Aku, Alyah Pradestiyah. Orang lain lebih akrab memanggilku Ara. Umurku 15 tahun. Kalian juga bisa memanggilku dengan nama itu biar terasa lebih akrab. Aku lahir dari keluarga yang sederhana. Tempat tinggalku jauh dari kata perkotaan sebab aku tinggal di pedesaan. Walaupun begitu, aku tetap bahagia meskipun tinggal di daerah pedesaan. Di desa sangat sejuk dan damai. Hingga suatu hari, aku harus meninggalkan desa itu, desa yang sangat indah dan cantik.
Langit hari ini begitu cerah. Kicauan burung terdengar di mana-mana, menyaksikan setiap aktivitas orang-orang yang sedang sibuk melakukan kegiatannya. Begitu pun denganku, hari ini adalah hari kelulusanku di bangku SMP. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin aku masih di bantu oleh ibuku memasang kaos kaki dan sepatu. Kini, aku harus belajar untuk lebih mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri. Rasanya sangat berat untuk meninggalkan kampung halaman. Tapi demi cita-cita, aku harus meninggalkannya untuk mengejar impian yang selama ini aku kejar.
"Ekhemmhh" ucap ibuku membuyarkan lamunanku, aku memandangi wajah ibuku beberapa saat. Wajah yang akan selalu aku rindukan dalam waktu yang lama saat aku pergi belajar, hingga tidak sadar, air mataku terjatuh.
"Nak, ada apa?" tanya ibuku dengan lembut. Aku masih diam tak menjawab.
"Cepatlah bersiap-siap, nak sebentar lagi kamu berangkat!"
"Baiklah, bu!" ucapku lalu bergegas untuk bersiap-siap. Setelah memakan waktu yang cukup lama, akhirnya semua telah selesai kupersiapkan. Hari ini adalah hari keberangkatanku untuk melanjutkan pendidikan SMA di kota.
Sebelum aku berangkat, aku berpamitan kepada ayah dan ibuku yang tak kuasa menahan tangis. Akhirnya, aku menangis di depan ibu dan ayahku. Rasanya belum sanggup untuk berpisah atap dengan mereka.
"Nak, kamu tidak boleh seperti itu" ucap ibu yang seperti menahan tangis.
"Kamu harus belajar hidup tanpa ayah dan ibu, nak. Belajarlah yang rajin. Kejarlah cita-citamu. Kami akan selalu mendo'akan yang terbaik untukmu" ungkap ayah.
Setelah berpamitan dengan ayah dan ibu, aku pun berangkat. Di perjalanan, aku hanya memandangi pemandangan di balik kaca mobil yang menurutku menakjubkan atau hanya aku saja yang belum pernah melihatnya. Setelah melewati perjalanan yang melelahkan, akhirnya sampai di kos; tempat yang akan aku tempati selama beberapa tahun ke depan terasa sangat berbeda. Mungkin begitulah awal kita menemukan hal-hal baru dalam kehidupan. Begitu pun sekolah, serta kehidupan yang akan terus berjalan. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi aku yakin, impianku akan tercapai.
* * *
Ini adalah hari pertamaku masuk ke lingkungan sekolah baru, sebut saja Masa Orientasi Siswa (MOS). Ada sesuatu yang sangat aku sukai pada saat MOS, di mana kami diminta untuk bermain tebak-tebakan member BTS, Black Pink, dan lainnya. Jujur, itu sangat seru. Tak jarang banyak penggemar dari kalangan laki-laki juga. Jika di pikir-pikir, sekolahku cukup membuatku terkesan. Yang aku pikirkan, ternyata berbanding terbalik dari yang aku bayangkan. Banyak teman-teman yang sangat ramah dari berbagai organisasi di sekolah. Ada satu organisasi yang menarik perhatianku, dan akhirnya kuputuskan untuk bergabung ke organisasi itu.
Hari wawancara.....
"Hai!" sapa perempuan yang ada di sampingku.
"Oh, hai" sapaku balik.
"Boleh aku duduk disini?"
"Oh, iya silahkan" jawabku sambil tersenyum.
"Kenalin, aku Erlin" ucapnya sambil mengulurkan tangan.
"Aku, Alya Pradistiyah, panggil aja Ara" balasku dengan senyum andalanku
"Kamu udah selesai wawancaranya belum?" tanyanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Sadajiwa: Antologi Cerpen MAN Kota Palopo
Short StoryKala Sadajiwa; sebuah antologi cerita pendek yang terdiri dari 14 karya siswa-siswi MAN Kota Palopo Sulawesi Selatan. Judul ini diambil dari bahasa Sansekerta. Kata "Kala" berarti seni, sedangkan "Sadajiwa" yang berarti abadi. Sesuai dengan judulnya...