🐇 - VI

403 38 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..
..
..
..

ו•••×


tsukishima itu, ehm bagaimana ya menjelaskannya, dia tidak punya tujuan hidup, kasarnya begitu. sifat ambisius ataupun optimis tak pernah tertulis di dalam kamusnya, berdalih bahwa ingin hidupnya lurus-lurus saja. tsukishima juga pernah menyatakan bahwa ia sama sekali tidak memiliki mimpi. garis kehidupannya sungguhan abstrak, entah di depan sana terdapat jalan rusak, jurang, jalan berkelok-kelok, atau apapun, mana pernah tsukishima ambil pusing.

begitupun dengan kehidupan percintaan. ayolah, akan sangat lumrah namanya jika remaja setengah matang seusianya memusingkan tentang yang namanya cinta pertama atau sejenisnya. tetapi tak tahu kenapa topik tersebut selalu absen dari dalam untaian kalimat atau bilik hatinya, tsukishima terlampau dingin. isi hatinya kering kerontang.

yah, memang jika boleh jujur semua itu bukanlah prioritasnya.

tetapi, tsukishima mulai sedikitnya mempertanyakan perkara sikapnya yang belakangan sangat aneh. dirinya pun menyadari ada yang tidak beres.

sudah empat hari berlalu semenjak insiden dimana ia memarahi hinata, habis-habisan. dan bisa dibilang sejak itu juga si pemuda oranye agak menjaga jarak. raut wajahnya yang selalu menggariskan kebahagiaan itu kini agak ditutupi oleh kesedihan. yang nampak begitu kentara. meski bisa dikatakan bahwa hanya tsukishima saja yang menyadari sikap hinata tersebut.

dan entah mengapa ia harus memusingkan hal tersebut, buat apa?

seharian ini, sepasang manik abu-abu yang selalu nampak letih itu hanya memandang si rambut oranye. kapanpun, apapun yang terjadi di setiap kesempatan. tsukishima enggan menyatakan alasan, hanya saja tatapan mata itu tidak bisa bohong.

barangkali dirinya khawatir?

tidak mungkin.

"oi, hinata!"

tsukishima harus mencari tahu alasan dirinya ikut-ikutan bertindak tak jelas.

yang dipanggil namanya menolehkan kepala, aksi memberikan botol minuman pada para pemuda yang mengikuti latihan tersebut pun terhenti. hinata memutar badan agar dapat memandang tsuki secara penuh.

"aku minta air minum." tsukishima meminta sembari mengulurkan tangan ke arah hinata.

shoyo menipiskan bibir, membiarkan sabit indah dari senyuman manis nya menghiasi si ranum tipis. lantas membawa langkah kakinya menuju si pemuda jangkung. menyerahkan benda yang diminta kala telah tepat berada dihadapan tsukishima.

bukannya langsung mengambil alih botol minum yang diminta, kei malah berbalik dan pergi melengos meninggal hinata. kaki jenjang itu dibawa pergi menuju sudut gimnasium, dimana jelas lebih tenang dan nyaman. jelas saja sikap tersebut membuat si surai secerah kulit jeruk itu mengernyit.

LOVE DIVE | TSUKIHINA (short) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang