07.TARUHAN

143 14 30
                                    

"Oy, bangun." Glencia menuangkan air di wajah Jayden yang sedang tertidur pulas.

Jayden langsung terbangun dari tidurnya."APA YANG KAMU LAKUKAN!" Dia mencekik leher Glencia.

"Good morning." Glencia membalas dengan cekikan dan tersenyum.

Jayden melepaskan tangannya dari leher Glencia."Kenapa membangunkan saya dengan air?" Jayden merasa kesal.

"Ayo keluar, cuma pengen jalan-jalan aja," ujar Glencia berhasil membuat Jayden naik darah.

Jayden menghela nafas dan memendam amarahnya dalam-dalam lalu pergi ke kamar mandi untuk segera mandi. Saat Jayden sedang mandi Glencia membuka ponsel Jayden yang selalu di bawa Jayden kemana-mana. Dia tidak posesif kepada Jayden, tapi dia hanya ingin mencari sesuatu yang menguntungkan untuknya dan merugikan untuk Jayden.

"Oke, bener sandinya." Glencia berhasil membuka sandi ponsel milik Jayden setelah jalan-jalan kemarin ia sengaja mengintip Jayden saat membuka ponselnya.

Glencia membuka semua hal yang di tampilkan oleh benda pipih itu."Isinya aja membosankan banget." Glencia memutar matanya malas.

Dia terus menelusuri beberapa file yang di simpan dan menemukan hal yang menurutnya sangat bagus untuknya sendiri.

"Pembangunan Hotel Delions di pusat kota Jakarta dan Bali, Hotel Delions? Apa dia bakal bangun hotel? Kalau rencana pembangunan ini gagal, otomatis dia kena krisis keuangan, kan?" Glencia tersenyum miring.

Ia sudah mendapatkan apa yang dia mau sekarang hanya rencana untuk menjatuhkan Jayden saja yang harus ia pikirkan.

"Kenapa anda tersenyum sendiri?" Jayden baru saja keluar dari kamar mandi.

Glencia hanya menggelengkan kepalanya lalu mendekati Jayden."Sudah gua bilang berapa kali sama lu, hah? Kalau keluar dari kamar mandi tuh jangan telanjang dada." Bisiknya sembari melemparkan handuk bersih ke wajah Jayden.

Glencia segera pergi dari hadapan Jayden sebelum pria itu mencekiknya lagi.

"Akhirnya penderitaan gua bakal segera berakhir," gumam Glencia setelah keluar dari kamar hotelnya.

"Hallo, morning." Aurel menyapa Glencia yang terlihat bahagia sekali.

"Oh, morning."

"Apa yang membuatmu bahagia? Jayden memberikanmu hadiah?"

"Dia tidak seromantis itu untuk memberikan ku hal seperti itu."

"Kenyataan yang sangat benar, hahahaha." Aurel tersenyum singkat.

"Iya, kalau begitu aku akan pergi dulu."

"Kemana? Bolehkah aku ikut bersamamu." Aurel tersenyum hangat.

Glencia berfikir."Dia denganku." Jayden tiba-tiba saja keluar dari kamar dan menggandeng tangan Glencia pergi menjauh dari hadapan Aurel.

Jayden  mencengkram erat pergelangan tangan Glencia sampai mereka tiba di lift.

"Lepasin anjirr!" Glencia berusaha melepaskan tangan Jayden dari tangannya.

Jayden melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Glencia. Ia menyudutkan Glencia di sudut lift yang pada saat itu hanya ada mereka berdua saja di lift.

"Denger baik-baik! Menjauh lah dari Aurel," bisik Jayden membuat Glencia mengernyitkan dahinya.

"Apa urusan lu? Gua gak peduli sama perintah lu!" Glencia melipat tangannya di depan dada.

Jayden mengarahkan pukulan tepat di wajah Glencia, tapi ia urungkan. "Wah, kenapa? Gak jadi mukul gua? Tenang, gua bisa bela diri tanpa perlu dikasihani." Glencia memegang dagu Jayden.

SECRET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang