..
..
..
..ו•••×
semestinya seruan tadi tak perlu hinata hiraukan. sepatutnya kehadiran sosok itu tak harusnya ia pedulikan. tetapi hinata hanya bisa mengeluh putus asa, ia tidak punya kendali penuh terhadap hatinya yang sekarang ini mendemokan rasa sakit cenderung nyeri. memperingatkan dirinya secara kejam agar tidak lari dari kenyataan. memalukan jika dicap sebagai pengecut yang juga kawakan.
kalau pun bisa bertindak sesuai keinginan hati, hinata malah kekurangan tenaga. terkuras habis setelah tadi menyaksikan tontonan kurang mengenakkan. yang cukup membuat tubuh standar remaja sma sepertinya kelelahan tiada tara. sebab yang dipermainkan bukan lagi fisik, melainkan batin.
"diam bakashima. aku sedang tidak dalam keadaan mampu untuk berkelahi denganmu. besok saja."
tsukishima kei, pemuda dengan surai blonde pucat juga berkacamata layaknya anak jenius serta teladan itu sedikit tertegun dengan reaksi hinata yang tidak meledak seperti biasanya. yamaguchi saja sampai ikut heran, setidaknya mampu membaca situasi dimana salah satu middle blocker dengan nomor punggung #9 milik tim voli karasuno itu sedang down. entah apa alasannya.
"hinata, kamu tidak mau pulang bersama kami?" yamaguchi memang lebih memiliki perasaan dibandingkan si garam tinggi.
jika hinata yang biasanya akan dengan senang hati menerima tawaran tadi, maka hinata yang hatinya tengah patah ini seketika menggeleng lemah. kini tubuh kecilnya sudah dibawa berdiri, agaknya sadar jika waktu semakin larut dan besok dirinya masih harus masuk sekolah.
"kalian duluan saja. aku masih ada latihan diluar dengan kageyama," tolak remaja jingga itu lemas.
tsukishima yang pada dasarnya memang bermulut kotor itu mendecih sekaligus memandang hinata dengan tatapan mengejek.
"memangnya apa yang kamu dapatkan jika berlatih lebih keras? kamu hanya akan letih dan berakhir menyusahkan dirimu sendiri. dasar idiot."
yamaguchi yang mendengar ucapan tak mengenakkan dari mulut teman kecilnya hanya bisa meringis. hinata pun juga tak begitu mempersalahkan, toh sudah jadi makanan sehari-hari. tsukishima dan sifat kejinya itu sudah kelewat biasa bagi hinata.
tapi khusus malam ini, ada setidaknya rasa mencekit seolah hatinya tercubit. hinata tak begitu yakin apa faktor utamanya serupa, tetapi hal tersebut cukup membuat giginya bergetar menahan sakit. ya ampun, kalau sampai laki-laki semampai dihadapannya itu sadar betapa lemahnya dirinya, barangkali ia akan dihempaskan begitu saja. inilah resiko yang seharusnya telah hinata pertimbangan ketika memutuskan untuk membiarkan rasa yang ia punya pada tsukishima menjadi berlipat ganda.
"terserah."
ו•••×
oh iya, hari ini adalah peringatan internasional yang disebut dengan 'white day'. hari dimana para pria mendapatkan hadiah berupa permen dari para gadis. meksipun terkadang terjadi sebaliknya, tetapi hari yang melambangkan kasih sayang semacam ini tentu saja tidak pernah dilewatkan oleh para remaja. tsukishima adalah satu dari sekian laki-laki yang menerima puluhan kotak berisikan permen, maka dari itu sejak tadi tangannya membawa satu tas yang berisikan hadiah dari pada gadis disekolahnya. yamaguchi memandang iri, meskipun temannya ini sangat amat pendiam dan kasar juga kurang ajar, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa gadis yang menaruh minat padanya tidaklah sedikit..
"kamu yakin bisa habiskan semua permen cokelat itu sendirian? aku menawarkan jasa untuk menghabiskan setengahnya kalau kamu tidak keberatan." ujar remaja Tadashi tersebut. helaan napas panjang lantas lolos dari lawan bicara disebelahnya.
"kalau kamu mau, bawa saja semuanya. aku tidak butuh." memang tipikal tsukishima sekali.
"banyak gadis cantik yang memberikanmu hadiah. kamu tidak tertarik pada mereka sama sekali?"
"tidak."
"satupun?"
delikan tidak ramah tsukishima layangkan pada teman sebayanya tersebut. yang sudah barang tentu membuat yamaguchi konstan meminta maaf. menyeramkan.
"ngomong-ngomong hari ini hinata aneh sekali, ya. sepanjang hari terlihat lesu padahal tadi pagi masih baik-baik saja." entah bagaimana ceritanya kini nama pemuda oranye pun turut menjadi salah satu topik yang tadashi angkat diantara obrolan satu arah mereka.
tsukishima seharusnya tidak perlu peduli, toh juga bukan urusannya. tetapi apa yang yamaguchi katakan benar adanya, remaja yang selalu ia anggap idiot dan juga bodoh itu jauh dari kata antusias untuk hari ini. padahal biasanya tak ada yang mampu merontokkan semangat hinata terhadap voli. tidak tanpa terkecuali.
"mungkin akhirnya otak udangnya itu sadar bahwa sering latihan pun tidak akan membawa hasil signifikan. padahal ini hanya club olahraga sma biasa." tsukishima membenarkan posisi kacamatanya.
"tsukki! jangan bicara jahat begitu, bagaimana kalau hinata dengar."
"memang apa masalahnya? apa yang aku katakan itu benar. meskipun kamu punya bakat dan banyak berusaha, itu tidak akan menjamin segalanya akan berjalan sesuai rencana. tidak semua hal di dunia ini bisa didapatkan hanya karena kerja keras." yamaguchi merinding mendengar bagaimana pemuda bermahkota pirang pucat itu berbicara. sangat tidak berperasaan meskipun apa yang dikatakan oleh tsukishima tak sepenuhnya salah.
"apa salahnya dengan bekerja keras? aku bukan orang seperti mu yang mudah menyerah dan putus asa lalu menyalahkan keadaan atas sikap pengecutmu." apa yang yamaguchi takutnya benar-benar terjadi. siapa sangka pemuda dengan mahkota oranye itu mendengar semua ucapan sakit dari teman kecilnya secara langsung. ah, dia tidak mau ikut campur.
"anu...tsukki, hinata, aku pulang duluan ya..aku—aku lupa ada janji. daaahhh!"
tsukishima mendecih keras seketika dirinya mendapati sosok hinata yang berdiri tak jauh dihadapannya. dengan menggandeng sepeda yang biasa pemuda itu gunakan untuk pergi sekolah. tak mau ambil pusing dengan kaburnya tsukishima sebab saat ini dirinya siap jika harus beradu mulut dengan pemuda kecil di depan sana.
tatapan penuh penghakiman ia tudingkan pada rekan satu tim volinya tersebut. tsukishima memang terlalu blak-blakan jika menyangkut orang yang tidak ia sukai. meksipun tak punya alasan khusus, tetapi dirinya cukup iritasi dengan semangat membara seorang hinata shoyo jika menyangkut voli.
dipandang tak enak begitu membuat hinata menggeram sebal, perasaan kesal ini kini bercampur dengan rasa sakit hati siang tadi.
"apa? mau berkelahi?"
tsukishima enggan langsung menyahut, malah lebih dulu sepasang kaki jenjangnya ia arahkan maju mendekati sang lawan bicara. hingga pada akhirnya kini mereka berdiri berdiri saling berhadapan, hanya ada jarak satu langkah memisahkan sepasang cucu adam tersebut.
"katakan apa yang mau katakan sebenarnya." tsukishima bicara dengan intonasi datar, tak ada campuran rasa penasaran disana.
"hah?" jelas saja otak sederhana milik hinata shoyo itu sama sekali tidak langsung mengerti atas apa yang baru saja lawan bicaranya sampaikan.
"matamu bicara seolah kamu ingin mengatakan sesuatu padaku. sekalipun kamu ingin mengumpat, katakan saja sekarang. melihat mu bersikap aneh begini membuatku mau tak mau frustasi. jika itu hal yang memalukan aku—"
tsukishima tak dibiarkan untuk melanjutkan bicaranya sebab hinata menyerobot masuk. sedikit berteriak sebab setiap kalimat yang ia simpan dalam hati itu mendadak ingin keluar secara bersamaan.
"ha–hari ini kamu menerima banyak hadiah." sungguhan rasanya hinata ingin tenggelam ke dasar bumi. tidak, kemanapun tak masalah asal tanpa tsukishima.
wajah kecil dengan garis manis itu tampak merona semu, hinata membuang muka agar tsukishima tak perlu melihat rona wajahnya bak tomat busuk.
"heh?"
hanya itu?
2—,
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE DIVE | TSUKIHINA (short) ✓
Fanfichanya tentang bagaimana Hinata Shoyo mencoba mencurahkan rasa suka pada Tsukishima Kei. semua karakter disini hanya milik Haruichi Furudate sensei. saya cuma pinjam. semua sumber gambar/pic saya dapat dari pinterest dan PicsArt warning! BxB, yaoi...