Drrtt...Drrtt...
Glencia membuka matanya, setengah sadar ia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang berani menelponnya di jam 3 pagi."ANJING LU! LU GAK LIAT JAM BERAPA?! GUA NGANTUK!" Glencia langsung mengatakannya ketika ia menerima telepon itu. Setelah itu, ia matikan.
Glencia berniat untuk melanjutkan tidurnya, tetapi ponselnya berbunyi lagi.
"Hallo? Maaf menganggu, tapi bisakah anda menemui saja nanti jam 7 pagi," terdengar suara seorang pria dari seberang sana.
"Jam 7? Kenapa nelpon gua jam segini, sih, anjing?! Baj──" Perkataannya terpotong karena ia ingin segera mengakhiri teleponnya.
"Nih, cowok lama-lama ngeselin." Glencia membanting ponselnya di kasur.
✧✧✧
Glencia terbangun lagi sekitar jam delapan tepat karena Ibunya sudah menyiram air kepadanya saat ia tidur.
"Jam berapa sekarang? Tidur aja kamu." Ibunya mulai berkacak pinggang.
"Maaf." Glencia masih merasa mengantuk.
"Beliin makan sono."
Tanpa basa basi Glencia langsung bergegas membeli makanan untuk Ibunya. Setelah itu, ia akan segera pergi menemui pria yang tadi menelponnya jam 3 pagi. Siapa lagi kalau bukan Jayden.
✧✧✧
Yang di tunggu akhirnya datang setelah lama ia berdiri di depan kafe."Kita sebenernya mau kemana?" Glencia memulai topik pembicaraan ketika ia sudah masuk dalam mobil.
"Tidak tau," ucap pria berjas itu.
"Gimana, sih?" Glencia memukul lengan pria itu dengan tas yang ia bawa.
"Tugas saya hanya menjemput anda."
"Hm, ngomong-ngomong nama lu siapa?" Glencia ingin mengetahui nama pria yang dulu selalu mengikutinya karena kontrak konyol antara Glencia dan Jayden.
"Saya Alvino, sekertaris tuan Jayden," jawab Alvino dengan sopan. Glencia hanya menganggukkan kepalanya.
✧✧✧
Setibanya di gedung kemarin mereka langsung menaiki lift menuju lantai 77 lalu segera memasuki ruangan itu untuk membahas tentang pekerjaan.
"Untuk apa datang ke sini?" Glencia langsung duduk di sebuah sofa panjang depan televisi.
"Saya akan memberi anda tugas." Jayden duduk di depan Glencia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET LOVE
RomanceGlencia Agnesca tak pernah membayangkan kehidupannya akan seburuk ini saat ia dewasa. Kehidupan seolah menghukumnya atas dosa yang tidak pernah ia buat, ia harus hidup di dunia yang gelap yang membuatnya terus di hina karena takdirnya. Tak ada yang...