Suasana Lebaran - Andi Azizzah Febriani Malik

71 3 0
                                    

Di sebuah kota kecil, aku tinggal bersama ayah, ibu, dan adik-adikku. Aku sedang menanti bulan Ramadhan tiba, juga suasana lebaran bersama keluarga besar sebab tahun lalu tak dapat mengunjungi kampung halaman untuk merayakan bersama.

Setiap ke sekolah, aku selalu melihat kalender hingga tibalah waktu dimana orang-orang melaksanakan puasa. Pada waktu menjelang subuh, ibu membangunkanku. Tak lupa aku membantu beliau memasak dan menyiapkan makanan. Setelah semua hidangan telah siap, aku dan ibu membangunkan ayah dan adik-adik. Kami pun berkumpul di meja makan untuk makan bersama dan tak lupa untuk membaca doa. Terdengar suara radio masjid berbunyi, aku pun mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat subuh.

Tibalah di siang hari yang panas, tenggorokanku terasa kering dan haus. Namun, aku tidak ingin membatalkannya dan tetap melanjutkan puasa. Sore pun tiba, aku dan ibu pergi ke pasar untuk berbelanja kebutuhan buka puasa. Ada makanan pedas dan manis. Ketika suara adzan maghrib tiba, kami pun membatalkan puasa dan dilanjutkan makan bersama keluarga. Tak lupa aku memulai panggilan video dengan nenek yang jauh di kampung halaman.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumusalam" jawab nenek melalui video call.

"Apa kabar, nek?" tanyaku memastikan.

"Baik-baik saja, cu. Kapan kamu kesini?"

"Inshaa Allah 5 hari menjelang lebaran, nek"

"Kenapa tidak besok saja?" tanya nenek dengan nada penasaran.

"Ayah dan ibu masih ada pekerjaan, nek" jawabku.

"Oh ya sudah, nenek tunggu kalau begitu. Nenek mau lanjut istirahat dulu ya, cu"

"Ok, nek. Dadaah!!" kataku sambil melambaikan tangan ke arah kamera.

Setelah berbincang dengan nenek, aku melaksanakan sholat. Hingga tibalah tanggal 27 April, dimana kami sekeluarga berangkat menuju kampung halaman. Karena di malam sebelum keberangkatan, kami telah berkemas-kemas dan tak lupa membawa pakaian lengkap untuk aku, ibu, ayah, dan adik-adikku.

Di pagi harinya, kami berangkat menggunakan bus dengan menempuh waktu sekitar 8 jam lamanya. Tergantung dari kecepatan busnya. Aku merasa lelah dan letih selama perjalanan panjang itu. Setibanya kami di sana, kami dijemput oleh paman dan tante. Sebelum kami tiba di rumah nenek, kami singgah terlebih dahulu di rumah tante. Setelah itu, kami melanjutkan lagi menuju rumah nenek. Sampai di sana, aku dan adik-adikku di peluk erat oleh nenek karena sekian lama tak bertemu.

Waktu maghrib pun tiba. Kudapati meja makan yang penuh dengan makanan enak. Kami pun berbuka puasa bersama. Tibalah malam takbiran, kupandangi masyarakat sekitar yang berlalu-lalang sembari menanti kehadiran mobil hias berbentuk masjid yang indah dengan lantunan bacaan takbir yang merdu.

Keesokan harinya, kami bersiap-siap untuk berangkat menuju masjid untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Setelahnya, kami saling bermaaf-maafan dan menjabat tangan satu sama lain. Tak lupa pula dengan menyantap beberapa jenis makanan yang sangat enak. Ada makanan yang berkari, berkecap dan pedas. Semua telah tersaji di atas meja makan. Anggota keluarga yang lebih tua biasa memberikan ampau kepada yang lebih muda. Seperti yang dilakukan tante dan kakak sepupu kepadaku.

"Kamu sudah besar?" kata tante. Aku hanya bisa menjawab dengan senyuman.

"Ya tentu ma, tak mungkinlah kecil terus" sahut kakak sepupuku sambil tersenyum. Tanteku pun tertawa gemas mendengarnya.

"Kamu sudah kelas berapa?" tanya kakak sepupuku.

"Sudah kelas XI SMA, kak" jawabku.

"Jangan lupa rajin belajar ya, kejar cita-citamu" ujar kakak sepupuku.

"Ok kak, pastilah"

Keesokan harinya, kami memutuskan untuk pulang kembali ke rumah. Aku membawa banyak oleh-oleh pemberian dari keluarga besarku. Aku senang dapat berkumpul bersama keluarga besar lagi sejak sekian lama kami tak berjumpa. Hingga setibanya di rumah, kami bergegas untuk istirahat dan menjalankan aktivitas di keesokan harinya seperti biasa.

Writer: Andi Azizzah Febriani Malik

Kala Sadajiwa: Antologi Cerpen MAN Kota PalopoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang