yang mungkin sudah Geysa hapal. Ia tau sudah cukup lama Abraham tidak menemui bahkan berbicara dengan Geysa,jelas sekali jika cewek ini merasa heran dan seringkali menuntut pertemuan pada Abraham. Nyatanya,Abraham selalu tidak sempat. Ia pulang langsung istirahat dan bangun untuk kembali sekolah sampai pulang petang.
Kali ini Lala tidak bisa membiarkannya lagi,bukan hanya jarang bertemu. Lala mensinyalir ada masalah diantara Geysa dan juga Abraham,tak biasanya mereka amat jauh seperti ini. Satu sisi Lala pernah melihat Abraham yang duduk dengan wajah bimbang di kursi belajar kamarnya. Mungkin bertemu adalah hal paling pertama yang perlu mereka lakukan,Lala berpikir cepat.
"Ham,,Mama minta tolong dong nak." Lala berseru dari arah dapur.
Tanpa banyak bicara dengan malas Abraham bangkit menghampiri Lala yang tengah memasak di dapur. "Kenapa Ma?"
"Itu,Mama butuh presto. Geysa kayaknya punya deh,tolong pinjemin ya." Bujuknya dengan senyuman.
"Sekarang nih Ma?" Abraham tak yakin.
"Iya,buruan. Nanti Papa kamu pulang cepet,sekalian makan malem bareng."
"Yaudah deh."
Lala kembali menarik senyum sebab rencananya berhasil.
"Gey,," Abraham dengan langkah malas memasuki rumah Geysa. Cowok itu mengedarkan pandangannya.
"Iya bentar gue,," langkah Geysa terhenti setelah melihat dengan jelas kedatangan Abraham. Cowok itu hanya memandangi santai Geysa yang terhenti di undakan tangga.
"Ohh,,setelah apa yang udah terjadi lo balik. Gitu ya?" Geysa tersenyum miring menghampiri Abraham.
"Gue kesini pinjem presto,disuruh Mama gue." Ujar Abraham yang terkesan dingin.
"Sebelum itu gue tanya,kemana aja lo selama ini? Nyadar gak lo kalo Raya butuh kita?"
"Gue akhir akhir ini sibuk Gey,"
"Sibuk mulu ! Eh,temen lo lagi rapuh baru ditinggal Mamanya,terus masalah sama Papanya. Hati lo kemana buat sekedar dukung Raya? Gue kecewa sama lo Ham."
"Gey,gue udah tau semua masalah Raya. Dan lo gabisa mikir gue enggak peduli sama dia,"
"Buktinya? Lo sok sibuk sama urusan lo sendiri. Egois."
"Gey,sebelum Zero kasih tau dimana Raya sama lo,sebelumnya dia cerita sama gue. Gue pikir lo lebih pantas nemuin Raya daripada gue,akhirnya gue suruh Zero bilang sama lo semuanya."
"Gue aslinya pengen ketemu sama Raya,tapi nyata gue sibuk. Gue ngurusin ujian demi bisa masuk kampus incaran gue. Apalagi gue ngejalanin olimpiade buat dapetin sertifikat yang bisa bantu gue masuk kuliah."
"Tetep aja,lo egois Ham. Gue enggak suka itu !"
Abraham mematung mencerna kata-kata Geysa. Ia hanya memberikan waktu dan kesempatan buat Geysa untuk leluasa bersama Raya. Caranya menurut nya sudah benar,ia tak seharusnya ikut campur dalam masalah Raya meskipun ia sangat ingin membantu. Tapi mengingat Raya masih menolaknya,ia sadar diri. Ia tak mau membuat cowok itu semakin marah.
"Oke,lo bisa benci gue Gey. Tapi maaf,udah buat lo marah sama gue."
Shitt ! Sekeras apapun gue usaha,gue enggak akan bisa benci sama lo Ham. Bisiknya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEY YOU || END
Teen Fiction[REVISI] NOTE : Beberapa part masih amburadul, penulisan belum sesuai kaidah PUEBI. Dimaklumi dulu ya gess ------- Blurb : Hidup di tengah manusia tampan semacam Raya dan Abraham, itu sudah biasa. Tapi bagaimana jika dua makhluk eksotis itu adalah m...