Remaja adalah sosok yang liar. Mereka bisa melakukan hal-hal di luar nalar orang dewasa, seperti keluar pada malam hari, hingga berada pada pergaulan bebas. Alika Sinta Wiliam; seorang siswi di SMA Nusa Bangsa yang menjadi salah satu dari banyaknya remaja liar itu.
Suatu ketika, Alika terlihat tengah asik nongkrong dengan sekumpulan teman-temannya yang lain, tepat di belakang sekolah sambil merokok dan bermain Handphone. Salah satu guru yang mengetahui hal itu menangkap mereka untuk dibawa menuju ruang BK.
Guru BK menelepon orang tua mereka agar datang ke sekolah secepatnya. Setelahnya, Alika dan teman-temannya dipulangkan ke rumah selama 14 hari. Alika sering kali keluar rumah dengan pakaian yang tidak sopan sambil menghisab sabu. Beruntungnya, polisi yang mengetahui hal ini datang meringkus, dan membawa Alika ke kantor polisi. Ayah Alika mendapati kabar dari polisi untuk segera datang ke kantor untuk dimintai keterangan.
Polisi menceritakan kepada ayahnya mengenai masalah Alika, sehingga ia ditangkap. Perbuatan Alika harus ditebus dengan sejumlah uang. Akhirnya, ayah Alika menyetujui kesepakatan yang telah ditetapkan oleh polisi. Sesampainya di rumah, ayah Alika sangat marah besar.
"Lebih baik ayah pindahkan kamu ke pondok pesantren" ucap sang ayah. Alika sempat kaget dan melawan perkataan ayahnya.
"Maksud ayah apaan sih? Anak secantik aku tidak akan bisa hidup bebas lagi jika berada di pesantren" jawab Alika.
"Tidak!! Ini bukan yang pertama kali kamu melakukan kesalahan. Ini bisa mempermalukan keluarga kita" ucap ayah. Alika hanya bisa diam dan pasrah dengan keputusan ayahnya.
* * *
Pada akhirnya, Alika harus menginjakkan kaki di pesantren. Sesampainya disana, Alika dan orang tuanya membawa pakaiannya di tempat pemeriksaan untuk di sortir. Setelah selesai mengurus segala perlengkapan pondok, Alika menangis saat orang tuanya pulang. Alika tidak mengetahui bahwa Alika harus mengikuti peraturan pesantren untuk karantina selama 40 hari, tanpa dijenguk orang tua, tanpa menerima kiriman, dan tidak boleh menelepon orang tua.
Akhirnya, Alika kembali ke asrama sambil merintihkan air mata. Datanglah seorang teman yang datang menghampiri dan menghiburnya. Karena belum terbiasa dengan suasana pondok, Alika pun melanggar peraturan. Ia terlambat bangun tahajud dan harus melakukan sholat mutlak sebanyak 50 rakaat.
Jum'at pun tiba, dimana semua santri dijenguk oleh kedua orang tuanya. Tetapi, Alika masih dalam masa karantina. Ia menangis karena tak dijenguk oleh kedua orang tuanya. Ustadzah Hani melihat Alika menangis dan menghampirinya.
"Assalamu'alaikum, Alika, kamu kenapa?" tanya ustadzah.
"Wa'alaikumussalam, ustadzah, saya iri melihat santri yang lain dijenguk oleh orang tuanya. Sedangkan saya tidak dijenguk" jawab Alika.
"Jika Alika sedih, maka sholatlah agar hatimu tenang"
Alika pun segera mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat. Tak lupa ia berdo'a kepala Allah dengan penuh keyakinan.
Ya Allah, Engkaulah yang Maha Pengampun, maka ampunilah hamba-Mu yang penuh salah inI. Terimahlah taubatku. Aamiin.
Hari-hari telah berlalu, hingga sampailah dimana masa karantina Alika telah selesai. Setelah, tibalah hari penjengukan santri. Terlihat kedua orang tua Alika sedang makan di dapur pondok. Seorang teman memanggil Alika, "Ika, itu orang tua kamu datang!!"
Alika pun berlari tanpa mengenakan alas kaki. Berlari menuju kedua orang tuanya dan memeluk mereka. Akhirnya, Alika bisa bertemu dengan orang tuanya setelah 40 hari karantina. Pada saat itu, Alika pun berubah. Ia sadar bahwa perbuatan buruknya di masa lalu benar-benar salah dan bisa mempermalukan kedua orang tuanya. Alika berjanji kepada kedua orang tuanya untuk menjadi anak yang berbakti dan lebih baik lagi dari sebelumnya.
Writer: Nun Zahra
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Sadajiwa: Antologi Cerpen MAN Kota Palopo
Krótkie OpowiadaniaKala Sadajiwa; sebuah antologi cerita pendek yang terdiri dari 14 karya siswa-siswi MAN Kota Palopo Sulawesi Selatan. Judul ini diambil dari bahasa Sansekerta. Kata "Kala" berarti seni, sedangkan "Sadajiwa" yang berarti abadi. Sesuai dengan judulnya...