Terlambat - Muharram Rizqy Al Fajar

14 2 0
                                    

Namaku, Muharram Rizqy Al Fajar. Usiaku baru saja menginjak 16 tahun. Dalam keluargaku, aku sering dipanggil 'Ikky'. Berbeda dengan temanku di sekolah, mereka sering sekali memanggilku dengan sebutan 'Harram', entah apa yang mereka pikirkan sehingga memanggilku dengan nama itu. Awalnya, nama itu terdengar sangat aneh di telingaku. Tapi lama kelamaan, aku mulai terbiasa dan nyaman dengan nama panggilan itu. Saat ini, aku duduk di bangku kelas 11 jurusan MIPA di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kota Palopo.

Aku teringat sesuatu pada saat masih berada di bangku kelas 10 di semester pertama, aku adalah anak yang pendiam dan jarang sekali bicara dengan teman sekelas. Berbeda pada saat aku masih berada di bangku SMP. Pada saat itu, aku memiliki banyak teman bahkan seluruh sekolah mengenal namaku. Itu karena dulu teman sekelasku kebanyakan laki-laki. Berbeda dengan kelasku yang sekarang. Di kelas, hanya ada dua orang siswa laki-laki yang salah satunya adalah aku.

Saat memasuki semester genap, aku sudah mulai sedikit terbuka dan sudah mulai akrab dengan beberapa teman. Tetapi, aku masih sedikit canggung jika berbicara dengan mereka. Pada saat aku naik kelas 11, aku sudah mulai akrab dengan semua teman sekelas dan tak lagi merasa canggung untuk berbicara dengan mereka. Bahkan sekarang, aku sudah memiliki tiga orang sahabat.

* * *

Pagi yang cerah, aku segera bangun karena kelas akan dimulai pukul 07:15 WITA. Aku segera bersiap-siap untuk mandi, mengenakan seragam, sarapan bersama keluarga, dan menyiapkan segala keperluan yang akan aku bawa ke sekolah. Aku mempercepat langkahku menuju belakang rumah untuk mengambil motor, karena jarak rumah ke sekolahku cukup jauh. Beruntungnya, hari Senin ini tak terlalu macet untuk menempuh perjalanan sekitar 20 Km. Kuharap, aku tak terlambat. Ya, semoga.

Saat dalam perjalanan menuju sekolah, tiba-tiba ban motor yang aku kendarai bocor. Padahal, jarum jam sudah menunjukkan pukul 06:23 WITA. Aku mulai panik dan kehabisan ide untuk berbuat sesuatu, sebab tak ada bengkel sama sekali di sekitar tempat tersebut. Kuputuskan untuk mendorong motor itu seorang diri.

Tak lama kemudian, aku menemukan bengkel dan menghentikan gerakku kearah laki-laki tua yang terlihat iba melihatku mendorong motor seorang diri.

"Paman, apakah paman bisa memperbaiki motor saya?" tanyaku dengan nada sedikit kelelaan.

"Iya, bisa, nak, bisa. Tapi mungkin ini agak lama, karena rusaknya agak parah." Aku melirik jam tangan dengan penuh optimis dapat sampai di sekolah tepat waktu.

"Kira-kira berapa lama ya, paman?" tanyaku lagi.

"Sekitar 20 menit, nak."

Kuputuskan untuk menunggu sambil memerhatikan laki-laki itu yang sibuk memperbaiki motorku. Tak lama kemudian, motorku sudah siap dan bisa dipakai kembali.

"Terima kasih, paman." Kataku sambil tersenyum, kemudian bergegas berangkat ke sekolah sebab waktu telah menunjukkan pukul 06.45 WITA.

Sesampainya di sekolah aku dikejutkan dengan upacara bendera yang telah dimulai, dan pagar sekolah yang sudah tertutup rapat. Rupanya, sudah ada banyak siswa yang berbaris di depan pagar. Dengan rasa pasrah, aku pun segera langsung ikut berbaris dengan beberapa siswa yang juga datang terlambat. Singkat cerita, upacara telah selesai. Kami pun diminta untuk berbaris di lapangan, dan diminta untuk melaksanakan upacara sendiri. Setelah upacara selesai, kami diminta berjanji untuk tidak terlambat lagi. Setelah kami berjanji, kami pun di minta untuk pergi ke kelas kami masing-masing.

Writer: Muharram Rizqy Al Fajar

Kala Sadajiwa: Antologi Cerpen MAN Kota PalopoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang