Malam berganti pagi, seperti biasa, ibu mengajakku untuk bersih-bersih rumah. Setelahnya, aku bersiap-siap untuk mandi dan sarapan. Aku berangkat sekolah pukul 06.15 WITA. Sesampainya di sana, aku melihat seorang siswa kelas 10 yang belum pernah aku jumpai. Entah mengapa, kepalanya selalu menunduk.
"Dek? Adek namanya siapa?" tanyaku dengan ramah.
"Saya Alora..." kata anak itu.
"Kamu murid baru ya? Habisnya, aku kenal semua anak kelas 10, selain kamu..." tanyaku lagi.
Setelah kulontarkan pertanyaan itu, dia berlari ke arah ruang kelas yang telah dikosongkan kemarin. Aku tak segan-segan untuk mengejarnya. Namun saat kulihat ke dalam kelas kosong itu, Alora justru tidak ada. Tanpa berpikir panjang, kutinggalkan tempat itu dan berlari ke kelasku karena takut. Aku penasaran, apakah Alora itu bukan manusia? Atau, jin usil yang hendak menggangguku?
"Eh... Raina, kok wajahmu tiba-tiba pucat?" tanya Olivia, teman sekelasku.
"Gak kok." jawabku singkat, padahal ingin sekali menceritakan apa yang telah terjadi.
* * *
Menjelang siang, bel istirahat sekolah pun berbunyi. Banyak siswa yang menghabiskan waktunya dengan jajan di kantin, membaca buku di perpustakaan, dan sebagiannya lagi memilih berada di dalam kelas. Kupandangi papan tulis kelas yang penuh dengan rumus-rumus Matematika. Dalam benakku, aku masih penasaran dengan kejadian tadi pagi. Tentang Alora, dan ruang kelas kosong yang memenuhi isi kepalaku. Untuk menuntaskan segala rasa penasaran, kulangkahkan kaki menuju tempat yang penuh dengan misteri itu. Memasuki ruang kelas kosong tadi, bersama Olivia—Ia sudah kuceritakan tentang kejadian tadi pagi, rupanya ia juga ikut penasaran. Nyatanya, rasa takut ini telah kalah dengan rasa penasaran kami. Sesampainya di depan pintu ruang kelas kosong itu, semua terlihat biasa saja, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
"Wuussss..." tiba-tiba ada bayangan hitam masuk ke dalam mulutku. Sungguh, aku tak bisa mengingat apa-apa, aku berteriak,
"Aku Alora, aku sudah mati, hahahahaha!!!" kataku menggelegar.
Temanku Olivia pun memanggil teman-teman yang lainnya. Kanaya, Azra, Rafi, Jeno, Riza, Naren, Alyssa, Azkar, Zaki, Laura, Marvin, Nayla, dan Amira.
Riza dan Azra mengikat tanganku dengan tali rafia, Olivia membaca ayat kursi, Jeno dan Naren membaca surah-surah pendek, sementara Rafi melakukan pengusiran. Rafi memang ahlinya dalam mengurus hal seperti ini. Yang lainnya menahan tangan, kaki dan memborgol tali rafia tersebut.
"Aku merasa ada di dunia yang berbeda, semuanya berwarna putih... Tak ada jalan keluar..." gumamku setelah beberapa saat berlari, hingga aku menemukan jalan pintasnya.
* * *
"Wuussss..."
Bayangan hitam itu pun keluar dari mulutku. Rafi menangkap dan membakarnya. Aku yang saat itu terbaring lemas mulai membuka mataku perlahan-lahan. Melihat sekelilingku, rupanya banyak teman-temanku yang berkerumun di dekatku. Isi kepalaku dipenuhi dengan setumpuk pertanyaan, "Apa yang telah terjadi? Aku kenapa? Kenapa semua teman-temanku ada di sini?" gumamku lagi.
Aku melihat satu persatu raut wajah teman-temanku.
"Apa yang telah terjadi padaku?" tanyaku dengan penuh rasa penasaran.
"Kamu telah dirasuki oleh anak hantu penjaga kelas itu" jawab Rafi.
"Hah, hantu???" tanyaku lagi.
"Anak hantu itu memakai seragam sekolah seperti kita, ia memiliki rambut lurus yang dikepang dua, dan dia berwujud perempuan" terang Rafi.
"Kenapa yang dikatakan Rafi seperti ciri-ciri anak yang pernah aku temui itu? Apa yang dilihat Rafi itu sama dengan apa yang aku lihat juga?" gumamku dalam hati.
Setelah suasana hening beberapa saat, tiba-tiba Olivia memecahkan keheningan.
"Sudah... sudah... lebih baik kita segera pergi dari sini, tempat ini sangat tidak aman, dan pasti ibu guru akan mencari kita jika tidak segera kembali ke kelas!!" Ucap Olivia terburu-buru.
Dan mereka semua pun bergegas untuk kembali ke kelas.
Hari telah berlalu. Aku pun segera pulang ke rumah, namun ada hal yang belum terselesaikan. Aku ingin berbicara sekali lagi dengan Alora. Tapi sayangnya, Rafi telah memusnahkannya. Dan ternyata aku baru tahu, bahwa Alora adalah sahabatku di dunia lain.
Writer: Keysha Pratiwi
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Sadajiwa: Antologi Cerpen MAN Kota Palopo
Short StoryKala Sadajiwa; sebuah antologi cerita pendek yang terdiri dari 14 karya siswa-siswi MAN Kota Palopo Sulawesi Selatan. Judul ini diambil dari bahasa Sansekerta. Kata "Kala" berarti seni, sedangkan "Sadajiwa" yang berarti abadi. Sesuai dengan judulnya...