Pada zaman dahulu, hiduplah dua orang sahabat, sebut saja si Kancil dan si rubah. Awal mulanya, mereka bukanlah seorang sahabat, tetapi mereka saling bermusuhan dikarenakan rubah tidak menyukai kancil dan sebaliknya. Rubah sangat sombong kepada hewan-hewan di hutan.
Suatu hari, seekor itik mengadakan pesta di hutan. Kancil dan rubah turut diundang dalam pesta itu. Kancil pun bergegas untuk datang ke pesta. Pada saat di perjalanan, rupanya keduanya tak sengaja saling bertemu.
"Sedang apa kau di sini?" tanya kancil kepada rubah.
"Kau sendiri, sedang apa di sini?"
"Aku diundang Itik untuk ke datang ke pestanya. Sedangkan kau? Kau ingin kemana? Mau datang ke pesta si itik juga? Mana mungkin kau diundang" ungkap si kancil.
"Hahaha, sudah jelas itik mengundangku, bukankah dia menyukai hewan yang seperti aku yang pemberani ini?" jawab rubah sambil meledek sambil pergi meninggalkan kancil
"Kau sangat sombong, rubah! Sifatmu memang tidak pernah berubah" ungkap kancil.
Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan. Di perjalanan, rubah tidak melihat adanya lumpur penghisap yang berada tepat di depannya. Rubah hanya sibuk memperhatikan pemandangan hutan. Kancil yang melihat adanya lumpur penghisap itu, lantas meneriaki rubah dari arah belakang. Tetapi, karena jarak rubah dan kancil yang sangat jauh. Rubah pun terjatuh ke dalam lumpur penghisap itu. Sedikit demi sedikit, lumpur itu menghisap tubuh rubah.
"Tolong... Tolong aku..." teriak rubah. Kancil yang mengetahui kejadian itu berlari ke arah rubah untuk berusaha menolongnya.
"Rubah, aku ingin menolongmu. Tapi aku tak tahu harus menolongmu dengan cara apa. Oh, tunggu aku, rubah. Biar kucarikan akar liar untukmu." ungkap kancil dengan nada khawatir tak bisa menolong rubah.
Kancil pun bergegas mencari akar liar tersebut. Tak lama kemudian, kancil menemukan akar rotan dan bergegas menghampiri rubah yang tenggelam di lumpur penghisap. Kancil melempar akar rotan yang ia dapatkan untuk menolong rubah.
"Rubah... Gigit akar rotan ini!" teriak kancil. Rubah pun menggigit akar rotan itu. Dengan sekuat tenaga, kancil menarik akar rotan itu sedikit demi sedikit hingga rubah bisa keluar dari lumpur penghisap.
"Terima kasih, kancil. Kau telah menolongku. Hampir saja aku mati dihisap lumpur penghisap tadi" kata rubah yang ketakutan.
"Tenang saja, yang penting kau sudah selamat." jawab kancil yang masih memegang rotan.
"Kancil, maafkan ya. Selama ini aku sangat sombong kepadamu dan semua hewan di hutan ini" ungkap rubah dengan penuh penyesalan.
"Tidak masalah, rubah. Aku sudah memaafkanmu. Kau seharusnya juga minta maaf kepada hewan di hutan ini saat di pesta itik nanti" jawab kancil sambil menenangkan rubah yang masih ketakutan.
* * *
Kancil dan rubah pun melanjutkan perjalanan mereka bersama menuju pesta itik.
"Teman-teman, aku harap kalian mau mendengarku. Rubah ingin mengatakan sesuatu kepada kita" ungkap kancil untuk mempersilahkan rubah berbicara kepada hewan-hewan di hutan itu.
"Teman-teman, aku meminta maaf. Selama ini, aku sangat sombong kepada kalian. Semoga kalian mau memaafkanku" ungkap rubah dengan nada tertatih-tatih. Seluruh hewan yang ada di pesta itu pun sontak terkejut.
"Tak apa, rubah, kami semua sudah memaafkanmu. Kemarilah, mari kita makan buah-buahan ini bersama" jawab hewan yang lain.
"Terima kasih, teman-teman. Kancil apakah boleh aku berbicara dengan mu?" tanya rubah.
"Tentu boleh, rubah" jawab kancil
"Kaa... Kancil, sebenarnya aku malu untuk mengatakannya. Apakah aku boleh menjadi sahabatmu?" tanya rubah lagi.
"Tentu, kenapa tidak, rubah? Aku akan sangat senang jika bersahabat denganmu"
"Terima kasih, kancil. Kau sangat baik hati!"
Mulai saat itu, kancil dan rubah pun bersahabat. Hewan-hewan lain pun menyukai rubah kembali, dan mereka hidup bahagia di hutan itu.
Writer: Nurul Sandria Nalis
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Sadajiwa: Antologi Cerpen MAN Kota Palopo
Truyện NgắnKala Sadajiwa; sebuah antologi cerita pendek yang terdiri dari 14 karya siswa-siswi MAN Kota Palopo Sulawesi Selatan. Judul ini diambil dari bahasa Sansekerta. Kata "Kala" berarti seni, sedangkan "Sadajiwa" yang berarti abadi. Sesuai dengan judulnya...